By Admin Islampos on September 4, 2012
TANGGAL 13 Januari 1489, Shamur, seorang pendeta
Yahudi—rabi—dari kota Arles, Perancis, mengirim surat pada masyarakat Yahudi
yang tinggal di Istambul, Turki.
Dalam
suratnya, Shamur minta jalan keluar soal kehidupan kaum Yahudi Perancis yang
mengalami tekanan dari mayoritas Nasrani.
“Kaum
Nasrani Perancis di kota Aix, Arles, dan Marsailles, mengancam keberadaan
tempat-tempat ibadah kita,” tulis Shamur penuh nada kecemasan.
Dengan
cepat, surat Shamur dibalas oleh pemimpin tertinggi Yahudi Konstantinopel.
“Raja Perancis memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang
paksaan itu. Maka masuklah ke agama Nasrani. Tapi harus diingat, ajaran Musa
harus kalian tetap pegang erat-erat dalam hati sanubari,” tulis surat balsan
itu.
Umat
Kristen, lanjut surat tersebut, memerintahkan agar kalian menyerahkan harta
benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putra-putri kalian menjadi
pedagang dan pengusaha yang tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali
harta benda itu dari tangan mereka.
“Kalian juga
bilang bahwa mereka mengancam keselamatan hidup kalian. Maka binalah
putra-putri kalian untuk jadi dokter, agar bisa membunuh orang-orang Kristen
dengan diam-diam,” tulis rabi tertinggi di Konstantinopel.
Mereka
menghancurkan tempat peribadatan kalian, maka didiklah putra-putri kalian untuk
menjadi pendeta, agar bisa menghancurkan gereja mereka dari dalam.
Mereka
menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan kita, maka didiklah
putra-putri kalian sebagai agen propaganda dan penulis, agar bisa menelusup ke
dalam jajaran pemerintahan.
“Dengan
demikian,” tulis akhir surat tersebut, “…kalian akan mampu menundukkan orang
Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan
dari balik layar.”
Surat
balasan tertanggal 24 Juli 1489 itu dijadikan pegangan kaum yahudi, tidak saja
di Perancis, tapi juga nyaris di seluruh belahan dunia.
Dengan susah
payah, kegigihan bercampur dengan kelicikan dan konspirasi, kaum yahudi setapak
demi setapak berhasil menguasai berbagai lini kehidupan.
Hampir
gereja di seluruh dunia telah bisa ditundukan. Orang-orang Kristen telah
menjadi alat bagi penyebarluasan gagasan-gagasan mereka. Tentunya secara
diam-diam.
Di Amerika
Serikat, sejak beberapa abad lalu imigran Yahudi membanjiri negeri itu.
Fenomena ini membuat galau seorang Benyamin Franklin. Pada tahun 1789,
berkenaan dengan Rencana Undang-Undang Imigrasi AS, Benyamin Franklin berpidato
keras soal dan memperingatkan Amerika soal imigran Yahudi.
“…Jika orang
Yahudi tidak disingkirkan dari AS dengan undang-undang, maka dalam maka seratus
tahun ke depan mereka akan menguasai Amerika. Seandainya Yahudi tidak diusir
dari Amerika, dalam duaratus tahun mendatang, anak cucu kita nanti akan bekerja
di lading-ladang untuk memberi makan orang-orang Yahudi itu,” tegas Franklin.
Apa artinya
seorang Benyamin Franklin melawan Yahudi dengan kekuatan konspirasinya. Amerika
akhirnya berhasil dikuasai Yahudi.
Untuk
mengubah pandangan umat Kristen AS terhadap Yahudi, pada tahun 1908, Cyrus
I.Schofield dengan tekun memberi banyak catatan kaki pada Injil versi King
James yang saat itu sangat berpengaruh dalam gereja di AS. Catatan kaki yang
diberikan Schofield banyak berisi pemutar-balikan ayat sehingga menjadi Injil
yang mendukung penuh Zionisme.
