(Arrahmah.com)
- Konfrontasi
antara Front Iman dan Kafir saat ini menjadi hebat dan memanas. Tidak
sedikit yang terbunuh atau terluka, banyak tanah yang diporak-porandakan. Akan
tetapi peperangan tidak cukup hanya sebatas senjata api dan peluru, tank,
pesawat dan senjata artileri. Mesin propaganda pada saat-saat pertempuran juga
sangat sibuk bertarung pada sebuah peperangan psikologi, disetujui oleh
partai-partai politik serta organisasi-organisasi yang tidak menginginkan
Syari’at Allah diberlakukan. Mereka telah menyebar banyak kebohongan,
penyelewengan, pembunuhan karakter bertujuan untuk menimbulkan efek terhadap
opini publik (baca:masyarakat) dan menanamkan sebuah imej di dalam benak
pikiran masyarakat untuk membantu mereka mencapai sasaran militer. Sasaran
mereka adalah memalingkan massa dalam rangka untuk meraih tujuan mereka.
Kelompok dan
organisasi tersebut menargetkan untuk memalingkan masyarakat Islam yang
mendukung Mujahidin dan memisahkan darinya. Mereka mengetahuinya karena tujuan
mereka ditentang oleh umat Islam, mereka harus mengubah realita yang terjadi
dan menggunakan tipu daya setan untuk membuat manusia menjadi terpesona terhadap
perkataan mereka.
Kebijaksanaan
media dalam menyimpangkan massa terdiri atas tiga dasar.
- Penyimpangan media
- Propaganda
- Perang psikologi
Front
non-Islam telah mengadopsi ketiga dasar diatas sebagai kebijakan media mereka
dalam menjalankan penyimpangan agar masyarakat berdiri bersama mereka atau
memalingkan masyarakat dari Tauhid dan Jihad.
‘Kontraterorisme
global’, sebut saja begitu, sedang marak-maraknya pemberitaan baik secara lokal
(regional) maupun global (internasional). Tidak lain dan tidak bukan,
memerangi setiap individu umat Islam yang ingin menegakkan Islam secara global
dan universal, di belahan bumi manapun mereka berada.
Dalam
memerangi Islam serta kaum Muslimin, musuh Islam memerangi al-haq dengan
segala cara, daya dan upaya. Media merupakan salah satu darinya.
Tidak hanya
di luar negeri, startegi perang ini juga digunakan oleh beberapa media yang ada
di Nusantara kita. Baik media cetak maupun televisi, tatkala memberitakan
seputar “terorisme”, kandungannya akan mengarah kepada perpecahan umat Islam.
Akibatnya, hilanglah dukungan Umat kepada Mujahidin.
Tulisan ini
hadir guna penyadaran bagi segenap umat Islam, awam maupun ahlul ‘ilmy, setidaknya
bisa menyaring sebuah pemberitaan yang miring, lebih baiknya jika kita bisa
memunculkan sebuah counter-release (penyiaran balik) kepada segenap
berita miring yang ada, dan merilis berita yang murni melalui media-media Islam
yang berkomitmen dengan kesungguhan pada satu tujuan; menolong kesuksesan
Islam dan Muslimin.
1. Distorsi
(Penyelewengan Berita)
Distorsi
atau penyelewengan media berarti mentransferkan informasi yang tidak sesuai
dengan kebenaran dan perkara yang dibuat-buat, realita atau perspektif (buram),
menghilangkan kata-kata dan perkara untuk membisikkan dan bermain di dalam
pikiran masyarakat.
Ini dikenal
sebagai at-tahriif di dalam Al-quran. Yaitu mengeluarkan sesuatu dari
langkah yang benar dan semestinya, Allah SWT berfirman,
أَفَتَطْمَعُونَ
أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ
اللَّهِ
ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Apakah kamu
masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka
mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang
mereka mengetahui? (QS
Al-Baqarah:75)
2. ‘Media Blackout’ – Pemadaman Media
Cara lain
distorsi yang dilakukan mereka terhadap media, adalah dengan mengabaikan atau
menyembunyikan informasi supaya masyarakat kesulitan memperoleh suatu
informasi.
Terkadang
mereka tidak mau mengakui korban, ini lah mengapa kita menemukan dalam banyak
kasus dalam beberapa operasi yang dilancarkan oleh Mujahidin, dan berita
tentang ini keluar dari medan pertempuran atau bahkan video-video dan bukti
tentangnya, akan tetapi kita tidak dapat memperoleh berita apaupun tentangnya
di mainstream media (lalu-lintas media, red) seakan-akan ia tidak
pernah terjadi.
3. Meragukan
kekuatan yang dimiliki para Mujahidin
Bilamana
mereka memberitakan atau di paksa untuk meliput berita seputar Mujahidin,
mereka selalu memberikan citra keraguan serta pengabaian kepada Mujahidin,
mereka akan menggunakan kata seperti fundamentalis, keterbelakangan dalam
memahami Islam, pemberontak, kelompok minoritas dll.
4.
Melebih-lebihkan Kekuatan Barat dari Kenyataannya
Pada waktu
yang sama juga mereka akan berusaha untuk memberikan citra bahwa kemampuan dan
kekuatan mereka unggul dan tidak dapat ditembus.
