Cerita Saya

Foto saya
Selalu belajar dan mencari ilmu yang berguna/bermanfaat untuk pribadi dan masyarakat.

Senin, 27 September 2010

Tokoh Islam Internasional

Imam Ibnu Majah

Ibnu Majah Imam atau yang lebih dikenal dengan Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi’I bin Majah Al-Qazwini Al-Hafidz. Nama ibnu (anak) Majah dinisbatkan kepada ayahnya Yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maula Rab'at. Selain itu sebagin ulama berpendapat, Majah adalah ayah dari Yazid. Namun pendapat, nama Ibnu Majah yang dinisbahkan kepada ayahnya lebih mashur di kalangan muhadditsin.

Sejak remaja, Ibnu Majah dikenal sebagai sosok yang tekun dan cinta ilmu. Pada usia 15 tahun, Ibnu Majah belajar hadits pada seorang guru besar kala itu, Ali bin Muhammad At-Tanafasy (233 H). Bakat dan kegigihan yang dimiliki Ibnu Majah membawanya berkelana ke penjuru negeri untuk menekuni bidang hadits. Sepanjang hayatnya, seluruh pikiran dan usahanya untuk menulis baik di bidang fikih, tafsir, hadits, dan sejarah.

Tidak hanya itu, di bidang sejarah, Ibnu Majah menyusun At-Târîkh. Buku ini secara terperinci mengulas biografi para muhaddits yang hidup sebelumnya hingga biografi ualama hadits yang semasa dengannya. Di bidang tafsir, Ibnu Majah juga menulis Al-Qur'ân Al-Karîm. Namun sayang, buku At-Tarikh dan buku Al-Qur'an Al-Karim tidak sampai ke generasi berikutnya hingga sekarang.

Seperti ama halnya dengan para imam muhadits sebelumnya, Ibnu Majah juga melakukan perjalanan ilmiahnya untuk mencari hadits. Ibnu Majah pernah melakukan rihlah ke kota-kota di Iraq, Hijaz, Syam, Pârs, Mesir, Bashrah, Kufah, Mekah, Madinah, Damaskus, Teheran maupun ke Konstatinopel.

Pada rihlah ilmiahnya ini, Ibnu Majah bertemu banyak pakar hadits. Dari para pakar inilah Ibnu Majah mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang dalam, terutama seputar hadits. Para guru inilah yang sangat berperan bagi keintelektualan Sang Imam. Selama perjalanan ilmiahnya, tercatat banyak para guru tempatnya menimba ilmu.

Khusus dalam bidang hadits, para pakar yang sempat ditemui Sang Imam diantaranya, Abdullah dan Usman, kedua anak dari Syeikh Syaibah. Namun Imam Ibnu Majah lebih banyak meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abi Syaibah. Selain dari Abdullah, Imbu Majah juga banyak meriwayatkan hadits dari Abu Khaitsamah Zahir bin Harb, Duhim, Abu Mus'ab Az-Zahry, Al-Hâfidz Ali bin Muhammad At-Tanâfasy, Jubârah bin Mughallis, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam dan para pengikut perawi dan ahli hadits imam Malik dan Al-Lays.

Berkat para guru dan kecenderungannya di bidang hadits, Ibnu Majah juga melahirkan para murid yang mewariskan ilmu kesereusannya memelihara Hadits Nabawi. Tidak heran, murid-murid Ibnu Majah termasuk orang-orang yang pakar di bidang ini. Sederet nama besar seperti Abu Al-Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qatthân tercatar sebagai muridnya. Selain itu, pakar lain yang lahir dari Imam Ibnu Majah adalah Sulaiman bin Yazid, Abu Ja'far Muhammad bin Isa Al-Mathû'î dan Abu Bakar Hamid Al-Abhâry. Dalam periwayan hadits, keempat muridnya ini adalah para perawi hadits yang yang dihimpun Ibnu Majah.

Atas kegigihan dan warisan yang ditinggalkannya ini, tidak sedikit para ualama memberi komentar dan sanjugan pisitif kepada Sang Imam. Menurut Abu Ya'la Al-Kahlily Al-Qazwiny, bahwa Imam Ibnu Majah adalah seorang yang sangat terpercaya, disepakati kejujurannya, pendapatnya dapat dijadikan argumentasi yang kuat, disamping itu juga mempunyai pengetahuan yang luas dan banyak menghapal hadits.
Seperti Abu Ya'la, sanjungan senada juga dilontarkan Abu Zar'ah Ar-Râzî dan Zahaby dalam bukunya Tazkiratu Al-Huffâdz. Keduanya menyebut Imam Ibnu Majah sebagai ahli besar di bidang hadit, sosok pengembara ilmu, pengarang kitab sunan dan tafsir, dan ahli hadits kenamaan negerinya.

Atas kecerdasan dan kebesaran Imam Ibnu Majah ini, “memaksa” salah seorang ualam sebesar Ibnu Kasir turut memberi komentar yang sangat positf. Dalam buku karyanya Al-Bidayah, Ibnu Katsir mengatakan : "Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab Sunan yang masyhur. Kitabnya itu bukti atas ilmu dan amalnya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, kredibilitas dan loyalitasnya terhadap hadits, ushul serta furû'.

Tentunya, apa yang disanjungkan kepada Imam Ibnu Majah, sebenarnya tidak terlepas dari metode yang diterapkan dalam menulis hadits, terutama dalam kitab haditsnya, Sunan Ibnu Majah. Dalam penulisan kitab Sunannya, Ibnu Majah biasa memulai dengan mengumpulkan hadits dan menyusunnya berdasarkan bab yang berkaitan dengan masalah seputar fiqih.

Setelah menyusun dalam bentuk bab, Ibnu Majah tidak terlalu fokus pada kritik al-Hadits yang diangakatnya, namuan Ibnu majah lebih fokus mengkritisi hadits-hadits yang menurutnya lebih penting dan perlu penjelasan. Termasuk juga, Ibnu Majah tidak menyebutkan pendapat para ulama fâqih setelah penulisan hadits. Disamping itu, ia juga sedikit melakukan pengulangan hadits sebagaimana yang dilakukan Imam Muslim.

Selain itu, ada sisi kunikan lain dari buku hadits Imam Ibnu Majah. Kitab Sunan ini tidak semuanya diriwayatkan Ibnu Majah. Namun ada beberapa tambahan yang diriwayatkan oleh Abu Al-Hasan Al-Qatthany, salah seorang dari Sunan Ibnu Majah ini. Hal semacan ini dalam ilmu musthalahul hadits dikenal dengan kategori hadits Uluwwu Al-Isnad. Sehingga riwayat Al-Qatthany yang sebatas murid derajatnya sama dengan Ibnu Majah sebagai guru.

Menurut Az-Zahabi, Sunan Ibnu Majah terdiri dari 32 kitab, 1500 bab menurut Abu Al-Hasan Al-Qatthanî, dan terdiri dari 4000 hadits menurut Az-Zahabî. Namun, setelah diteliti ualng dan di-tahqîq oleh Muhammad Fuad Abdul Bâqî rahimahullah, buku ini berjumlah 37 kitab, 515 bab dan terdiri dari 4341 hadits.
Semoga Allah senantiasa merahmati Ibnu Majah yang wafat Senin tanggal 22 Ramadhan 273 H yang dimakamkan di tanah kelahirannya Qazwîn, Iraq setelah selesai menyumbangkan segenap usaha dan kesungguhan untuk umat Islam.

Tokoh Islam Internasional

Imam Abu Dawud

Imam Muhaddits dari Keluarga Pencinta Hadits

Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani, yang lebih dikenal dengan Imam Abu Dawud. Ia lahir tahun 202 H (817 M) di Basrah, Irak dan wafat tahun 276 H (888 M). Dalam kitab hadits, Abu Daud, Abi Daud, atau Abu Dawud dikenal sebagai salah seorang perawi hadits. Semasa hidupnya, Abu Dawud telah mengumpulkan sekitar 50.000 hadits. Puluhan ribu hadits ini kemudian diseleksi dan menulisnya kembali sehingga menjadi 4.800 shahih, di antaranya terkumpul pada kitab hadits, Sunan Abu Dawud.

Kecenderungan Abu Dawud dalam bidang hadits sebenarnya tidak terlepas dari didikan keluarganya. Al Asy'ats bin Ishaq, ayah Abu Dawud, seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid. Tidak hanya itu, saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni hadits dan ilmu hadits. Tidak jarang pula, Muhammad, saudaranya menjadi teman perjalanan Abu Dawud dalam mencari hadits dari ulama hadits.

Kecintaan Abu Dawud dalam bidang hadits terlihat sejak berusia belasan tahun. Abu Dawud sejak tahun 221 H, sudah berada di Baghdad. Abu Dawud sempat menyaksikan wafat Imam Muslim. Bahkan "Aku menyaksikan jenazahnya dan menshalatkannya, " kata Abu Dawud.

