Cerita Saya

Foto saya
Selalu belajar dan mencari ilmu yang berguna/bermanfaat untuk pribadi dan masyarakat.

Kamis, 14 Oktober 2010

JIL Versus Muhammadiyah bag.1

JIL Versus Muhammadiyah

Posted: September 11, 2010 by bangrahmat in Islam
Tag:, , ,

Oleh Rahmatullah HMHA Rasyid


dawam rahardjo

Tepat sekali prediksi penulis buku ‘Satu Abad Muhammadiyah, Mengkaji Ulang Arah Pembaruan’ Dawam Rahardjo, 68, dengan penyunting Taufik Hidayat dan Iqbal Hasanudin serta Kata Pengantar M Shofan (Kesemuanya Orang JIL – Jaringan Islam Liberal) yang akanbanyak dapat tanggapan pembaca. Di sini saya menuliskan pengkritisan saya kepada buku itu.

Prof Dr HM Din Syamsuddin MA, Ketua PP (PImpinan Pusat) Muhammadiyah 2010, dalam berita SKM Madina Edisi 305 lalu, menyatakan meliberalisasi akidah bisa mengakibatkan Islam Liberal, akan tetapi hendaknya umat Islam boleh meliberalisasikan kultural dan bukan akidah. Bahwa tajdid dalam akidah menimbulkan liberalism Islam (Islam JIL).

Jadikalau mau Muhammadiyah bertajdid, bertajdidlah dalam kultural (keduniaan dan bukan akidah). Kalau Muhammadiyah bertajdid pada kultur, maka hasil tajdidnya akan bagus/cocok sesuai demi kemajuan Ormas Agama seperti Muhammadiyah yang di usia 1 abad.

Buku ‘Satu Abad Muhammadiyah, Mengkaji Ulang Pembaruan’ Dawam Rahardjo (DR), dimaksudkan demi memancing debat publik (hal VII). Menurut DR, Ormas keagamaan Muhammadiyah kurang punya kemajuan berfikir (h VII), ide-ide progresif Muhammadiyah telah hilang. Padahal di dalam Islam, menurut saya gerakan Muhammadiyah cukup bagus, baik di tentang akidah maupun/apalagi pendidikan, kesehatan, sosial-kebudayaan dan lain seterusnya.

Pandangan keagamaan Muhammadiyah tidak pluralism, liberalism, dan sekularisme, seperti yang diagung-agungkan dan disorong-sorongkan golongan JIL. Kemodernan tak identik dengan cara orang-orang Muhammadiyah mentajdidkan akidah, agama dan atau mengedepankan 3 trilogi (Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme) model JIL.

Pemahaman keagamaan (akidah) Muhammadiyah sama seperti yang difahami Khulafaurrosyidin. Bahwa Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme versi JIL tak serta merta otomatis identik dengan kebebasan yang sesuai dengan rule of law. Kunci ‘pembaruan’ dalam ormas keagamaan Muhammadiyah tak identik melalui JIL (Pluralisme, Liberalisme, Sekularisme). Kunci pembaruan ada di dalam Al Quran-Assunnah itu sendiri, versi Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang terpimpin.

Trilogy pembaruan Muhammadiyah bisa saja melalui rekonstruksi pemikiran Islam, kebebasan berfikir yang tak keluar dari akidah Islamiyah yang hanif lurus. Bahwa sepatutnya Pluralisme, Liberalisme, Sekularisme itu adalah yang masih dalam bingkai Piagam Madina seperti yang pernah dipraktikkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya almahdiyin (620-an M). Dan bukan Trilogi versi JIL!

Demikian pula yang namanya gagasan progresif rasional, bukan berarti pemikiran yang lepas kendali dari Syariat Islam dan Akidah. M Dawam Rahardjo (MDR), tulis M Shofan sering membuat orang geram dengan pemikiran-pemikiran MDR. Sinyalemen M Shofan (MS) itu benar, karena MDR ‘nyeleneh’. Kekeliruan MDR antara lain-lain adalah membela habis-habisan golongan agama Ahmadiyah Indonesia, suatu aliran faham keagamaan yang nota bene telah difatwakan Rabithoh al ‘alamil Islamy yang bersekretariat di Karachi Pakistan sebagai faham yang sesat dan menyesatkan dan non Islam.

