Oleh: Syaikh Abu Zaid Al Kuwaity (rahimahullah)
(Arrahmah.com)
- Segala puji
bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah di dalamnya …
Aku bersaksi
bahwa tiada Ilah selain Allah tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad Shallallahu Alayhi Wa sallam adalah Rasul dan
hambaNya. Amma ba’du …
Pembicaraan
kita hari ini dengan tema : “ Bagaimana kita belajar
diam ” Sebagian orang mungkin heran, apakah diam harus dipelajari?
Yang
dimaksud dengan belajar adalah praktek latihan, mengasah dan menjadikan
tradisi. Judul ini saya ambil dari perkataan sebagian salaf. Ketika
mereka berkata : “ kami belajar diam sebagaimana kalian belajar berbicara“,
sekarang ini banyak dilakukan kursus training seni berbicara, seni berpidato
dan juga seni bagaimana mempengaruhi orang lain. Namun pada pertemuan ini, kita
membahas – Insya ALLAH – bagaimana kita belajar diam. Yang saya maksud bukan
diam dari kebenaran, Naudzubillah … atau diam dari amar ma’ruf nahi
munkar atau diam dari menasehati manusia atau diam dari mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada mereka … bukan sekali-kali bukan !!! yang aku
maksud adalah diam dari senda gurau, diam dari kata-kata bathil diam dari
katanya dan katanya …serta perkataan yang tidak ada faedahnya baik bagi diennya
maupun dunianya.
Rabb kita
Azza Wa Jalla telah mensifati orang beriman dalam kitabNya yang mulia :
” Sungguh
beruntung orang orang yang beriman. Yaitu orang yang khusyu’ dalam sholatnya
dan orang yang menjauhkan diri dari ( perbuatan dan perkataan ) yang tidak
berguna ( Al Mu’minun 1-3 )
Allah Azza
Wa Jalla memuji orang-orang beriman yang menjauhi senda gurau . senda
gurau disini adalah perkataan bathil. Dan Nabi Shallallahu Alayhi Wa
Sallam bersabda : “ Barangsiapa yang beriman kepada ALLAH
dan hari akhir maka hendaknya berbicara yang baik atau diam”
Perhatikanlah wahai ikhwah … Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa
Sallam mengaitkan diam dengan permasalahan aqidah yakni iman kepada
Allah dan hari akhir. Aqidah yang dikaitkan dengan persoalan diam. Allah Azza
Wa Jalla juga berfirman : “ Tidak ada suatu kata yang
diucapkannya melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang selalu siap (
mencatat ) ” ( Qoof 18 ).
Ada Tiga
permasalahan yang akan kita bahas dalam majelis kita, walau sebenarnya banyak
permasalahan dalam tema ini, namun dalam pertemuan ini kita hanya akan
membahas 3 perkara.
Masalah
pertama :
Bahwa kita tidak mengenal kalimat ” Allahu A’lam” dalam majelis kita. Kita
dapati dalam majelis kita yang membicarakan banyak bidang, yakni bidang
syar’i, kedokteran, politik dan segala bidang lainnya, seseorang berkata
“ ini pendapatku” yang itu berkata “ saya kira ”
dan yang ini berkata “ yang saya yakini” dia tidak tahu
kalimat “ Allahu A’lam ” bahkan kalimat Allahu A’lam
termasuk aib sebagaimana sebagian orang berkata demikian. Padahal sebagian
salaf berkata “ Allahu A’lam adalah setengah ilmu“
Masalah
kedua :
yaitu dalam majelis, tidak ada sifat “ diam dengan baik ”
kepada orang lain. Ada perbedaan antara “ diam” dengan
“ diam yang baik ”, masing-masing kita tidak
punya sifat diam yang baik kepada orang lain. Baik orang lain itu anak kecil,
orang bodoh atau bahkan wanita !!! ketika misalnya berbicara dengan isterinya
kita lihat tidak kita dapati sifat diam yang baik, yakni ia malah sibuk dan
tidak memperhatikan. Kita tidak memperhatikan atau mendengar kepada orang lain
kecuali kepada orang tertentu saja. Kepada orang yang punya gelar, kedudukan,
memiliki posisi social, kita akan diam dengan baik, ini semua akibat tidak
mempelajari sifat diam.