Ketika di Bagdad, Imam Abu Daud mulai menyusun kitab Sunannya. Uniknya, Abu Dawud memfokuskan diri pada hadits-hadits yang terkait dengan syariat. Setiap hadits dalam kumpulan haditsnya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur’an. Begitu pula dengan keseriusan Abu Dawud melihat hadits-hadits dari sisi sanadnya. Bahkan Abu Dawud pernah memperlihatkan kitab haditsnya kepada Imam Ahmad untuk dikoreksi.

Berkat kegigihannya mengumpulakan hadits, tidak sedikit ulama yang meriwayatkan hadits dari Abu Dawud. Di antara ulama yang meriwayatkan hadits dari Abu Dawud, ulama sekelas Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’I, keduanya tercatat sebagai ulama perawi hadits. Al-Khattabi mengomentari, Sunan yang disusun Abu Dawud merupakan sebaik-baik tulisan dan isinya lebih banyak memuat fiqih dibanding kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab "Sunan Abu Dawud" sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.

Selain sebagai muhaddits, Abu Dawud juga dikenal sebagai imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashrah. Padahal di kota ini, tempat berkembang kelompok Qadariyah, Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lainnya. Namun , Abu Dawud tetap istiqomahan pada aqidah Sunnah wal Jamaah.

Bahkan Abu Dawud juga termasuk tokoh yang tegas membantah aliran Qadariyah dengan menulis sebuah buku Al Qadar. Demikian pula bantahan Abu Dawud terhadap Khowarij dalam bukunya, Akhbar Al Khawarij. Tidak hanya itu, Abu Dawud juga keras membantah pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam. Bantahan Abu Dawud terhadap penyimpangan ini banyak terlihat pada buku yang tulisannya, As Sunan. Bantahan-bantahannya itu termasuk ditujukan kepada Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Selain lama di Bagdad dan Bashrah, Abu Daud juga biasa berkunjug ke negeri lainya. Abu Daud kerap melakukan rihlah ilmiahnya ke Saudi Arabia, Khurasan, Mesir, Suriah, Naisabur, dan tempat-tempat lainnya. Di tempat-tempat inilah Abu Dawud menimmba ilmu langsung dari para pakar hadits. Diantara guru-guru Abu Dawud adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa'id bin Manshur serta Ibnu Abi Syaibah.

Tidak hanya memiliki guru, Abu Dawud pula memiliki banyak murid, diantaranya: Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, Abu Ubaid Al Ajury, Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdadi, Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry, Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih, Isma`il bin Muhammad Ash Shofar, Abu Bakr bin Abi Daud (anak Abu Dawud), Zakariya bin Yahya As Saaji, Abu Bakr Ibnu Abi Dunya, Ahmad bin Sulaiman An Najjar, Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshari, Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar, Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`i, Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry.
Abu Dawud wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan dishalatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimi.

Tokoh Islam Internasional

Imam Tirmizi

Penghafal Hadits Ulung dari Kota Tirmiz

Ia pun kemudian membacakan 40 hadits yang tergolong sulit atau garib. “Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,” pinta sang guru. Lalu Abu Isa membacannya dari pertama hingga selesai. “Aku belum pernah melihat orang seperti engkau," sanjugnnya kepada Abu Isa.


Imam al-Hafiz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak at-Sulami at- Tirmizi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz.

Semenjak kecilnya Abu Isa gemar mempelajari ilmu dan mencari hadits. Abu Isa tercatat pernah mengembara ke berbagai negeri, seperti Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam kunjungannya, Abu Isa banyak menemui ulama besar dan para guru hadits untuk mendengar hadits.

Sudah menjadi kebiasaan pada Abu Isa untuk menghafal dan mencatat hadits ketika dalam perjalanan atau ketika tiba di suatu tempat. Abu Isa tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan ini termasuk ketika bertemu dengan seorang guru di perjalanannya menuju Makkah.

Di kalangan ulama, Abu Isa diakui sebagai sosok shalih dan takwa. Ia juga dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti. Selain itu, Abu Isa adalah tokoh hadits yang terkenal dengan kekuatan dan kecepatan hafalannya.

Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib menceritakan apa yang pernah disampaikan Abu Isa seputar hafalannya. Dalam sebuah perjalanan menuju Makkah, waktu itu itu Abu Isa sudah menulis dua jilid buku berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang guru. Di perjalan inilah Abu Isa berpasan dengan guru tersebut. Kesempatan ini tidak ia sia-siakan untuk bertanya lebih banyak tentang hadits.

Abu Isa lalau memohon kepada guru ini untuk mendengar hadits. Guru ini pun mengabulkan permohonan Abu Isa. Kemudian ia membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia melihat kertas Abu Isa masih putih bersih tanpa ada tulisan sesuatu apa pun. 'Tidakkah engkau malu kepadaku?, 'tegur sang Guru. Lalu Abu Isa menjelaskan, apa yang ia bacakan telah dihafal semuanya. “Coba bacakan!” suruhnya.

Abu isa pun membacakan seluruhnya secara beruntun. “Apakah telah engkau hafalkan sebelumnya?” tanyanya penasaran. “Tidak,” jawabnya. Kemudian Abu Isa meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan 40 hadits yang tergolong sulit atau garib. “Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,” pinta sang guru. Lalu Abu Isa membacannya dari pertama hingga selesai. “Aku belum pernah melihat orang seperti engkau," sanjugnnya kepada Abu Isa.

Abu Isa juga tercatat pernah berguru pada Imam Bukhari, baik hadits maupun fiqh.ia juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmizi juga belajar hadits dari
sebagian guru para imam hadit termashur ini. Selain mereka, Tirmizi juga pernah berguru pada Qutaibah bin Saudi Arabia'id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin 'Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, 'Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni' serta Muhammad bin al-Musanna.

Seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan Kitab Sahihnya, Tirmiz juga memiliki karya monumnetal. Abu Isa menyebut karnya dengan nama Al-Jami'. Karya ini tergolonga salah satu "Kutubus Sittah" (Enam Kitab Pokok Bidang
Hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal. Al-Jami' ini terkenal dengan nama
Jami' Tirmizi, dinisbahkan kepada penulisnya. Kita ini juga terkenal dengan nama
Sunan Tirmizi.

Imam Tirmizi dalam Al-Jami' tidak hanya meriwayatkan hadits sahih semata,
tetapi juga meriwayatkan hadits-hadits hasan, da'if, garib dan mu'allal dengan
menerangkan kelemahannya. Termasuk juga hadits-hadits yang dijadikan pegangan oleh ahli fiqh.

Sedang hadits-hadits da'if dan munkar dalam kitab ini, pada umumnya hanya
menyangkut fada'il al-a'mal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan).
Hal itu dapat dimengerti karena persyaratan-persyaratan bagi (meriwayatkan dan
mengamalkan) hadits semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan
bagi hadits-hadits tentang halal dan haram.

Dengan gaya penulisan hadits seperti ini, tidak sedikit ulama besar memuji dan mengakui kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban, kritikus hadits, menggolangkan Tirmizi dalam kelompok Siqat atau orang-orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya. Menurutnya, "Tirmizi salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits, menyusun kitab, menghafal hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama."

Abu Ya'la al-Khalili dalam kitabnya Ulumul Hadits menerangkan, Muhammad bin
'Isa at-Tirmizi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik yang telah
diakui oleh para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-Ta'dil.
Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal
sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan imam yang menjadi ikutan
dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jami'us Sahih sebagai bukti atas keagungan
derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan pengetahuannya tentang
hadits yang sangat mendalam.

Abu Isa, selain dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits, ia juga dikenal sebagai
ahli fiqh. Bagi yang mendalami Kitab al-Jami' akan mendapatkan ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya di bidang ini. Kajian-kajiannya mengenai persoalan fiqh
mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat berpengalaman dan mengerti betul
duduk permasalahan yang sebenarnya.

Sebagai tokoh yang banyak memberi pengaruh khususnya dalam khazanah hadits, hadits-hadits dan ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di
antara ulama ini adalah, Makhul ibnul-Fadl, Muhammad bin Mahmud Anbar, Hammad bin Syakir, 'Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi serta Abul-'Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi.

Sebelum wafat pada malam Senin 13 Rajab 279 H dalam usia 70 tahun, sepanjang hidupnya, Imam Tirmizi juga meninggalkan karya-karya yang bermanfaat kepada umat Islam selain Kitab Al-Jami' diantarnya : Kitab Al-'Ilal, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama'il an-Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd dan Kitab Al-Asma' wal-kuna.

Tokoh Islam Internasional

Imam Muslim

Imam Muhadits Muhsin dari Naisabur

Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di Naisabur tahun 202 H atau 817 M. Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam, Naisabur dikenal dengan sebutan Maa Wara'a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.

Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan tidak kurang 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, kota Naisabur juga dikenal saat itu sebagai salah satu kota ilmu, bermukimnya ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah.

Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadits tergolong luar biasa. Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan sebaik mungkin. Di usia 10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada Imam Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal hadits dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan hadits.

Seperti orang yang haus, kecintaanya dengan hadits menuntun Muslim bertuangalang ke berbagai tempat dan negara. Safar ke negeri lain menjadi kegiatan rutin bagi Muslim untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah hadits.

Dalam berbagai sumber, Muslim tercatat pernah ke Khurasan. Di kota ini Muslim bertemu dan berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu 'Ansan. Pada rihlahnya ke Makkah untuk menunaikan haji 220 H, Muslim bertemu dengan Qa’nabi,- muhaddits kota ini- untuk belajar hadits padanya.

Selain itu Muslim juga menyempatkan diri ke Hijaz. di kota Hijaz ia belajar kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas 'Abuzar. Di Irak Muslim belajar hadits kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Kemudian di Mesir, Muslim berguru kepada 'Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya. Termasuk ke Syam, Muslim banyak belajar pada ulama hadits kota itu.

Tidak seperti kota-kota lainnya, bagi Muslim, Baghdad memiliki arti tersendiri. Di kota inilah Imam Muhaddits ini berkali-kali berkunjung untuk belajar kepada ulama ahli hadits. Terakhir Imam Muslim berkunjung pada 259 H. Saat itu, Imam Bukhari berkunjung ke Naisabur. Oleh Imam Muslim kesempatan ini digunakannya untuk berdiskusi sekaligus berguru pada Imam Bukhari.

Berkat kegigihan dan kecintaannya pada hadits, Imam Muslim tercatat sebagai orang yang dikenal telah meriwayatkan puluhan ribu hadits. Muhammad Ajaj Al Khatib, guru besar hadits pada Universitas Damaskus, Syria, menyebutkan, hadits yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030 hadits tanpa pengulangan.
Bila dihitung dengan pengulangan, lanjutnya, berjumlah sekitar 10.000 hadits. Sedang menurut Imam Al Khuli, ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam karya Muslim berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah hadits yang ditulis dalam Shahih Muslim merupakan hasil saringan sekitar 300.000 hadits. Untuk menyelasekaikan kitab Sahihnya, Muslim membutuhkan tidak kurang dari 15 tahun.

Imam Muslim dalam menetapkan kesahihan hadits yang diriwayatkkanya selalu mengedepankan ilmu jarh dan ta'dil. Metode ini ia gunakan untuk menilai cacat tidaknya suatu hadits. Selain itu, Imam Muslim juga menggunakan metode sighat at tahammul (metode-metode penerimaan riwayat). Dalam kitabnya, dijumpai istilah haddasani (menyampaikan kepada saya), haddasana (menyampaikan kepada kami), akhbarani (mengabarkan kepada saya), akhabarana (mengabarkan kepada kami), maupun qaalaa (ia berkata). Dengan metode ini menjadikan Imam Muslim sebagai orang kedua terbaik dalam masalah hadits dan seluk beluknya setelah Imam Bukhari.

Selain itu, Imam Muslim dikenal sebagai tokoh yang sangat ramah. Keramahan yang dimilikinya tidak jauh beda dengan gurunya, Imam Bukhari. Dengan reputasi ini Imam Muslim oleh Adz-Dzahabi disebutan sebagai Muhsin min Naisabur (orang baik dari Naisabur).

Maslamah bin Qasim menegaskan, "Muslim adalah tsiqqat, agung derajatnya dan merupakan salah seorang pemuka (Imam)." Senada dengan Maslamah bin Qasim, Imam An-Nawawi juga memberi sanjungan: "Para ulama sepakat atas kebesarannya, keimanan, ketinggian martabat, kecerdasan dan kepeloporannya dalam dunia hadits."

Seperti halnya Imam Buhari dengan Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari, Imam Muslim juga memiliki kitab munumental, kitab Shahih Muslim. Dibanding kitab-kitab hadits shahih karya Imam Muslim lainnya, Shahih Muslim yang memuat 3.033 hadits memiliki karakteristik tersendiri. Imam Muslim banyak memberikan perhatian pada penjabaran hadits secara resmi. Imam Muslim bahkan tidak mencantumkan judul-judul pada setiap akhir dari sebuah pokok bahasan.

Sebenarnya kitab Shahih Muslim dipublikasikan untuk Abu Zur’ah, salah seorang kritikus hadits terbesar, yang biasanya memberikan sejumlah catatan mengenai cacatnya hadits. Lantas, Imam Muslim kemudian mengoreksi cacat tersebut dengan membuangnya tanpa argumentasi. Karena Imam Muslim tidak pernah mau membukukan hadits-hadits yang hanya berdasarkan kriteria pribadi semata, dan hanya meriwayatkan hadits yang diterima oleh kalangan ulama. Sehingga hadits-hadits Muslim terasa sangat populis.

Sebenarnya para ulama berbeda pendapat mana yang lebih unggul antara Shahih Muslim dengan Shahih Bukhari. Jumhur Muhadditsun berpendapat, Shahihul Bukhari lebih unggul, sedangkan sejumlah ulama Marokko dan yang lain lebih mengunggulkan Shahih Muslim. Perbedaan ini terjadi bila dilihat dari sisi pada sistematika penulisannya serta perbandingan antara tema dan isinya.

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain, karena Al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara struktural sebagai guru dan murid dalam hadits Mu’an’an agar dapat dipastikan sanadnya bersambung. Sementara Imam Muslim menganggap cukup dengan "kemungkinan" bertemunya kedua rawi dengan tidak adanya tadlis.

Al-Bukhari mentakhrij hadits yang diterima para perawi tsiqqat derajat utama dari segi hafalan dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadits dari rawi derajat berikutnya dengan sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada rawi derajat kedua dibanding Bukhari. Selain itu, kritik yang ditujukan kepada perawi jalur Muslim lebih banyak dibanding al-Bukhari.

Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan, seperti yang dijelaskan Ibnu Hajar, Muslim lebih berhati-hati dalam menyusun kata-kata dan redaksinya. Muslim juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul bab seperti yang dilakukan Bukhari lakukan. Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H dengan mewariskan sejumlah karyanya yang sangat berharga bagi kaum Muslim dan dunia Islam.

Karya-karya Imam Muslim
Sepanjang hidup Imam Muslim, karya-karya yang berhasil ia tulis antara lain: 1) Al-Asma’ wal-Kuna, 2) Irfadus Syamiyyin, 3) Al-Arqaam, 4) Al-Intifa bi Juludis Siba’, 5) Auhamul Muhadditsin, 7)At-Tarikh, 8) At-Tamyiz, 9) Al-Jami’, 10) Hadits Amr bin Syu’aib, 11) Rijalul ‘Urwah, 12)Sawalatuh Ahmad bin Hanbal, 13) Thabaqat, 14) Al-I’lal, 15) Al-Mukhadhramin, 16) Al-Musnad al-Kabir, 17) Masyayikh ats-Tsawri, 18) Masyayikh Syu’bah, 19) Masyayikh Malik, 20) Al-Wuhdan, 21) As-Shahih al-Masnad.

semoga bermanfaat untuk kita

Tokoh internasional: Imam Bukhari

Imam Bukhari

Imam Bukhari, bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Imam Bukhari dilahirkan pada malam Jum'at tanggal 13 Syawwal 194 H/810 M di Bukhara, sebuah kota di Uzbekistan, bekas wilayah Uni Soviet.

Ayahnya bernama Ismail bin Ibrahim, salah seorang ulama hadis ternama pada masanya. Ia belajar hadis dari Hammad bin Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya ditulis Ibnu Hibban dalam kitab al-Tsiqah. Demikian juga dengan Imam Bukhari, menulis riwayat hidup ayahnya dalam kitab al- Tarikh al-Kabir. Ayahnya adalah seorang yang alim, wara’ dan taqwa. Bahkan menjelang wafat, ia sempat menjelaskan, hartanya tidak terdapat uang haram atau syubhat sedikitpun.

Sejak kecil Imam Bukhari telah mencurahkan perhatiannya mempelajari hadis dan ilmu hadis. Pada usia 10 tahun, Bukhari sudah banyak menghafal hadis. Bukhar dikenal rajin, tekun dan juga sangat cerdas. Sehingga tidak mengherankan, sebelum usia 16 tahun Bukhari berhasil menghafal dua buah kitab hadis secara utuh karya Imam Ibnu al-Mubarak dan kitab Imam Waki'.

Bukhari juga tidak hanya menghafalkan matan hadis dan kitab-kitab ulama terdahulu, namun Bukhari juga mengenal secara rinci biografi para perawi hadis, lengkap dengan data tanggal lahir, tahun wafat dan tempat lahir mereka.

