Cerita Saya

Foto saya
Selalu belajar dan mencari ilmu yang berguna/bermanfaat untuk pribadi dan masyarakat.

Kamis, 21 Agustus 2014

Awas! Isu ISIS modus baru membabat aktivis Islam di Indonesia



 
 Salah seorang aktivis Islam, anggota Majelis Mujahidin Brebes Ade Puji Kusmanto, ditangkap polisi hanya lantaran memakai kaos bertuliskan kalimat tauhid Lailaha illa Allah 




(Arrahmah.com) – Gempuran terhadap umat Islam datang silih berganti tak kenal henti. Hantaman demi hantaman terus dilancarkan oleh berbagai pihak yang tidak senang dengan keberadaan dan kemajuan Islam baik di dalam maupun luar negeri. Sampai yang paling terkini adalah isu tentang keberadaan kelompok ISIS di Indonesia. Melihat fenomena hantaman terhadap Islam ini, semakin menguatkan analisa bahwa pihak-pihak yang berkepentingan dengan kehancuran islam akan terus menggulirkan isu-isu apa saja, asalkan bisa melemahkan dan memecah persatuan islam. Kesan bahwa Islam itu sumber teror bagi masyarakat kembali ingin dimunculkan.
Jadi teringat beberapa tahun yang lalu ada pernyataan dari seorang petinggi aparat tentang anjuran untuk melaporkan bila ada pria berjanggut, berjubah dan bersurban dilingkungan masyarakat. Ciri-ciri teroris yang diangkat dalam pemberitaan media sekali lagi menampilkan sosok islam yang justru menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW, namun gambaran yang ingin ditampilkan bahwa ciri seperti ini adalah bahaya baru di masyarakat yang harus diwaspadai. Entah apa maksudnya, seolah aparat ingin masyarakat ikut “menghukum” orang-orang yang menjalankan sunnah.
Kemudian disusul dengan aksi pemberantasan terorisme yang akhirnya malah melegalkan penembakan secara sembrono oleh Densus 88 terhadap masyarakat yang tak terbukti terlibat kasus terorisme, namun harus meregang nyawa akibat timah panas yang serampangan dihujani pada siapa saja yang menjadi sasaran. Semua ini terkesan sebagai bentuk aksi “babat rumput” terhadap aktivitas dakwah Islam, yang hingga saat ini belum berhenti dan entah sampai kapan akan berhenti. Media yang juga turut menyebarkan berita, semakin menguatkan citra buruk bagi umat islam, bahwa islam yang berciri-ciri seperti tampilan dalam berita adalah islam yang tidak benar, sering menimbulkan keresahan di masyarakat, penebar teror berbahaya dan beragam stempel negatif lainnya.
Kasus tuduhan terlibat terorisme adalah salah satu pelajaran penting bagaimana umat Islam ditekan dengan aparat yang represif. Seseorang dengan mudahnya ditembak karena tuduhan sebagai anggota jaringan terorisme, yang tentu saja tak bisa dibantah korban karena sudah terbujur kaku setelah di dor aparat. Berapa banyak sudah korban kekejaman Densus 88 sebagai “pembasmi teroris” yang seenaknya ditangkap, disiksa dan ditembak karena mereka telah distempel sebagai teroris. Lalu media gegap gempita mengangkat berita tersebut dan membumbui dengan kabar-kabar yang sengaja ditampilkan untuk menanamkan opini buruk tentang islam.
Kini setelah isu terorisme tidak “hangat” lagi, mulai timbul pertanyaan, akankah isu keterlibatan dalam kelompok ISIS bakal menjadi senjata baru yang dipakai untuk menginjak umat islam? Bukankan Pemerintah Indonesia telah jelas menolak keberadaan ISIS di negeri ini, hingga aparat keamanan tentu saja punya legalitas untuk memberantas kelompok ini dan siapa saja yang terlibat di dalamnya? Akankah Densus 88 atau akan ada satuan khusus yang baru dibentuk untuk memberantas ISIS, walaupun sebenarnya ISIS itu tidak ada di Indonesia? Kalau pun ada, hanya sebatas ISIS jadi-jadian.
Bila terbukti benar, silahkan saja aparat kemudian menangkap seseorang dengan tuduhan terlibat kelompok ISIS. Namun sangat disayangkan bila metode “tuduhan tak terbukti” kembali dijalankan hanya sebagai topeng dibalik aksi “babat rumput”. Apalagi bila aksi memberantas kelompok ISIS ini hanya isu rekayasa yang dijalankan untuk mengambil keuntungan penggelontoran rupiah. Haruskah umat islam kembali jadi korban bulan-bulanan dan kearoganan aparat? Umat harus menjalani pemeriksaan khusus hanya karena berpakaian dengan atribut islami, diperiksa karena rajin mengikuti serangkaian kegiatan kajian islam, oh ironis sekali. Hak-hak asasi umat islam bisa dengan mudah diacak-acak karena kepentingan aparat untuk memberantas isu ISIS.
Lalu kita akan dikagetkan dengan drama berita penangkapan bahkan penembakan seseorang yang diduga terlibat dalam kelompok ISIS, target sudah dilabeli sebagai teroris dan diburu aparat negara, maka status hukumnya (benar atau salah) menjadi tidak penting. Bila sudah terstempel sebagai teroris, maka hilanglah hak memberi keterangan tentang dirinya. Bahkan keluarga dan kerabat pun tidak dapat berkutik menghadapi tuduhan teroris. Katakanlah seorang ustad atau pengajar agama, bila sudah dicap sebagai anggota ISIS, maka tak perlu banyak tanya lagi, langsung tangkap bahkan kalau perlu di-dor di tempat. Menyedihkan.
Jangan sampai hanya karena isu ISIS dan kepentingan memberantasnya lantas masjid-masjid diawasi secara ketat, lalu umat islam tak lagi bebas mengenakan pakaian islami, ceramah-ceramah kembali dijaga aparat, kegiatan dakwah islam mendapat tekanan dan hambatan. Semoga umat islam semakin cerdas dan berpikiran terbuka, bahwa segala isu yang sedang terjadi harus benar-benar diwaspadai dan diambil pelajaran, hingga kasus yang pernah menimpa umat islam di masa lalu tidak kembali terjadi. Perpecahan akan menguntungkan pihak yang tidak suka terhadap islam. Jangan sampai umat islam kembali jatuh dalam perangkap skenario yang sama… waspadalah. (arrahmah.com)