Masalah
ketiga yang kita
bahas di majelis ini bahwa sebagian orang yang diuji, ia senang jika ia
duduk di suatu majelis, dia merasa senang jika 70 % atau 80 % dari majelis
semuanya memperhatikannya, dia yang harus menyampaikan, mengemukakan dan yang
menilai, ia senang jika semua orang di majelis memberikan perhatian kepadanya.
Hal Ini termasuk kesalahan, walaupun orang ini misalnya syaikh dan alim jika ia
memberi nasehat, bimbingan dan menjawab pertanyaan terkadang bisa diterima.
Akan tetapi jika ada seseorang yang tidak tahu terhadap sebuah ilmu atau
kurang pengalaman dan yang lain, begitulah dia ( yakni tidak ada perhatian )
3 permasalahan
ini adalah pengaruh dari tidak belajar diam, termasuk renungan kita bersama
pada pertemuan ini adalah keseimbangan iman bukan keseimbangan olah raga fisik.
Perhatikan keseimbangan tentang ini .. ! keseimbangan ini saya kumpulkan dari
perkataan para ahli hikmah yaitu 7 hikmah dari hikmah yang terbaik
dalam bab ini, yaitu bab diam.
Hikmah
pertama :
“ Barangsiapa yang banyak bicaranya banyak pula dosanya“.
Yaitu jika manusia semakin banyak bicara maka akan menyebabkan ia kepada dosa.
Dan begitu juga sebaliknya, jika engkau sedikit bicara maka engkau sedikit pula
dosanya.
Hikmah
kedua :
“ Barangsiapa yang sempit hatinya maka akan leluasa lisannya”
sebagian orang yang hati dan dadanya sempit, maka kamu dapati lisannya leluasa
mencela, menyakiti, mentalak, melaknat dan menuduh orang lain begitu juga
sebaliknya “ barangsiapa yang luas hatinya maka akan sempit lisannya
( tidak banyak bicara ) ”.
Hikmah yang
ketiga : ” barangsiapa
yang sibuk dengan hal yang tidak bermanfaat maka ia akan kehilangan hal yang
bermanfaat” artinya kita dapati sekarang ini manusia sibuk dengan
melihat acara-acara media yang rusak dan membaca majalah-majalah lucah,
barangsiapa yang melakukannya maka ia terhalang dari banyak sekali ketaatan dan
ibadah.
Hikmah
keempat : mereka ahli
hikmah berkata : “ barangsiapa yang banyak akalnya maka sedikit
bicaranya dan barangsiapa yang sedikit akalnya maka banyak bicaranya”
SubhanALLAH, ungkapan ini, tentu engkau dapati orang yang paling sedikit
berkata : ” katanya dan katanya ” mereka ini adalah ahli ilmu sedangkan
orang-orang yang banyak mengatakannya adalah orang bodoh.
Hikmah
kelima : para ahli
hikmah sepakat bahwa “ kunci utama hikmah adalah diam” ini
tidak perlu lagi ada penjelasan.
Hikmah
keenam : para
ahli hikmah ditanya tentang sifat pencela. Siapakah pencela ? mereka
menjawab : “ jika tidak ada orangnya ia mencelanya dan jika
ada maka ia akan menggunjing orang lain“ ini adalah sifat
yang aneh!!! Jika ia jauh darimu, ia mencelamu, dan jika engkau ada maka ia
menggunjing yakni menggunjing orang lain, sehingga kamu tidak selamat darinya
dan orang lain pun tidak akan selamat darinya.