Tahun 210 H, saat genap berusia 16 tahun, Bukhari bersama ibu dan saudaranya pergi ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji. selain untuk menunaikan ibadah haji, Bukhari juga menetap di Hijaz, Mekkah selama 6 tahun. Di kota itulah dia menempa diri untuk mereguk ilmu yang diinginkan. Kadangkala dia pergi ke Madinah. Di kedua kota suci itulah Imam Bukhari menulis sebagian karyanya dan menyusun dasar-dasar al-Jami’ al-Sahih.

Beliau menulis al-Tarikh al-Kabir di sisi makam Rasulullah saw dan sering menulis pada malam hari di bawah terang bulan. Dan menulis tiga kitab, al-Tarikh al-Sagir (yang kecil), al-Awsat (yang sedang) dan al-Kabir (yang besar). Ketiga buku itu menunjukkan kemampuannya yang luar biasa mengenai Rijal al-Hadis.

Selain singgah ke Makkah dan Madinah, Bukhari juga berkunjung ke Maru, Naisabur, Ra'y, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mesir, Damaskus dan 'Asqalan. Dari kota dan negeri Islam ini, Bukhari tercatat pernah meriwayatkan hadis dari ulama penghafal hadis, diantaranya, Makki bin Ibrahim al-Balakhi, 'Abd bin Usman al-Marwazi, Abdullah bin Musa al-Qaisi, Abu 'Ashim al-Syaibani, Muhammad bin Abdullah al-Anshari, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Abu Nu'aim al-Fadhl bin Dikkin, Ali bin al-Madini, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in Ismail bin Idris al-Madani, Ibnu Rahawaih dan lain-lain.

Ada hal menarik ketika di Baghdad. Bukhari pernah diuji 10 pakar ilmu hadis. Para ulama ini sengaja melakukanya untuk mengetahui kemampuan Imam Bukhari dalam ilmu hadis. Dari 10 ulama ini, setiap orang membacakan sepuluh hadis kepada Bukhari. Para penguji mengganti atau membalik isnad dan matan hadis serta menempatkannya secara acak. Satu persatu dari 10 ulama hadis ini menanyakan 10 hadis yang telah mereka persiapkan. Imam Bukhari dengan sangat tenang memaparkan, mengurutkan hadits-hadits yang diacak pada susunan yang semestinya.

Karena kemapuan dan kecerdasannya, tidak sedikit Bukhari mendapat pujian dari ulama, rekan, maupun generasi sesudahnya. Imam Abu Hatim al-Razi misalnya, berkata: “Khurasan belum pernah melahirkan seorang yang melebihi Bukhari. Di Irak pun tidak ada yang melebihi darinya." Demikina juga dengan Imam Muslim pernah mencium di antara kedua mata Imam Bukhari seraya berkata: “Guru, biarkan aku mencium kedua kakimu. Engkaulah Imam ahli hadis dan dokter penyakit hadis.”

Termasuk generasi sesudah Imam Bukhari, Ibnu Hajar al-Asqalani pernah berujar: “Seandainya pintu pujian dan sanjungan masih terbuka bagi generasi sesudahnya, niscaya kertas dan nafas akan habis. Karena ia (Imam Bukhari) bagaikan laut yang tak berpantai.”

Menurut Imam Ibnu Ishaq bin Rawahaih, salah seorang guru Bukhari mengatakan: "Seandainya Imam Bukhari hidup pada masa al-Hasan, pasti akan banyak orang yang membutuhkannya dalam ilmu hadis serta mengetahui kealiman dan kefaqihannya." Imam Abu Nu'aim dan Ahmad bin Hammad berkata: "Imam Bukhari adalah orang yang paling faqih dari umat ini."

Melihat kepakaran Imam Bukhari dari kegighannya mendalami hadits, sedertet nama besar para pakar hadits pernah ia kunjungi untuk belajar. “Aku menulis hadits dari 1.080 guru, yang semuanya adalah ahli hadis yang berpendirian bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan.”

Di antara para guru itu adalah Ali bin al-Madini, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Maki bin Ibrahim al-Balkhi, Abdullah bin Usman al-Marwazi, Abdullah bin Musa al-'Abbasi, Abu 'Asim al-Syaibani, Muhammad bin Abdullah al-Anshari, Muhammad bin Yusuf al-Baykandi dan Ibnu Rahawaih. Jumlah guru yang hadisnya diriwayatkan dalam kitab sahihnya sebanyak 289 guru. Hal ini dapat kita peroleh dari jumlah guru beliau yang riwayatnya terdapat dalam Shahih Bukhari. (Muhammad Muhammad Abu Syuhbah:314-315).

Selain memiliki sekian banyak guru, Imam Bukhari juga meninggalkan sederet murid-murid yang juga pakar di bidang hadits. Diantara murid-muridnya, yang paling terkenal adalah Imam Muslim bin Hajjaj, Imam al-Tirmizi, Imam Abu Zur'ah, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Abu Dawud, Imam al-Nasa'I, Imam Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Ibrahim bin Mi’yal al-Nasafi, Hammad bin Syakir al-Nasawi dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi.

Di sisi lain, Imam Bukhari tidak hanya sekadar pakar dalam bidang hadis tapi juga seorang yang pakar di bidang fiqih, sejarah maupun dalam cabang ilmu keislaman lainnya. Termasuk yang jarang diungkap, Imam Bukhari termasuk pemanah ulung. Pada sebuah riwayat, Imam Bukhari sepanjang hidupnya hanya dua kali mata panahnya meleset dari sasaran.

Pakar hadits kharismatik ini wafat hari Sabtu malam 1 Syawwal 256 H pada usia 62 tahun 13 hari di Khartank, sebuah kampung yang tidak jauh dari kota Samarkand. Sebelum wafat, Imam Bukhari berpesan agar jenazahnya dikafani tiga helai kain, tanpa baju dan sorban. Jenazahnya dimakamkan setelah shalat Zuhur, bertepatan dengan perayan kemenangan kaum Muslimin di Idul Fitri saat itu.

Karya-karya Imam Bukhari
Sebagai salah seorng ulama yang produktif menulis, Imam Bukhari telah menyumbangkan sejumlah karya kepada umat Islam, diantaranya:
1)al-Tarikh al-Shagir
2)al-Tarikh al-Awsath
3)al-Dhu'afa
4)Kitab al-Kuna
5)al-Adab al-Mufrad
6)al-Jami' al-Shahih (yang kemudian dikenal dengan Shahih al-Bukhari)
7)Raf'u al-Yadain fi al-Shalat
8)Khair al-Kalam fi al-Qira'at Khalfa al-Imam
9)al-Asyribah
10)Asami al-Sahabah
11)Birr al-Walidain
12)Khalq Af'al al-'Ibad
13)al-'Ilal fi al-Hadis
14)al-Musnad al-Kabir
15)al-Wihdan
16)al-Mabsuth
17)al-Hibah
18)al-Fawaid
19)Qadhaya al-Sahabat wa al-Tabi'in
20)al-Tafsir al-Kabir (Tarikh Ibnu Katsir:juz 11:24), (Ibnu Hajar al-Asqallani:juz 2:193), (M. Abu Zahu:356).