Selasa, 19 Agustus 2014

ucapan alm. munir tentang PRABOWO

yuk kita lihat dan dengar apa kata alm. munir tentang sosok Prabowo, klik bincang-bincang

KEBOHONGAN JOKOWI YANG TERBONGKAR

yuk kita lihat atau tengok sejenak apa saja kebohongannya klik JOKOWI PEMBOHONG

Surat Dari Gaza Palestina : Ucapan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke 69 Tahun



Islamedia.co - Peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 69 tahun menarik perhatian warga Palestina, salah seorang warga Gaza Palestina menuliskan ucapan selamat atas kemerdekaan Indonesia. Berikut isi surat ucapan Selamatnya:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada junjungan kita, Muhammad SAW.

Keluarga dan saudara kami yang mulia dan tercinta di Indonesia, pada peringatan hari kemerdekaan yang telah dibayar dengan nyawa para syuhada, darah dan tahanan para pejuang.

Para pejuang Bangsa Indonesia sudah merasakan sebagaimana yg saat ini dirasakan bangsa Palestina, seperti pembunuhan dan penghancuran atas tanah dan bangsa kami.

Bangsa Indonesia sudah berjuang dan mengusir penjajah Belanda dgn penuh keberanian dan heroisme persis sebagaimana kami saat ini, para Pejuang Palestina yang berjuang melawan penjajah zionis Israel.

Pemimpin bangsa Indonesia, Soekarno dan Hatta telah berjuang mengusir penjajah dan sekarang di Palestina, bangsa kami dan para pemimpin kami seperti Abul Abd Haniyah, Muhammad Addayf sedang berjuang untuk mengembalikan hak-hak kami yang direnggut penjajah zionis.