Hikmah
ketujuh ( terakhir ) : para
ahli hikmah berkata : “ barangsiapa yang sibuk dengan keadaan orang
lain maka keadaan dirinya akan hilang ” engkau dapati sebagian orang
berkeinginan besar untuk menjadi yang menjadi pertama kali tahu tentang kabar
berita orang lain, jika ia mengikuti kabar manusia untuk kemaslahatan atau
untuk faedah maka bisa diterima, namun begitulah, ia senang apa ? senang
bertanya apa yang dilakukan si fulan ? apa yang dikerjakan si fulan ? lalu apa
yang terjadi ? maka yang terjadi adalah keadaan dirinya hilang yakni ia tidak
melihat keadaan dirinya, keadaan pribadinya dan tentang aib-aibnya.
Termasuk
renungan yang perlu kita renungkan bersama dalam pertemuan ini adalah
tema, “ bahasa diam dalam dunia wanita ” dunia
wanita sekarang adalah dunia yang mengherankan dan aneh, mereka tidak tahu
diam, wanita dalam majelis tidak tahu bahasa diam padahal diam itu bermanfaat
dan berfaedah, tentu pertama mereka membicarakan tentang makanan, kemudian
tentang sesuatu yang lain, kemudian tentang dunia pernikahan kemudian masalah
pengasuh anak, lalu tenang dunia anak-anak, artinya dalam suatu majelis para
wanita ini biasa membahas 32 tema masalah dan idak mendapatkan faedah atau
hasil apapun. Diantara pemahaman yang salah, dan ini satu perenungan juga bahwa
sebagian orang yang selalu melihat kepada orang yang lebih mengutamakan diam
atau orang yang tidak pandai bicara dengan orang lain yakni orang melihatnya dengan
pandangan negative, cela dan memiliki kekurangan, padahal ini bukanlah sebuah
aib !!! … maaf, orang yang tidak pandai atau banyak bicara bukanlah aib !!!
tetapi yang aib adalah jika seseorang banyak berbicara, Nampak apa ?
kesalahannya.
Sekarang
wahai saudara-saudara yang mulia … kita bahas tentang langkah apa yang harus
ditempuh ? atau bagaimana kita belajar diam secara praktek, bukan hanya secara
teori, bukan ! tapi secara praktek. Langkah pertama dalam metode belajar diam
adalah :
Pertama : merasa malu kepada Allah Azza
Wa Jalla … demi Allah, wahai saudara-saudaraku yang mulia alangkah indah dan
mengagumkannya bahwa seseorang merasakan dalam hatinya, keyakinan rasa malu
kepada Allah dalam perkataannya, perbuatannya, tingkah lakunya, tindak
tanduknya dan seluruh keadaanya. Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia
seandainya manusia merasakan keyakinan rasa malu kepada Allah maka Demi Allah …
ia akan merasakan kelezatan, kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan.
Berapa
banyak perkataan yang kita ucapkan, tetapi tidak keluar dari hati kita. Malu
kepada Allah, seorang hamba yaitu dengan apa ? malu jika batinnya tidak sesuai
dengan dhahirnya, engkau dapati jika ia sendirian, ia bermaksiat kepada Rabbnya
Azza Wa Jalla dan jika ia bersama manusia, ia nampak orang baik dan bertaqwa.
Seorang hamba patut malu kepada Allah, bahwa Allah melihatmu sedangkan
engkau sholat, jasadmu bersama ALLAH, sedangkan hati bersama makhluk, bersama
dunia … Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah … Sungguh indah seseorang yang malu
kepada Allah hingga dalam perkataan dan ucapannya, bagaimana ketika
Allah melihatmu sedang saat itu kita kata melafadzkan kalimat yang tidak
diridhoi Rabb kita Azza Wa Jalla.
Sebagian
salaf berkata, diantara tanda Al Maqt ( kemurkaan Allah ) tanda
kemurkaan Allah atau penghinaan Alah kepada hambanya yaitu berbicara pada hal
yang tidak bermanfaat. Ini termasuk tanda kemurkaan!