Mereka akan
mengulang-ulang berbicara tentang kemajuan teknologi dan persenjataan, meskipun
tidak realita dan tidak efektif.
Mereka
menggambarkan seakan-akan senjata mereka mampu menghancurkan segala sesuatu
dari prajurit hingga pergunungan, walaupun tidak ada yang semisal itu.
Mereka
impikan untuk menyebar ketakutakan di dalam hati musuh-musuh mereka.
Sebagai
gambaran, mereka akan memberikan pernyataan bahwa mereka akan menggunakan
taktik besar yang terkendali dan persenjataan berat untuk menyebarkan ketakutan
dan memprovokasi musuh, menunggu respon balik dari musuh berikut keaneka
ragamnya- ini juga membuka peluang mereka untuk memperoleh informasi dan
intelijen seputar musuh mereka.
5. ‘Chinese
Whispers’ (Penghasutan)
Terkadang,
mereka menggunakan beberapa slentingan atau informasi dalam rangka untuk
memprovokasi rasa penasaran (keingin tahuan) musuh dan menghasut mereka
untuk melakukan penyelidikan dan investigasi pada sebuah kejadian yang semenjak
awalnya sudah tidak valid, secara alami, rasa keingin-tahuan masyarakat justru
membantu sekaligus membesar-besarkan propaganda buat mereka.
6.
Pengulangan sebuah Berita
Mereka juga
akan menggunakan taktik pengulangan sebuah kedustaan yang sama berualang kali,
diputar kembali setiap hari hingga beberapa kali dalam sehari. Mereka akan
kembali kepada kobohongan yang sama pada setiap kesempatan guna memberikan citra
seakan-akan mereka telah menemukan lebih banyak bukti, atau peristiwa baru yang
memperkuat kebongan mereka yang lalu dalam sebuah kasus. Akibatnya,
berita-berita akan melekat di dalam benak masyarakat dan membuat mereka
merasakan seakan-akan berita tersebut mengandung kebenaran.
7. Sarkasme
dalam pemberitaan
Meraka akan
selalu berbica topik perihal mujahidin dengan cara memojokkan dan meremehkan;
memberikan julukan jelek, meremehkan kepercayaan, kemampuan serta tuntutan
mereka, berusaha untuk mempermalukan dan disebarkan/ membentuk sebuah kesalahan
pada karakter, kepercayaan serta julukan.
8. Tuduhan
Palsu
Terkadang,
musuh Islam melancarkan operasi dan bertindak kekerasan yang sangat keji.
Biasanya tehadap wanita dan anak-anak serta golongan tertentu kemudian
ditimpakan kesalahan pada Mujahidin, menggunakan kesempatan dalam sebuah
pembentukan imej yang keliru di dalam benak masyarakat dan mendorong terjadinya
sebuah perpecahan dan musuh baru yang akan menghadapi para Mujahid.
9. Rekrutmen
Munafikin
Mereka gemar
menyebarkan berita, komentar serta informasi dari golongan dan kelompok yang
tampangnya seperti Mujahidin pada kulitnya, bahasanya, bahkan agamanya, tetapi
mereka mendukung agenda pemerintahan. Penggunaan orang semacam itu, yang
mendukung pemerintahan dan memiliki kedongkolan hati terhadap Mujahidin,
menyebarkan perkataan mereka yang di pemerintahan, meninggikan pandangan
masyarakat terhadap pemerintah dan memberikan kedudukan, merujuk dan dan
memberikan reputasi serta merekrut mereka sebagai pemimpin sebuah komunitas
serta memberikan citra seakan-akan masyarakat sedang berhadap-hadapan melawan
Mujahidin sehingga tidak ada yang mendukung mereka kecuali sedikit.
Akibatnya,
golongan dan golongan semisal akan membentuk serta menyebarkan kebohongan
dengan kedok kebebasan berekspresi, justru hal ini memuluskan media untuk
menyebar kedustaan atau berlepas tangan bila diperlukan untuk tampil netral dan
mandiri.
10. Antara
Ulama Su’ (jahat) dan yang Ikhlash
Mereka akan
menggunakan metode ini dengan cara yang sangat sistematis dan terencana,
terkadang dengan penyerangan secara kasar dan kejam, terkadang pula membai-buta
tanpa alasan yang jelas. Di lain waktu, mereka akan berpura-pura membela Islam
dan lainnya, beriringan memperkuat pertahanan dengan menggunakan idea yang
menyimpang dari agama Islam. Sebuah permisalan, perkataan mereka (yang
mengandung racun), “Islam bukan bukan barbar dan tidak kejam sama sekali,
akan tetapi para Mujahid telah membajak Islam yang hakekatnya damai serta
menolak kekejaman dan Jihad.”
11.
Penggunaan Istilah-istilah Ilmiah
Mereka akan
menggunakan beberapa istilah ilmiah ‘yang dipaksakan’ untuk memberikan kesan
kepada masyarakat sekaligus memberikan citra bahwa mereka telah meneliti dan
menemukan sesuatu yang orang awam tidak dapat memahami atau menalar, sebaliknya
menunjukkan atas ketiadaan bukti atau sesuatu yang logis. (lasdipo/Izharudeen/arrahmah.com)
- See more
at: http://www.arrahmah.com/rubrik/strategi-perang-musuh-islam-dalam-media-massa.html#sthash.CGxnDcet.dpuf