Sungguh penjajah itu sudah melakukan kejahatan kemanusiaan yang sangat luar biasa kepada bangsa Indonesia sebagaimana juga yang saat ini dilakukan oleh penjajah zionis kepada bangsa kami di Palestina, terutama di Gaza.


Untuk itu, kita adalah bangsa yang sama-sama telah merasakan hidup sakit dibawah tekanan dan kejahatan penjajah, kami berharap kepada Allah dalam waktu yang dekat, Palestina Merdeka sebagaimana bangsa Indonesia telah Merdeka.Kami melihat dan merasakan sendiri, masyarakat Gaza MENCINTAI bangsa Indonesia di setiap sudut-sudut kota Gaza ada bantuan-bantuan yang sudah sampai kepada kami dari lembaga2 kemanusiaan yang berasal dari Indonesia.

Dan Gaza pada saat bangsa Indonesia sedang memperingati hari kemerdekaannya.Semoga menjadi inspirasi bagi kami (di Gaza) untuk membebaskan Al Quds, Al Aqsha dan Palestina secara keseluruhan.

Salam CINTA dari saudaramu di Gaza, dan juga salam CINTA dari saudara2mu yg masih mendekam di penjara-penjara zionis Israel di Tepi Barat.


Wassalaamu 'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuhu

Salam dari saya,
Fursan Khalifa (Abul Abbas)
Gaza, 16/8/2014

SD Negeri Entrop Papua Usir Siswi yang Menggunakan Jilbab



Islamedia.co - Kasus diskriminasi penggunaan jilbab didunia pendidikan kembali terjadi, kali ini terjadi di Kota Jayapura. Seorang siswi kelas 5 SD Negeri Entrop bernama Faradila diusir dari sekolah hanya karena mengenakan jilbab.

Orang tua siswi tersebut, Iwan menceritakan bahwa pengusiran pertama terjadi pada hari Kamis (14/8/2014) di mana menurut sang anak saat itu wali kelasnya, H. Sirait mengusir sang anak karena mengenakan jilbab. Saat itu juga Faradila langsung pulang. Demikian sebagaimana diberitakan oleh harian Cenderawasih Pos.

Lalu pada Sabtu (16/8/2014) Faradila kembali ditegur untuk tidak mengenakan jilbab dan akhirnya kejadian pengusiran terakhir terjadi pada Senin (18/8/2014) kemarin sekitar pukul 08.00 WIT.

“Awalnya anak saya diusir pada hari Kamis. Saat itu ia langsung disuruh pulang. Saya sendiri tahu ketika disuruh jemput anak saya di depan toko,” kata Iwan.

“Pada hari Sabtu (16/8/2014), Faradila diultimatum untuk Senin (18/8/2014) tidak lagi menggunakan jilbab dan bila melanggar maka diminta untuk segera mengurus surat pindah. Ini disampaikan Wali Kelas dan Kepala Sekolahnya,” jelas Iwan yang dibenarkan anaknya.

Iwan ngotot bahwa sang anak tidak bersalah soal pakaian ini, sebab sekolah tersebut adalah sekolah negeri. Apalagi sang anak sendiri yang memiliki keinginan untuk mengenakan jilbab.
Menurut Iwan kerudung tidak mengganggu proses belajar mengajar.

“Anak saya mulai berkerudung sejak 4 Agustus lalu dan saya tidak pernah meminta anak saya berkerudung, tapi dia yang mau. Nah, kalau akhirnya dilarang oleh sekolah kami juga bingung. Itu aturan dari mana?” tanyanya penuh keheranan.[kabarpapua/im]

Ini Dia 15 Fakta Jokowi Antek PKI Yang Disembunyikan Media



PeduliFakta.Blogspot.com -
Berikut fakta-faktanya :

Pertama, Sampai hari ini Jokowi tidak mampu buktikan keberadaan akte kelahiran, surat nikah asli, kartu keluarga asli dst. Kenapa?