Perhatikanlah ! hati-hatilah ! dan murka itu lebih keras daripada marah. Rabb
kita Azza Wa Jalla berfirman : “ Wahai orang-orang yang beriman !
mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ( sangatlah ) besar
murka Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ”
Dan murka itu lebih keras dari marah.
Ini adalah
faktor pertama, wahai saudara-saudaraku yang mulia bahwa langkah pertama
yang dilakukan seseorang adalah selalu merasakan malu kepada Allah yang
Maha Agung, Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat Subhanahu
Wa Ta’ala yang mana tidak ada sesuatupun yang tersembunyi padaNya, maka Anda harus
merasa malu kepada Allah tatkala engkau berkata dengan kalimat-kalimat yang
Allah Azza Wa Jalla tidak ridho dengannya, dan dimurkaiNya.
Kedua : termasuk langkah nyata dan
sebab-sebab kita dapat mempelajari diam adalah jadikanlah ia kaedah atau
ciri utama dalam kehidupanmu, pikirkanlah sebelum engkau berbicara, biasakan
dirimu, latihlah lisanmu, memang lisan itu perlu latihan dan percobaan.
Latihlah dirimu sebelum menyatakan persoalan apapun di suatu majelis atau
kalimat apa saja, engkau memikirkan dahulu perkataan itu, pikirkan sebelum
engkau apa ? sebelum engkau bicara ! sebagian orang ada yang pesimis dengan hal
ini … ia berkata hal itu sulit, berat dan susah …ini hanya perlu berlatih,
berlatih, dan berlatih lagi hingga selanjutnya mudah bagimu. Sedangkan kita
dalam perkara dunia, sebelum maju melangkah dalam program-program dunia selalu
berfikir dahulu, sebelum maju untuk menikah ia berfikir, bermusyawarah
dan bertanya, sebelum ia ingin membeli rumah, sebelum berfikir untuk membeli
mobil, sebelum maju untuk bekerja. Perkataan tentang dunia apa saja ia akan
berfikir terlebih dahulu hingga tercapai dengan baik maka fikirkan sebelum
engkau bicara!
Oleh karena
itu sebagian ahli hikmah berkata : “ termasuk tanda kebodohan,
perhatikan ! termasuk tanda kebodohan, adalah berkata pada hal yang tidak
bermanfaat” termasuk tanda kebodohan adalah sifat ini. Engkau
berkata pada hal yang tidak bermanfaat.
Banyak orang
duduk dalam suatu majelis dan menghabiskan waktu 1 jam, 2 jam atau 3 jam,
berbicara pada hal-hal yang tidak dapat menggemukkan dan tidak pula
membuat kenyang ! ini termasuk sikap yang mengesankan, yaitu sikap
tarbawiyyah ( pendidikan ) yang kita pelajari dari sikap ini. Diriwayatkan oleh
sebagian orang sholeh bahwa ia hendak mentalak isterinya, ” berniat” mentalak
isterinya, baru berniat saja lalu dikatakan kepadanya, apa yang membuatmu
ragu dengannya ? mengapa engkau mentalaknya ? apa yang ia katakan ? maka apa
yang ia katakan? ya akhi … Demi ALLAH kata-kata ini ditulis dengan tinta emas
jadikanlah kalimat ini sebagai prinsip hidup. Orang sholeh itu berkata,
dengarkan dan perhatikan !!! … ia berkata : ” orang yang
berakal tidak akan membuka tabir rahasia isterinya “, dan ketika
ia telah mentalaknya, mereka bertanya lagi, mengapa engkau mentalaknya ? ia menjawab
: “ apa hubungannya diriku dengan wanita itu ? ia sekarang bukan
tanggunganku lagi, apa hubunganku dengannya, saya tidak akan membicarakan orang
lain.” Kita saat ini, memohon kepada ALLAH yang Maha Agung agar
memaafkan kita dan tidak menghukum kita serta merahmati kita seandainya ada
salah seorang yang mentalak isterinya, maka ia akan langsung saja menceritakan
seluruh hidupnya dari sejak malam pertama hingga 5-6 atau 7 tahun sepanjang
sejarah hidup bersamanya.