Ahmadiyah juga haram eksis di Saudi Arabia, Pakistan dan Malaysia. Sementara mainstream umat Islam yang nahdliyin (NU = Nahdlotul Ulama) dan Muhammadiyah dan lainnya sangat bertentangan dengan Ahmadiyah yang dibela keras MDR. Siapa jati diri MDR sekarang? Jangan-jangan MDR tak tahu pendiri Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad (MGA) anak Chirag Bibi dari Qodian India itu siapa? Padahal MGA adalah pengaku-ngaku Nabi setelah N Muhammad SAW, Isa Almasih, Almaud, Almahdi yang ditunggu dan lain sebagainya? MGA jelas adalah nabi palsu yang lebih parah dari Musailamah Alkadzdzab.

Apalagi MDR bukan hanya bela Ahmadiyah, tak kepalang tanggung dia juga bela ‘abis’ semua golongan komunitas agama termasuk yang made in Lia Eden, A Musadeg, dan seterusnya. Bila MDR bilang Muhammadiyah sakit, apakah bukan sebaliknya, justru MDR yang sedang sakit parah? (h XII). Bila MDR bela Syiah, kebangetan, seolah dia mau jadi pahlawan di semua gerakan sesat. Seolah dia tak baca sejarah Islam yang benar dan secara benar. Jangan-jangan MDR pembela PKI, Zionis, Fasis, kolonialis kafir, tentara salib dan sebagainya juga, ya?

Nampaknya semua memang mau dibela abis MDR. Padahal yang paling penting dari semuanya adalah dia harus mampu bela dirinya sendiri agar selamat di alam barzakh dan akhirat. Agar dia bisa mempertanggung-jawabkan segala pemahaman nyeleneh yang telah banyak menyakiti hati umat Islam melalui pengguliran misi visi JIL selama ini. Apakah MDR bisa melampaui dan lulus dari tanggung-jawabnya nanti di alam barzakh dan akhirat? Oke di dunia selama dia masih hidup, bisa saja dia banyak produksi pemikirannya, akan tetapi ketika dia telah di lubang kubur, maka mulut dan otak, bahkan hawa nafsunya tak bisa lagi bisa menjawab, karena yang menjawab adalah anggota tubuh.

Muhammadiyah memang tak bisa mengapresiasi JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah) karena JIMM telah sama dan sebangun dengan JIL. Bila MDR keluar dan dipecat Muhammadiyah dengan tak hormat, cocok sekali. Karena memang dia bukan lagi berfaham Muhammadiyah, karena dia telah berfaham JIL (Jilisme). Bahwa toleran, egalitarian, humanis dan demokratis bukan milik MDR dan JIL atau JIMM. Tapi semuanya milik orang-orang Islam non Jilis dan Jimmis juga.

Bedanya JIL- JIMM dan Islam/Muslim. Mereka mentajdid akidah Islam, sedangkan non Jilis dan Jimmis tak mentajdid akidah, mereka hanya mentajdid kultur. Sesuai sabda Nabi SAW antum a’lamu bi-umuuri dun-yakum, kalian lebih tau masalah dunia kalian (kultur). Tapi masalah agama, akidah dan akhirat tetap jadi prerogative Allah SWT dan RasulNya yakni N Muhammad SAW. Apa-apa yang diperintah Allah dan Rasul ikuti dengan samikna wa athokna kami dengar dan kami patuhi tanpa reserve. Tapi yang dilarang Allah dan Rasul-Nya wajib tinggalkan. Bahwa kebenaran dan kesesatan sudah jelas. Maka, laa ikrooha fiddiin, tak diperlukan lagi. Bahwa pemaksaan dalam pemikiran dan tindakan di dalam beragama dan berisme tak ada lagi.

Kesesatan nabi palsu MGA, Musadeg dan lainnya telah jelas. Dan kebenaran al Islam yang dibawa N Muhammad SAW juga sudah jelas. Islam berdiri sendiri dan faham keagamaan Ahmadiyah pun berjalan di luar Islam (h XIX). Kelompok muda Muhammadiyah bukan thok yang bernaung di JIL dan JIMM. Tapi masih banyak lagi orang-orang muda Muhammadiyah yang masih konsisten dengan akidah ahlussunnah waljamaah di luar JIL dan JIMM.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar tidak mengandung unsur PORNOGRAFI dan SARA

Powered By Blogger

Entri Populer