Kamis, 23 September 2010

Mengintip Perjalanan Ruh

Mengintip Perjalanan Ruh

Telah berkembang berbagai opini di tengah masyarakat tentang kemanakah ruh itu pergi setelah berpisah dari jasadnya (mati). Apakah ruh itu masih bergentayangan di alam dunia ini ? apakah ia mampu menampakkan diri dihadapan manusia ? Untuk mengetahui itu semua, kita memerlukan informasi yang benar, akurat dan meyakinkan karena permasalahan itu adalah permasalahan ghaib yang mustahil untuk diketahui kecuali hanya jika diberitakan oleh satu-satunya pihak yang mengetahui rahasia alam ghaib yakni Allah Ta`ala. Dan satu-satunya jalur informasi yang resmi yang digaransi dan direkomandasikan oleh Allah Ta`ala untuk menyampaikan berita-berita alam ghaib tersebut hanyalah melalui utusanNya (rasulNya) yakni Nabi Muhammad Shalallahu `Alayhi Wasallam. Jawaban-jawaban yang tidak berasal dari beliau Shalallahu `Alayhi Wasallam adalah hanya sebatas prasangka dan dugaan semata yang sudah dapat dipastikan bahwa berita tersebut adalah dusta. Oleh sebab itu semua pertanyaan itu pada kesempatan ini akan dijawab langsung oleh Rasulullah Shalallahu `Alayhi Wasallam dalam sabda beliau berikut ini.
Dari shahabat Al Baraa` bin `Aazib menceritakan: kami keluar bersama Rasulullah Shalallahu `Alalyhi Wasallam untuk mengantar jenazah seorang laki-laki dari kalangan Anshar. Maka kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shalallahu `Alalyhi Wasallam duduk dan kamipun ikut duduk di sekitar Baliau Shalallahu `Alalyhi Wasallam dalam keadaan terdiam tak bergerak seakan-akan diatas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shalallahu `Alalyhi Wasallam ketika itu ada sebuah ranting yang Beliau Shalallahu `Alalyhi Wasallam gunakan untuk mencocok-cocok tanah. Maka tiba-tiba Beliau Shalallahu `Alalyhi Wasallam menegok kearah langit dan menengok kearah bumi sebanyak tiga kali kemudian bersabda: “hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Ta`aala dari adzab kubur, beliau mengucapkan itu sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdo`a: `yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari adzab kubur` pinta beliau sebanyak tiga kali”.
Setelah itu beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin ketika akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah mereka putih berseri laksana matahari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari surga. Merekapun duduk di dekat si mukmin itu sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut `Alayhissalaam hingga duduk di sisi kepala si mukmin itu seraya berkata: “wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah”
Ruh yang baik itupun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut wadah kulit. Maka malaikat mautpun mengambilnya. (Di dalam satu riwayat disebutkan: hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. lalu dibukakanlah untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada satu malaikat penjaga pintu langitpun kecuali mesti berdo`a kepada Allah agar ruh itu diangkat melewati mereka). Ketika ruh itu diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada ditangan malaikat maut itu melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Maka mereka membungkus ruh tersebut kedalam kain kafan dan wangi-wangian yang mereka bawa, dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium dimuka bumi ini. Kemudian para malaikat itu membawa ruh itu naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya: “siapakah ruh yang baik ini?” para malaikat yang membawanya menjawab: “Fulan bin Fulan”, disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya dengan nama tersebut. Demikian hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. merekapun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Maka dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap langit ikut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya hingga mereka sampai ke langit yang ke tujuh. maka Allah `Azza wa Jalla berfirman: “tulislah catatan amal hamba-Ku ini di `illiyyiin dan kembalikanlah ia ke bumi, karena dari tanah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Ku kembalikan dan dari dalam tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain”.
Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur di dalam tanah. Maka sunguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Maka setelah itu ia didatangi dua malaikat yang mendudukkannya dan mereka bertanya kepadanya “siapa Rabb kamu?” ia menjawab: “Rabbku adalah Allah”. Ditanya lagi: “Apa agamamu?”, Jawabnya: “agamaku Islam” jawabnya. “Siapa laki-laki yang diutus di tengah kalian ?” tanya dua malaikat lagi, “Dia adalah Rasulullah Shalallahu `Alayhi Wasallam” jawabnya. “Apa amalmu” pertanyaan berikutnya, “aku membaca kitabullah lalu aku beriman dan membenarkannya” ,jawabnya.
Ini adalah ujian terakhir yang dihadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah mengokohkannya sebagaimana disebutkan di dalam firman-Nya: “Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim:27).
Kemudian tersengarlah suara penyeru dari langit yang menyerukan: “telah benar hamba-Ku, maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke surga.
Lalu datanglah kepada ruh mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang. kemudian ia didatangi oleh pria yang berwajah bagus, berpakaian bagus, harum baunya seraya berkata: “Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu, ini adalah hari yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Ruh mukmin ini bertanya dengan heran: “siapakah engkau ? wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kebaikan”. “Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah aku tidak mengetahui dirimu melainkan seorang yang bersegera mentaati Allah dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan” jawab yang ditanya. Kemudian dibukakan untuknya pintu dari surga dan neraka. Lalu dikatakan: “ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah, lalu Allah mengganti bagimu dengan surga ini”. Maka bila ruh mukmin ini melihat apa yang ada di dalam surga, iapun berdo`a: “Wahai Rabb-ku segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.” Dikatakan kepadanya “Tinggallah engkau”.
Kemudian Rasulullah Shalallahu `Alalyhi Wasallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh. Beliau Shalallahu `Alalyhi Wasallam bersabda: ”sesungguhnya seorang hamba yang kafir (di dalam riwayat yang lain hamba yang fajir) apabila akan berangkat meningggalkan dunia dan menuju alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk di dekat si kafir itu sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya berkata “wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah, hingga tercabik-cabik urat dan syarafnya. Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada dilangit melaknatnya. pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada satu malaikat penjaga pintu pun kecuali berdo`a kepada Allah Ta`ala agar ruh si kafir itu jangan diangkat melewati mereka. Kemudia malaikat maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangan malaikat maut, melainkan ruh tersebut segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu dibungkus dalam kain yang kasar. Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat tersebut membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya “siapakah ruh yang buruk ini?” para malaikat yang membawanya menjawab ‘fulan bin fulan”, disebut namanya yang paling jelek yang dulu ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian hingga rombongan ini tiba dilangit dunia (langit yang paling rendah), merekapun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut namun tidak dibukakan. Rasulullah Shalallahu `Alayhi Wasallam kemudian membacakan: “Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai untu bisa masuk ke lubang jarum”. (Al A`raf:40)”.
Allah Ta`ala berfirman: “tulislah catatan amalnya di sijjiin di bumi yang paling bawah”. lalu ruhnya dilemparkan begitu saja”. Rasulullah Shalallahu `Alayhi Wasallam kemudian membacakan ayat: “Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia disambar oleh burung atau dihempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan”.
Si ruhpun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur di dalam tanah. Lalu ia didatangi oleh dua malaikat yang kemudian mendudukannya dan menanyakan kepadanya: “siapa rabbmu?” ia menjawab “hah…hah… aku tidak tahu”. Ditanya lagi: “Apa agamamu?” ia menjawab: “hah…hah… aku tidak tahu”. Ditanya lagi: “siapakah lelaki yang diutus ditengah kalian ?” ia menjawab: “hah…hah… aku tidak tahu”. Terdengarlah suara penyeru dari langit yang menyerukan: “telah dusta orang itu. maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakanlah untuknya sebuah pintu dari neraka!”. Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga bertumpuk-tumpuk (tumpang-tindih) tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya). kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata: “Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu”.
Si kafir bertanya dengan heran: “Siapakah engkau? wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kejelekan”. Dijawab: “Aku adalah amalanmu yang jelek. Engkau adalah orang yang lambat untuk mentaati Allah Ta`ala, namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Ta`ala. Semoga Allah ta`ala membalasmu dengan kejelekan”.
Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu dan tuli. Ditangannya ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung tersebut akan hancur menjadi debu. lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah mengembalikan jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. iapun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia. Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka maka iapun berdoa: “wahai rabbku, janganlah engkau datangkan hari kiamat”. (H.R Ahmad dalam Musnadnya , Al Haakim dalam Mustadrak `ala shahihnya).
Demikianlah berita dari Allah yang disampaikan RasulNya Muhammad Shalallahu `Alayhi Wasallam tentang perjalanan ruh setelah berpisah dari jasadnya. Dari berita tersebut kita dapati bahwa para ruh itu ketika telah berpisah dari jasadnya, maka ia akan segera sibuk dengan urusannya masing-masing. Bila ia ketika didunia adalah orang yang baik maka ia akan segera sibuk dengan segala kenikmatan yang Allah Ta`ala sediakan didalam kuburnya. Dan bila ia orang yang kafir dan durhaka ketika di dunia maka iapun akan segera sibuk dengan dahsyatnya adzab Allah di kuburnya. Demikianlah para ruh itu setelah berpisah dari jasadnya, masing-masing dari mereka akan sibuk dengan urusan di kuburnya masing-masing, sehingga tentu saja mereka tidak akan sempat lagi memikirkan nasib orang-orang yang ditinggalkannya di dunia apalagi mendatanginya atau bergentayangan di dunia seperti yang disangkakan sebagian orang, dimana sebagian orang menyangka bahwa si mayyit itu bisa menyampaikan (menjadi perantara) doa antara dia dengan Allah, dan anggapan sebagian orang juga yang menyangka bahwa adanya ruh yang bergentayangan.
Dan setelah mengetahui berita diatas, masihkah kita berani bermaksiat kepada Allah dan enggan untuk taat kepadaNya ? Manakah yang menjadi pilihan kita saat menghadapi kenyataan ketika maut menjemput: ruh diangkat ke langit dengan penuh kemulyaan kemudian dihantarkan kembali untuk memperoleh kenikmatan yang kekal, ataukah pilihan kedua yakni ruh dihempaskan dengan hina dari langit dunia untuk menjemput adzab Allah yang amat pedih? Semoga Allah Ta`ala menganugerahkan kepada kita akhir hidup yang husnul khathimah, melindungi kita dari adzab kubur dan memasukkan kita ke surgaNya dengan rahmatNya. Amin ya mujiibus saa`iliin.

