هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وعلى آله وصحبه أجمعين ا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا أما بعد : فإنّ أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى النبي ; وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالةفي النار
Kaum muslimin rahimakumullahu …Pada
kesempatan yang penuh barakah ini, kami wasiatkan kepada diri kami
sendiri juga kepada segenap jama’ah kaum muslimin, agar senantiasa
bertaqwa kepada Alloh. Marilah kita mengindahkan perintah Alloh dan
Rasul-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauh dari segala
larangan-Nya, karena semua itu merupakan urgensi dari ketaqwaan. Dengan
ketaqwaan, Alloh akan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat;
di dunia memperoleh kebahagiaan walaupun hidup sederhana, di akhirat
memperoleh warisan surga.
Sebagaimana Alloh berfirman:
Itulah surga yang akan Kami wariskan pada hamba-hamba Kami yang bertaqwa (QS. Maryam [19]: 3)
Ma’asyiral muslimin rahimaniy warahimakumullahu
Alloh
telah memberikan berbagai macam nikmat kepada seluruh makhluk di alam
ini terutama kepada hamba-Nya yang berimana, maka hendaknya kita
bersyukur pada Alloh atas semua nikmat tersebut.
Alloh berfirman:
Jikalau kalian mencoba menghitung nikmat-Ku niscaya kalian tidak mampu menghitungnya. (QS. An-Nahl [16]: 18).
Seandainya
lautan di alam dunia ini menjadi tinta, pohon-pohon di permukaan bumi
ini dijadikan pena-Nya untuk mencatat nikmat-nikmat Alloh Ta’ala, maka
takkan cukup untuk mencatatnya.
Dan merupakan nikmat yang paling
besar yang diberikan kepada hamba-Nya yang beriman adalah nikmat Iman
dan Islam. Dengan keimanan, seorang dapat mencapai ridha Alloh Ta’ala.
Di
dalam diri seseorang, keimanan itu dapat berubah-ubah terkadang
meningkat, terkadang merosot. Dengan melakukan amalan shalih dan
menjalankan perintah Alloh, keimanan kita bisa meningkat. Dan dengan
pelanggaran syari’at dan berbuat maksiat, keimanan seseorang bisa
merosot.
Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak dengan sanad yang hasan, lihat as-Shahihah 1585:
إِنّ اْلإِيْمَانَ لَيَخْلُقُ كَمَا يَخْلُقُ ثَوْبُ أَحَدِكُمْ فَاسْأَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدّدَ اْلإِيْمَانَ فِي قُلُوْبِكُمْ
Sesungguhnya keimanan dapat menjadi lekang bagaikan baju yang berubah usang. Karena itu mintalah kepada Alloh agar Dia memperbaharui iman dalam hati kalian.
Selain
nikmat iman, yang Alloh berikan kepada hamba-Nya yang beriman adalah
Alloh Ta’ala memberikan nikmat Islam. Dan agama Islam merupakan agama
diridhai.
Alloh Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya.
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Alloh hanyalah Islam. (QS. Ali Imran [3]: 19).
Dan sungguh termasuk orang-orang yang merugi siapa pun yang mencari agama selain Islam. Sebagaimana Alloh Ta’ala berfirman:
Barangsiapa
mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama
itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Ali Imran [3]: 85).
Kaum muslimin rahimaniy warahimakumullahu ….
Perlu
kita sadari bahwa karena kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan
peningkatan keimanan telah merusak moral kaum muslimin. Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi yang mestinya menjadi pegangan telah ditinggalkan oleh
sebagian besar saudara kita, sebagai gantinya mereka rame-rame
menghadapkan wajah dan pikirannya kepada orang-orang barat yang pada
umumnya mereka adalah orang-orang kafir.
Islam mendapat tantangan
dari berbagai pihak, Yahudi dan Nasrani yang dari awal diutusnya Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam sudah menyatakan permusuhan
kepada Islam, semakin gencar merusak sendi-sendi Islam, sehingga tidak
sedikit umat Islam yang tidak tahu akan aqidahnya sendiri. Sebagaimana
yang digambarkan dalam al-qur’an.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al-Baqarah [2]: 120)
Mereka
mamasukkan gaya hidup mereka yang rusak dan keropos ke dalam tatanan
hidup kaum muslimin yang indah nan damai ini. Dengan propaganda yang
bertubi-tubi mereka tanamkan dogma bahwa ajaran Islam ini sudah kuno tak
layak untuk direalisasikan di zaman modern ini.
Dan realita yang ada, tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan kaum muslimin telah mencontoh kehidupan orang-orang kafir.
Atas
dasar itulah, saya sebagai khatib berpesan kepada kaum muslimin
seluruhnya agar berhati-hati terhadap pemikiran orang kafir dan jauhilah
gaya hidup mereka dengan mengikuti gaya hidupnya berarti telah bersikap
loyal terhadap mereka. Sedangkan berloyalitas kepada orang kafir
hukumnya haram. Sebagaimana firman Alloh melarang dalam al-Qur’an.
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin sebagian
yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka,
sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zhalim. (QS. Al-Maidah [5]: 51).
Dan termasuk pokok-pokok
aqidah Islam adalah wajib bagi setiap muslim untuk berloyalitas kepada
sesamanya dan memusuhi orang-orang kafir. Maka hendaknya ia mencintai
ahli tauhid dengan penuh keikhlasan dan memberikan wala’ (kasih sayang)
kepada mereka. Hendaknya membenci ahli syirik dan menegakkan pilar
permusuhan terhadap mereka. Dan inilah ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihi salam
dan ummatnya. Kita diperintah untuk mencontoh mereka. Sebagaimana Alloh
berfirman dalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya telah ada suri
tauladan bagimu pada Ibrahim dan orang yang bersama degan dia; ketika
mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh. Kami ingkari
(kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja.
“Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan
memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun
dari kamu (siksaan) Alloh.” Ibrahim berkata: “Ya Rabb kami, hanya kepada
Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat
dan kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4).
Bahkan
Alloh Ta’ala melarang orang-orang mu’min berloyalitas terhadap orang
kafir walaupun mereka itu orang yang paling dekat. Sebagaimana Alloh
telah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu
menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika
mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara
kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka-mereka
itulah orang-orang yang zhalim. (QS. At-Taubah [9]: 23).
Alloh
dengan tegas melarang kita bersikap loyal terhadap orang kafir.
Diantara bentuk loyalitas adalah meniru gaya hidup mereka seperti
mencukur jenggot, memanjangkan kumis, ikut serta dalam perayaan mereka
semisal perayaan natal, valentine, dan hari raya lain yang bukan hari
raya Iedul fithri dan Idul Adha, semua itu merupakan tasyabbuh terhadap
mereka.
Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مَنْ تَشَبّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut. (HR. Tirmdizi dan Abu Dawud, dikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil: Hasan Shahih 1269)
Berkata Syaikh al-Fauzan:
“Maka
Alloh Ta’ala telah melarang berloyalitas terhadap Yaghudi dan Nasrani
dan hal tersebut mencakup cinta kepada mereka dalam hati, menolong
mereka, membela mereka, berbuat baik dan senang kepada mereka, semua itu
termasuk wala’ atau loyalitas terhadap mereka.”
Maka, kita
melihat hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dan perkataan para
ulama menunjukkan haramnya berloyalitas kepada orang yang-orang yang
kafir dalam bentuk apapun lantara mereka telah mengingkari kebenaran
dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Alloh
berfirman dalam surat al-Mumtahanah ayat pertama yang artinya,
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu
menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Nabi Muhammad) karena rasa kasih sayang; padahal
sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu,
mereka mengusir rasul da mengusir kamu karena kamu beriman kepada Alloh,
Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan
mencari ridha-Ku (jangan kamu berbuat demikian), kamu beritakan secara
rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka karena rasa kasih sayang.
Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu
nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka
sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Dengan
demikian, berloyalitas terhadap orang kafir –mencakup gaya hidup mereka
dan menyerupai ciri khas mereka- hukumnya haram. Maka sepatutnya bagi
kaum muslimin untuk merealisasikan pokok-pokok Islam, di antaranya ialah
memberikan wala’ (loyalitas) kepada sesama muslim dan bara’ (membenci
dan memusuhi) orang-orang kafir.
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Khutbah Kedua
Kaum muslimin rahimakumullahu …
Setelah
kita mengetahui uraian pada khutbah pertama, mungkin muncul pertanyaan
di benak kita: Kapankah seorang dikatakan berloyalitas kepada orang
kafir?
Alangkah baiknya jika kita mengupas, kapan seorang
dikatakan berloyalitas terhadap orang kafir. Seorang muslim dikatakan
loyal kepada orang kafir jika
1)
Menyerupai mereka dalam hal berpakaian dan berbiacaraSebagaimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من تشبّه بقوم فهو منهم
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut.
2)
Tinggal di negara kafir dan tidak pindah ke negara kaum muslimin untuk menghindar dari agama mereka. Hijrah
dari negara orang kafir merupakan kewajiban, kecuali jika tinggalnya di
sana untuk berdakwah atau urusan yang dibenarkan syariat.
3)
Safar ke negara mereka dengan tujuan berekreasi
Safar
ke negara orang kafir adalah haram kecuali dalam keadaan darurat
seperti berobat dan belajar ilmu yang tidak mungkin terpenuhi kecuali
harus safar ke negeri mereka. Maka hal ini diperbolehkan sesuai kadar
kebutuhannya. Kalau sekiranya ia telah selesai, maka wajib untuk kembali
ke negeri kaum muslimin.
4)
Membantu mereka untuk mengalahkan kaum muslimin, jika memuji serta membela kaum kafir.
Dan ini merupakan salah satu pembatal Islam dan sebab-sebab kemurtadan. Kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut.
5.
Menjadikan mereka teman dekat dan penasehat.
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) madharat bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS. Ali Imran [3]: 118).
6.
Menggunakan kalender mereka, khususnya tanggal yang berkaitan tentang hari raya mereka.7.
Ikut serta dalam merayakan hari raya mereka dan membantu dalam pelaksanaannya serta mengucapkan selamat kepada mereka.8.
Memuji
mereka karena keberhasilan dalam bidang teknologi dan merasa kagum
dengan akhlaq dan kemahiran mereka tanpa melihat aqidah mereka yang
batil dan agama mereka yang rusak.
Sebagaimana Alloh berfirman:
Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan
golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami
cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih
kekal. (QS. Thaha [2]: 131).
9)
Memberikan nama dengan nama-nama mereka.10)
Memohonkan ampun atas mereka dan mengucapkan “Rahimakumullahu” kepada mereka.
Tiadakah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, sesudah jelas bagi mereka
bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam. (QS.
At-Taubah [9]: 113).
Akhirnya kita memohon kepada Allah Ta’ala
agar dihindarkan dari sikap loyalitas kepada orang-orang kafir. Semoga
Alloh memudahkan kita dalam memahami al-Qur’an. Sehingga al-Qur’an
menjadi pembela pada hari kiamat kelak, tidak menggugat kita pada
kesempatan yang sangat mengerikan itu.
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ
وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وآخر دهونا أن الحمد لله ربّ العالمين.
[Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi: 9 Tahun VI,]