Berkat
dukungan promosi yang besar, “Injil Schofield” terbitan The Oxford
University Press ini selama 90 tahun terakhir menjadi Injil pegangan
gereja-gereja di AS. Sebab itu, masyarakat Kristen Amerika sekarang ini berdiam
diri saja melihat tindakan biadab Zionis-Israel membantai warga Palestina yang
terdiri dari kaum Muslim dan Nasrani sendiri. Gereja di AS kini lebih dikenal
sebagai “The Judeo-Christian” alias Salib-Davidian.
Selain
menyusup dan menguasai dunia Kristen, Yahudi juga menyebar agen-agennya di
dunia Islam untuk merusak generasi mudanya serta menjauhkan mereka dari
al-Qur’an.
Pada tahun
1935, jauh sebelum Perang Dunia II meletus, Samuel Zweimer, Ketua Perhimpunan
Bangsa Yahudi berpidato dalam Konperensi Yerusalem. Isi pidatonya sangat
provokatif dan terus terang.
Di depan
ratusan delegasi bangsa-bangsa yang seluruhnya terdiri dari orang Yahudi
terpilih, Zweimer berkata, “…tujuan dan misi yang telah diperjuangkan kita
dengan mengirim saudara-saudara ke negara-negara Muslim, bukan untuk
memurtadkan umat Islam pindah memeluk agama Yahudi. Tapi tugas kalian adalah
mengeluarkan mereka dari Islam!”
Zweimer
menambahkan, “Saudara sekalian telah mengeluarkan kaum muslimin dari agama
mereka, meski mereka tetap enggan memakai baju Yahudi atau Kristen. Gaya hidup
seperti itulah tujuan kita, yaitu pemuda yang enggan kerja keras, malas dan
senang hura-hura, asyik dengan nafsu syahwatnya, memburu harta dan jabatan,
semua demi hawa nafsu.”
Di akhir
pidatonya, Zweimer mengucap selamat kepada delegasi karena dianggap telah
berhasil besar merusak generasi muda Islam. “Sebab itu, lanjutkan
perjuanganmu!’ pesannya.
Kini, diakui
atau tidak, Yahudi telah menancapkan kekuasaannya atas berbagai bidang
kehidupan masyarakat dunia. Sistem Yahudi telah mewarnai nyaris semua bangsa
dan negara.
Salah satu
bidang yang paling diincar Yahudi untuk dikuasai adalah bidang pembentukan
opini dunia. Sebab itu kaum Yahudi tidak main-main dengan hal ini, hingga
sekarang Yahudi telah menguasai hamper seluruh kartel opini dunia. Baik yang
berbentuk kantor berita, media massa, maupun perusahaan pembuat film.
Misal CNN,
CBS, ABC, NBC, BBC, Fox
News, PBS, Los Angeles Times, Newsweek, Time, Reader Digest,
dan sebagainya dikuasai Yahudi. Tiga suratkabar kelas dunia, The Washington
Post, The Wall Street Journal, dan The New York Times juga
dikuasainya.
Dengan
kekuatan kartel opininya, Yahudi merekayasa berita dan menentukan arah opini
dunia. Penguasa media massa itu menentukan apa yang patut menjadi berita dan
apa yang bukan, baik pada tingkat nasional maupun internasional.
“Jiki koran
lain di luar mereka sekadar hanya menyalin berita dan meneruskannya ke seluruh
penjuru dunia, maka koran Yahudi menciptakan dan merekayasa berita” papar
mantan Ka Bakin ZA Maulani.
Kartel opini
tersebut tidak saja mengarahkan pendapat dunia, tapi juga menciptakan gaya
hidup, trendsetter, masyarakat dunia.
“Gaya hidup
yang membuat para pemuda enggan bekerja keras, malas, hanya senang hura-hura,
asyik dengan nafsu syahwatnya, memburu harta, popularitas, dan jabatan, semua
demi menuruti hawa nafsu,” ujar Zweimer. Bagaimana dengan kita? [rizki
ridyasmara/islampos/saksi]