Cara Mandi Junub

Mandi junub itu ialah mandi yang diwajibkan oleh agama Islam atas orang-orang mukalaf dari kalangan pria maupun wanita untuk membersihkan diri dari hadats besar. Dan menurut aturan Syari’at Islamiyah, mandi junub itu dinamakan mandi wajib dengan mengalirkan air ke seluruh bagian tubuh.Mandi junub ini adalah termasuk dari perkara syarat sahnya shalat kita, sehingga bila kita tidak mengerjakannya dengan cara yang benar maka mandi junub kita itu tidak dianggap sah sehingga kita masih belum lepas dari hadats besar. Akibatnya shalat kita dianggap tidak sah bila kita menunaikannya dalam keadaan belum bersih dari hadats besar dan kecil. Sedangkan mandi junub yang benar itu ialah mandi junub yang dilakukan dengan mengamalkan car-cara mandi junub yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.

Beberapa keadaan yang diwajibkan untuk mandi junub :

Ada beberapa keadaan yang menyebabkan dia dianggap dalam keadaan berhadat besar sehingga diwajibkan dia untuk melepaskan diri darinya dengan mandi junub. Beberapa keadaan itu adalah sebagai berikut :

1. Keluarnya mani, apakah karena syahwat atau karena sebab yang lainnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabda beliau sebagai berikut :

(tulis haditsnya di Syarah Shahih Muslim An Nawawi juz 4 hal. 30 hadits ke 81)

Dari Abi Sa’id Al Khudri dari Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Hanyalah air itu (yakni mandi) adalah karena air pula (yakni karena keluar air mani”. HR. Muslim dalam Shahihnya.

Dalam menerangkan hadits ini Al Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi menyatakan : “Dan Ma’nanya ialah : Tidak wajib mandi dengan air, kecuali bila telah keluarnya air yang kental, yaitu mani”.

2. Berhubungan seks, baik keluar mani atau tidak keluar mani. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabdanya sebagai berikut :

(tulis haditsnya di Fathul Bari Ibni Hajar jilid 1 hal. 395 hadits ke 291)

Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi sallallahu alaihi waalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Apabila seorang pria telah duduk diantara empat bagian tubuh permpuan (yakni berhubungan seks) kemudian dia bersungguh-sungguh padanya (yakni memasukkan kemaluannya pada kemaluan perempuan itu), maka sungguh dia telah wajib mandi karenanya”. HR. Bukhari dalam Shahihnya.

3. Berhentinya haid dan nifas (Masalah ini akan dibahas insyaallah dalam rubrik kewanitaan).

4. Mati dalam keadaan Muslim, maka yang hidup wajib memandikannya. (Masalah ini akan dibahas insyaallah dalam topik pembahasan “cara memandikan jenazah”).

Cara menunaikan mandi junub :

Karena menunaikan mandi junub itu adalah termasuk ibadah kepada Allah Ta’ala, maka disamping harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, juga harus pula dilaksanakan dengan cara dituntunkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang memberitakan beberapa cara mandi junub tersebut. Riwayat-riwayat itu adalah sebagai berikut :

1. (tulis hadisnya dalam Sunan Abi Dawud jilid 1 hal. 63 hadits ke 249)

“Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda : Barangsiapa yang meningggalkan bagian tubuh yang harus dialiri air dalam mandi janabat walaupun satu rambut untuk tidak dibasuh dengan air mandi itu, maka akan diperlakukan kepadadanya demikian dan demikian dari api neraka”. HR. Abu Dawud dalam Sunannya hadits ke 249 dan Ibnu Majah dalam Sunannya hadits ke 599. Dan Ibnu Hajar Al Asqalani menshahihkan hadits ini dalam Talkhishul Habir jilid 1 halaman 249.

Dengan demikian kita harus meratakan air ketika mandi janabat ke seluruh tubuh dengan penuh kehati-hatian sehingga dilakukan penyiraman air ketubuh kita itu berkalai-kali dan rata.

2. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 429 hadits ke 248)

“Dari A’isyah radhiyallahu anha beliau menyatakan : Kebiasaannya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam apabila mandi junub, beliau memulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian beliau berwudhu’ seperti wudhu’ beliau untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari jemari beliau kedalam air, sehingga beliau menyilang-nyilang dengan jari jemari itu rambut beliau, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuh beliau”. HR. Al Bukhari dalam Shahihnya hadits nomer 248 (Fathul Bari) dan Muslim dalam Shahihnya hadits ke 316. Dalam riwayat Muslim ada tambahan lafadl berbunyi demikian : “Kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuhnya, kemudian mencuci kedua telapak kakinya”.

Jadi dalam mandi junubnya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, beliau memasukkan air ke sela-sela rambut beliau dengan jari-jemari beliau. Ini adalah untuk memastikan ratanya air mandi junub itu sampai ke kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di atasnya. Sehingga air mandi junub itu benar-benar mengalir ke seluruh kulit tubuh.

3. (tulis haditsnya di Shahih Muslim Syarh An Nawawi juz 3 hal 556 hadits ke 317)

“Maimunah Ummul Mu’minin menceritakan : Aku dekatkan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam air mandi beliau untuk janabat. Maka beliau mencuci kedua telapak tangan beliau dua kali atau tiga kali, kemudian beliau memasukkan kedua tangan beliau ke dalam bejana air itu, kemudian beliau mengambil air dari padanya dengan kedua telapak tangan itu untuk kemaluannya dan beliau mencucinya dengan telapak tangan kiri beliau, kemudian setelah itu beliau memukulkan telapak tangan beliau yang kiri itu ke lantai dan menggosoknya dengan lantai itu dengan sekeras-kerasnya. Kemudian setelah itu beliau berwudlu’ dengan cara wudlu’ yang dilakukan untuk shalat. Setelah itu beliau menuangkan air ke atas kepalanya tiga kali tuangan dengan sepenuh telapak tangannya. Kemudian beliau membasuh seluruh bagian tubuhnya. Kemudian beliau bergeser dari tempatnya sehingga beliau mencuci kedua telapak kakinya, kemudian aku bawakan kepada beliau kain handuk, namun beliau menolaknya”. HR. Muslim dalam Shahihnya hadits ke 317 dari Ibnu Abbas.

Dari hadits ini, menunjukkan bahwa setelah membasuh kedua telapak tangan sebagai permulaan amalan mandi junub, maka membasuh kemaluan sampai bersih dengan telapak tangan sebelah kiri dan setelah itu telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai dan baru mulai berwudhu’. Juga dalam riwayat ini ditunjukkan bahwa setelah mandi junub itu, sunnahnya tidak mengeringkan badan dengan kain handuk.

4. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 372 hadits ke 260)

“Dari Maimun (istri Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam), beliau memberitakan bahwa Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam ketika mandi janabat, beliau mencuci kemaluannya dengan tangannya, kemudian tangannya itu digosokkan ke tembok, kemudian setelah itu beliau mencuci tangannya itu, kemudian beliau berwudlu’ seperti cara wudlu’ beliau untuk shalat. Maka ketika beliau telah selesai dari mandinya, beliau membasuk kedua telapak kakinya”. HR. Bukhari dalam Shahihnya, hadits ke 260.

Dari hadits ini, menunjukkan bahwa menggosokkan telapak tangan kiri setelah mencuci kemaluan dengannya, bisa juga menggosokkannya ke tembok dan tidak harus ke lantai. Juga dalam hadits ini diterangkan bahwa setelah menggosokkan tangan ke tembok itu, tangan tersebut dicuci, baru kemudian berwudlu’.

Penutup Dan Kesimpulan :

Dari berbagai riwayat tersebut di atas kita dapat simpulkan, bahwa cara mandi junub itu adalah sebagai berikut :

1. Mandi junub harus diniatkan ikhlas semata karena Allah Ta’ala dalam rangka menta’atiNya dan beribadah kepadaNya semata.

2. Dalam mandi junub, harus dipastikan bahwa air telah mengenai seluruh tubuh sampaipun kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di manapun di seluruh tubuh kita. Karena itu siraman air itu harus pula dibantu dingan jari jemari tangan yang mengantarkan air itu ke bagian tubuh yang paling tersembunyi sekalipun.

3. Mandi junub dimulai dengan membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan, masing-masing tiga kali dan cara membasuhnya dengan mengguyur kedua telapak tangan itu dengan air yang diambil dengan gayung. Dan bukannya dengan mencelupkan kedua telapak tangan itu ke bak air.

4. Setelah itu mengambil air dengan telapak tangan untuk mencuci kemaluan dengan telapak tangan kiri sehingga bersih.

5. Kemudian telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai atau ke tembok sebanyak tiga kali. Dan setelah itu dibasuh dengan air.

6. Setelah itu berwudlu’ sebagaimana cara berwudlu’ untuk shalat.

7. Kemudian mengguyurkan air dari kepala ke seluruh tubuh dan menyilang-nyilangkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut kepala dan rambut jenggot dan kumis serta rambut mana saja di tubuh kita sehingga air itu rata mengenai seluruh tubuh.