Fakta 2: Nama ayah Jokowi SUDAH TERBUKTI adalah WIDJIATNO, bukan Noto Mihardjo. Widjiatno eks Ketua OPR PKI BOYOLALI

Fakta 3. Sudah TERBUKTI Jokowi dilahirkan di GIRIROTO, NGEMPLAK, BOYOLALI tahub. 1961. Bukan di RS Brayat Minulyo, bukan di Kali Pepe, Solo.

Fakta 4. Sudah terbukti keluarga Jokowi BUKAN Keluarga Miskin. Kakeknya Lurah Kragan. Tuan Tanah, pemilik Huller Kedungredjo, Kragan. 

Fakta 5. Jokowi sengaja sembunyikan adik-adik ayahnya (4 orang) agar tidak dapat dihubungi untuk dapatkan kesaksian mereka tentag Widjiatno & PKI. 

Fakta 6. Widjiatno ayah Jokowi pindah dari Kragan, Karanganyar ke Giriroto, Boyolali tahun 1959 saat menikah dengan aktivis Gerwani Sudjiatmi. 

Fakta 7. BOYOLALI adalah PUSAT kekuatan PKI tahun 1955 - 1965. Satu2nya Kabupaten MERAH di Indonesia. Giriroto Basis PKI Boyolali

Fakta 8. 1 Oktober 1965 pagi buta, 2 jam Letkol Untung umumkan Dewan Revolusi di Jakarta, terjadi pembantaian umat Islam di Giriroto Boyolali.

Fakta 9. Pembalasan umat Islam terhadap PKI Boyolali atau Giriroto, baru terjadi setelah RPKAD+Kodam Siliwangi merebut kembali Kodam Diponegoro. Setelah sebelumnya, selama lebih sebulan, Kodam Diponegoro direbut Tentara Merah PKI. Setelah sebelumnya, selama lebih sebulan, Kodam Diponegoro direbut dan dikuasai Tentara Merah PKI.”

Fakta 10. Setelah Kodam Diponegoro direbut kembali oleh RPKAD dan Pasukan Kodam Siliwangi, baru TNI masuk ke Boyolali Ngemplak Giriroto.

Fakta 11. Saat TNI masuk ke Giriroto, Boyolali, sebagian besar pasuka.n Tentara Merah sudah melarikan diri. Diantaranya keluarga Widjiatno

Fakta 12. Berdasarkan pengakuan para saksi di Tirtoyoso, Manahan Solo, keluarga Widjiatno baru pindah ke Tirtoyoso thn 1971.

fakta 11. Ada missing period (1966-1970) dimana Widjiatno dan keluarganya berada? Sangat Patut Diduga : Dipersembunyiannya.

Fakta12. Ingatlah istilah-istilah populer jaman PKI ini.
1. Revolusi mental, 
2. Gerilya dari pintu ke pintu, 
3. Pekerja Partai, 
4. Pasoepati, dst
Ungkapan-ungkapan yang sering diucapkan Jokowi dan ibunya : ungkapan PKI. Apalagi ketika Jokowi sebutkan ingin bubarkan Babinsa. Itu = usul Aidit. 

Fakta 13. Jokowi sebagai Walikota Solo mendukung penuh operasi intelijen Hendropriono yang menciptakan /rekayasa "Teroris Islam" di Solo. 

Fakta 14. Jokowi saat jadi cawalkot Solo didukung penuh organisasi Cina Komunis Solo : Ho Hap (PMS Surakarta nama resminya).

Fakta 15. Tempat tinggal Jokowi awalnya di Solo di daerah selatan Solo yang dikenal sebagai segitiga PKI (solo-klaten-boyolali). Jika ditarik sedikit keluar, daerah dimana Jokowi tinggal : Solo Selatan, Sukoharjo, Karang Anyar, Sragen, Klaten, Wonogiri: basis PKI. Almarhum Eyang kami adalah mantan Bupati Sukohardjo, warisan catatan mengenai titik-titik atau basis-basis PKI di lingkar selatan tersebut cukup lengkap. Tanpa bermaksud SARA, mayoritas Katolik Solo Selatan, Ngemplak dan Boyolali umumnya eks PKI. Masuk katolik untuk dapat perlindungan gereja.
(TM2000back)
Powered By Blogger

Entri Populer