8. Kemudian bila diyakini bahwa air telah mengenai seluruh tubuh, maka mandi itu diakhiri dengan membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki.

9. Disunnahkan untuk tidak mengeringkan badan dengan kain handuk atau kain apa saja untuk mengeringkan badan itu.

10. Disunnahkan untuk melaksanakan mandi junub itu dengan tertib seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.

Demikianlah cara mandi junub yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dan juga telah dicontohkan oleh beliau. Semoga dengan kita menunaikan ilmu ini, amalan ibadah shalat kita akan diterima oleh Allah Ta’aala karena kita telah suci dari junub atau hadats besar. Amin Ya Mujibas sa’ilin.1. Tentang pengertianorang yang mukalaf , artinya orang yang telah baligh dari sisi usianya dan telah mumayyiz dari sisi kemampuan berfikirnya. Mumayyiz itu sendiri artinya ialah kemampuan membedakan mana yang bermanfaat baginya dan mana pula yang bermudarat.

2. Tentang pengertian hadatas besar , telah diterangkan dalam Salafi ed. 1 th. V hal. ?

3. Ar Raudhatun Nadiyah, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan, hal. 35.

4. Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab, Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi, jilid 2 hal. 153, Darul Fiker Beirut Libanon, cet. Th. 1417 H / 1996 M.

Disalin dari: http://alghuroba.org/junub.php

semoga bermanfaat untuk kita

PROFESI TERBAIK

  • BERDAGANG SEBAGAI PROFESI TERBAIK , (Author: Triyanto)
  • BERDAGANG SEBAGAI PROFESI TERBAIK

    Allah SWT memberikan banyak pilihan kepada manusia untuk mencari penghidupan. Dan Allah SWT sangat mencintai hamba-hambanya yang giat dalam menjalani profesinya. Dan dengan hasil yang dia dapatkan kemudian dibelanjakan di jalan yang diridhaiNya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganyanya, juga untuk bersedekah, untuk persiapan masa depannya dan urusan-urusan yang baik(mashlahat). Allah SWT itu maha Baik. Dan hanya menerima yang baik-baik. Tujuan yang baik, niat yang baik, cara yang baik, dan perkataan yang baik

    Dalam sebuah hadits disebutkan :

    “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik,tidak menerima kecuali yang baik,dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya,”Hai rasul-rasul,makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh .Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Mu’minun: 51). Dan Ia berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”, (al-Baqarah: 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdo’a: Ya Rabb,Ya Rabb, sedang makanannya haram,minumannya haram,pakaiannya haram,ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?”. Dikeluarkan oleh Muslim, at-Tirmidzi.

    Salah satu profesi yang mulia disisi Allah adalah berdagang yaitu mengusahakan keuntungan dan keberkahan dengan transaksi jual-beli pada suatu barang atau jasa. Penjual mendapatkan keuntungan dengan harga yang dia berikan dan pembeli juga mendapat keuntungan dengan terpenuhinya barang-barang yang dia butuhkan. Dalam jual beli tersebut ada ijab-qobul baik berupa lisan, isyarat atau tulisan yang merepresentasikan keridhaan kedua pihak. Jual beli adalah cara yang paling baik bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Jika jual-beli/perdagangan itu subur maka masyarakat akan makmur. Tentu dengan jual beli/perdagangan yang tidak menyalahi aturan Allah SWT.

    Allah berfirman: “Dan Allah menghalalkan jual beli serta mengharamkan riba..” (Al-Baqarah : 275) Dan Rasulullah SAW selalu menasehati kepada para pedagang agar berhati-hati dalam perniagaanya jangan sampai terperosok kedalam dusta, sumpah palsu, riba dan hal-hal yang terlarang.

    Ibnu Hibban dan Ibnu Majah meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Wahai masyarakat dagang, sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan durhaka, kecuali yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berkata benar.”

    Muazd ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan pedagang-pedagang. Bila berbicara tidak bohong. Bila dipercaya tidak khianat. Bila berjanji tidak menyalahi. Bila membeli tidak mencela. Bila menjual tidak memuji dagangannya. Bila mempunyai tanggungan tidak menangguhkan sehingga masa perjanjian telah lewat. Bila hartanya pada orang lain tidak mempersulit.” (HR Al Baihaqi)

    Ibnu Umar ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: Pedagang yang dipercaya, selalu berkata benar yang beragama Islam, kelak di hari kiamat dihimpun bersama orang-orang yang mati syahid. (HR Ibnu Majah dan Al Hakim)

    Wallahua'lam
  • semoga bermanfaat

    Sistem Keuangan

  • Sistem Keuangan setan Sangat Merugikan Umat Manusia , (Author: Republika)
  • Dr. Ahmad Riawan Amin mempertegas penyebab miskin umat Islam di Indonesia. Menurutnya, penyebab kemiskinan tersebut adalah bangsa ini masih terus terjebak pada satanic finance atau sistem keuangan setan yang diprakarsai negara-negara Barat.

    “Ada tiga pilar yang menjadi kekuatan sistem keuangan setan. Yaitu, uang kertas, dibolehkannya bank melakukan pencetakan uang, dan sistem riba,” papar praktisi perbankan syariah yang aktif menulis buku tentang pentingnya penerapan sistem ekonomi syariah.

    “Uang kertas yang sekarang menjadi alat tukar kita, sebenarnya uang yang dipaksakan. Karena tidak mempunyai nilai dari uang itu sendiri,” jelas Riawan. Karena itu, menurutnya, di antara langkah yang harus dilakukan umat Islam adalah selain kembali kepada sistem ekonomi syariah juga harus mulai menerapkan uang dinar dan dirham.

    Riawan Amin tidak menyebutkan siapa biang kerok di balik kebusukan sistem ekonomi saat ini. “Saya tidak perlu menyebutkan siapa. Tapi, saya yakin kita sudah tahu. Bayangkan, penduduk yang jumlahnya hanya 1 sampai 2 persen Amerika bisa menguasai 80 persen perekonomian Amerika. Dan orang-orang inilah yang menguasai 30 persen ekonomi dunia,” papar Riawan lebih jelas.

    Masih menurut Riawan, Indonesia mungkin masih lebih bagus dari Amerika dalam soal keuangan. Karena bank sentralnya masih milik negara. Tapi di Amerika, The Fed atau bank sentral Amerika sama sekali bukan milik negara. Tapi gabungan dari beberapa perusahaan keuangan swasta di sana. Berkait dengan fractional reserve requirement, Riawan menjelaskan dewasa ini jumlah uang yang bisa dihasilkan oleh bank bisa senilai sembilan kali lipat dari total uang yang sebenarnya beredar di masyarakat karena di-back up oleh koin emas atau perak, sebab bank hanya perlu mencadangkan 10 persennya saja. Uang itulah yang dipinjamkan kepada masyarakat dengan bunga (interest) yang merupakan pilar ketiga “Sistem Keuangan Setan”,” papar Riawan.
  • renungan: TOPLES MAYONES

    TOPLES MAYONES

    Manakala hidupmu tampak susah untuk dijalani ... manakala 24 jam sehari terasa masih kurang ... ingatlah akan toples mayones dan dua cangkir kopi.


    * * * *

    Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa barang di depan mejanya.

    cid:112301ca4c99$384147b0$0604000a@saharacpt.lan

    Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mengambil sebuah toples kosong mayones yang besar dan mulai mengisi dengan bola-bola golf.
    Kemudian dia berkata pada para muridnya, apakah toples itu sudah penuh. Mereka menyetujuinya.
    Kemudian dia mengambil sekotak batu koral dan menuangkannya ke dalam toples. Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf.
    Kemudian dia bertanya pada para muridnya, apakah toples itu sudah penuh. Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh.

    Selanjutnya profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples ... Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sudah penuh ... Para murid dengan suara bulat berkata, "Yes" ...
    Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir. Para murid tertawa ....

    "Sekarang," kata profesor ketika suara tawa mereda, "Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu."
    "Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting - Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat"
    "Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh."
    "Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil."
    "Pasir adalah hal-hal yang lainnya -- hal-hal yang sepele."

    "Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples," lanjut profesor, "Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun untuk bola-bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu."
    "Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian."

    "Jadi ..." "Beri perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu."
    "Bermainlah dengan anak-anakmu."
    "Luangkan waktu untuk check up kesehatan."
    "Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam"
    "Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah dan memperbaiki perabotan."

    "Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf - Hal-hal yang benar-benar penting.

    Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya."
    Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kopi mewakili apa?"
    Profesor tersenyum
    . "Saya senang kamu bertanya."
    "Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat..."

    * * * * *

    Bagikanlah dengan "bola-bola golf" yang lain

    semoga bermanfaat untuk kita.

    Rabu, 22 September 2010

    Mengapa Harus Membiarkan Pl a y b o y ?

    assalaamu’alaikum wr. wb.

    Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh para pembela majalah Playboy Indonesia untuk berkelit dari segala tuduhan. Serangan dari pihak anti-Playboy sudah teramat jelas : Playboy dan segala produknya telah merusak moral banyak bangsa, dan kini juga mengancam Indonesia. Marilah kita tunaikan hak jawab para pendukung Playboy-isme ini dan menjawabnya dengan akal yang jernih dan sehat.

    Ini adalah seni, bukan hawa nafsu !
    Ini adalah pernyataan subjektif yang sulit sekali dicek kebenarannya, kecuali dengan
    lie detector, hipnotis atau penggunaan obat-obatan tertentu untuk mencegah si pengucapnya berbohong. Bagaimana pun, Taufik Ismail pernah memberikan sebuah parameter sederhana untuk mengecek apakah suatu karya sastra itu porno atau tidak.Caranya adalah dengan mengganti semua karakter perempuan dalam karya tersebut dengan ibu, bibi, kakak perempuan, adik perempuan, dan putri-putri kita. Jika kita merasa tidak nyaman, maka itulah indikasi pertama adanya unsur kepornoan dalam sebuah cerita. Logika yang sama bisa digunakan untuk Playboy. Meski demikian, dalam sebuah peradaban yang sudah buta mata hatinya, bisa jadi cara ini sudah tidak ampuh lagi. Saya pribadi lebih memilih lie detector, hipnotis, atau obat-obatan. Kalau memang jujur, mengapa harus takut?

    Sensual tidak ekivalen dengan porno
    Lagi-lagi masalah kejujuran.
    Ada orang yang bilang bahwa supermodel perempuan yang berpakaian bikini tidak membuatnya terangsang. Bisa jadi itu benar, dalam kasus kaum homoseksual. Akan tetapi, kebanyakan hanya sekedar lip service. Kenyataannya mereka hanya ingin agar para model tersebut memenuhi fantasi liarnya. Dan harus diakui, sebagian perempuan justru menikmati peran sebagai objek fantasi kotor lelaki sedunia.

    Bagaimana pun kita mesti objektif dan melihat pada kenyataan di lapangan. Jaman sekarang, anak SMP memperkosa balita pun ada, bahkan mahasiswa yang menodai nenek-nenek pun ada.Polanya sudah kelihatan : mereka sama-sama mengkonsumsi video atau gambar-gambar porno sampai-sampai membuatnya tidak sabaran lagi. Dan produk-produk kotor semacam itu ada juga yang menyebutnya ‘adult entertainment’, ‘adult material’, ‘tujuh belas tahun ke atas’, dan sebagainya. Semua istilah tersebut (pada kenyataannya) merujuk pada satu hal : porno.

    Kalau mau bicara soal kejujuran memang tidak akan ada habis-habisnya. Noam Chomsky pernah bercerita tentang sebuah buku tebal yang bercerita bahwa orang-orang Palestina bukanlah penduduk asli di tanah airnya itu, melainkan sama-sama pendatang sebagaimana orang-orang Yahudi. Buku itu dilengkapi dengan ratusan catatan kaki yang – setelah dicek secara seksama – semuanya fiktif! Manusia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan mukanya, termasuk berbohong. Jadi, marilah kita bicara mengenai hal-hal yang kuantitatif, terukur, dan tidak subjektif.

    Playboy Indonesia tidak bermuatan pornografi
    Kata “tidak” pada pernyataan di atas semestinya diganti dengan kata “belum”. Bagaimana pun
    brand Playboy sudah dikenal luas sebagai icon pornografi dunia. Jika memang tidak berniat memuat material pornografi, mengapa tidak berafiliasi dengan majalah-majalah lain saja? Masih banyak majalah lain yang tidak menyertakan muatan-muatan pornografi yang bisa dijual diIndonesia. Lagipula, batasan pornografi sendiri juga berkembang dari waktu ke waktu, jika memang harus mengikuti keinginan manusia. Dahulu, Marilyn Monroe yang terlihat sedikit betis dan pahanya karena gaunnya tertiup angin saja sudah dianggap kelewat batas. Sekarang, tubuh perempuan yang tidak ditutupi sehelai benang pun bisa-bisanya disebut karya seni. Begitulah jadinya kalau mau tunduk pada pada standar manusia yang tidak konsisten.

    Bukan hanya Playboy ...
    Seratus! Setuju sepenuhnya! Memang bukan hanya Playboy yang memuat pornografi! Oleh karena itu, setelah Playboy,
    insya Allah akan banyak majalah, tabloid, koran dan bahan bacaan lainnya yang harus dihabisi. Masalah siapa yang kebagian giliran duluan, itu tidaklah terlalu masalah.Justru Playboy sebagai icon pornografi paling terkenal di dunia sangatlah layak untuk dijadikan sasaran tembak pertama dan utama.

    Playboy Indonesia beda !
    Ini sama saja dengan bir yang mengaku tidak mengandung alkohol. Anggaplah memang benar sebuah perusahaan bisa memproduksi bir tanpa alkohol, namun jika perusahaan tersebut tetap memproduksi bir standar (yaitu yang mengandung alkohol), maka produknya tetaplah haram.Mereka yang bilang bahwa minuman beralkohol sajalah yang haram berarti tidak paham syariat Islam yang sesungguhnya. Islam selalu memboikot keburukan dan pelakunya.
    Khamr adalah suatu bagian dari sebuah dosa besar, dan karenanya, tidak hanya peminumnya yang mesti diluruskan, namun juga penjualnya, pabriknya, para pekerja di pabriknya, dewan direksi perusahaan produsennya, para pemegang saham di perusahaan tersebut, bahkan sampai tukang sapu dan satpam yang bekerja di perusahaan tersebut. Katakanlah Playboy Indonesia memang tidak memuat pornografi sebagaimana Playboy di negara lain, tetap saja tidak wajar bagi mereka untuk mengibarkan bendera Playboy dengan imbalan menyetor sekian persen dari keuntungan pada induk perusahaan yang memproduksi pornografi. Memberi uang pada pelaku kebejatan sama saja dengan mendukung usaha mereka.

    Kalau tidak suka, jangan beli !
    Nah, ini sudah jelas bukan ucapan orang yang mengerti Islam barang secuil pun. Dalam Islam, menolak dalam diam adalah bentuk terlemah dari iman. Ya, memang manusia dengan selemah-lemahnya iman pun tetap bisa dibilang beriman, dan setiap orang yang beriman pasti akan masuk surga, walaupun barangkali mesti ‘dicuci’ dulu dosa-dosanya di neraka. Akan tetapi, neraka bukanlah ancaman yang bisa dianggap remeh. Meskipun kemungkinan besar tidak akan abadi di
    sana, namun orang beriman yang akalnya masih sehat tidak mau berjudi dengan nasibnya di akhirat. Karena itu, seorang Muslim yang otaknya masih berfungsi tidak akan puas hanya dengan selemah-lemahnya iman. Terlalu banyak hal yang dipertaruhkan disini, Bung!

    Bagaimana dengan FPI dkk. ?
    Playboy
    Indonesia selalu merasa bahwa musuh besarnya adalah FPI dan semacamnya. Ini adalah bentuk dari pelarian, yaitu dengan menunjuk hidung orang lain yang mereka anggap lebih jelek daripada dirinya, padahal itu adalah soal lain lagi. Anti dengan Playboy tidak mesti sejalan dengan FPI. Jika mereka menganggap cara-cara yang dilakukan oleh FPI tidak baik, maka mereka juga harus diberi tahu bahwa banyak orang lain yang menggunakan cara-cara lain untuk menentang Playboy.

    Cara pelarian seperti ini tipikal sekali untuk digunakan oleh kaum liberalis-sekularis untuk melarikan diri dari masalah. Ketika mempromosikan sekularisme, mereka akan segera merujuk pada tindakan-tindakan ekstrem yang dilakukan oleh orang-orang yang mereka sebut ‘fanatikus agama’ atau ‘fundamentalis’. Padahal, tindakan yang dilakukan oleh kaum sekular fanatik juga tidak lebih baik. Apa yang dilakukan oleh para penjaga di penjara Abu Gharib bukanlah hasil perilaku orang-orang yang taat beragama, melainkan murni sekular. Kekejaman Zionisme juga bukan berasal dari keyakinan yang kuat terhadap agama Yahudi. Bahkan dengan sangat tidak masuk akalnya, ada pula yang melarang jilbab hanya karena ia menunjukkan simbol agamanya secara ‘ofensif’. Ofensif apanya? Siapa yang merasa diserang? Entahlah.

    Jadi, berhentilah lari dari kenyataan. Playboy tetaplah Playboy yang misinya adalah menebar pornografi di seluruh dunia. Tidak mungkin berdamai dengan Islam.

    wassalaamu’alaikum wr. wb.


    semoga bermanfaat untuk kita

    Powered By Blogger

    Entri Populer