Ketiga : termasuk langkah praktek – nanti
kita cukupkan sampai empat langkah saja – adalah mempersedikit
bergaul dengan manusia atau arti lain menyendiri yang syar’i.
Imam Ibnul
Qayyim Al jauziyyah berkata : “ termasuk perusak hati adalah
banyak bergaul dengan orang lain.” Tidak dibenarkan jika seseorang dari
pagi hingga sore selalu bersama manusia. Selalu berbicara dengan manusia, ini
tidak dibenarkan ! bagi seorang muslim minimal harus apa ? harus ada waktu
menyendiri bersama Rabbnya dan di malam harinya juga ada waktu. Saya beri
contoh kepada kalian, waktu antara maghrib dan isya banyak sekali masjid dan
tidak ada seorangpun antara maghrib dan isya memiliki waktu, satu jam saja !
hanya antara maghrib dan isya engkau berdzikir kepada Allah, shalat,
berisighfar kepada Allah, membaca buku yang bermanfaat dan berfaedah.
Didiklah jiwamu, biasakanlah dirimu untuk menyendiri.
Ya …
sebagian orang merasa sempit dadanya, merasa kesepian. Ia berkata : aku
tak mampu untuk duduk sendirian, merasa sempit dan kesepian, kami
katakan inilah penyakit pada kepribadianmu !!! dikatakan kepada salah
seorang yang sholeh : tidaklah engkau kesepian ketika sendirian ? ia
menjawab : “ bagaimana aku akan merasa kesepian ? sedangkan aku
duduk bersama yang mengingatku ! ” Allah berfirman : “ Ingatlah
aku maka aku akan ingat kalian ” Allah mengingatmu !
diriwayatkan dari sebagian orang sholeh bahwa ia berkata kepada sebagian para
shahabatnya ketika mereka mengunjunginya dan ingin keluar darinya, ia
mewasaiatkan kepada mereka kata-kata yang bagus dan mengagumkan, ia berkata
jika keluar dariku maka berpisah-pisahlah kalian dan semoga salah seorang dari
kalian ada yang membaca al-qur’an di tengah perjalanannya, membaca Alquran dan
berdzikir kepada Allah.
Ya perbuatan
berkumpul, selalu berkumpul dengan manusia mendorong untuk saling
bercakap-cakap tapi ketika seseorang dalam sebagian waktunya menyedikitkan atau
tidak berkumpul dengan manusia adalah bagus. Ia telah belajar berkaitan dengan
mempersedikit bicara. Oleh karena itu engkau dapati sebagian orang jika ingin
pergi dalam perjalanan panjang misalnya 1 atau 2 jam, ia akan menghubungi
sebagian temannya dan berkata : maukah engkau pergi bersama
menemaniku dalam perjalanan ? baiklah wahai akhi … gunakanlah
waktu ini … engkau sibukkan dengan mengulang hafalanmu, berdzikir kepada Allah,
merasa berdiri di hadapan Allah dan berdoa kepada Allah. Jelaslah bahwa masalah
kita adalah kita tidak terbiasa menyendiri, kita tidak terbiasa menyendiri
dalam waktu 1, 2 atau 3 jam saja. Kita cepat merasa dadanya sempit, merasa apa
? kesepian dan kesempitan.
Sebab
terakhir yang membantu kita untuk diam adalah dengan memperbanyak berdzkir
kepada Allah, Umar Bin Khottob berkata “ mengingat manusia itu
penyakit dan mengingat Allah adalah obat ”.
Rasulullah Shallallahu
Alayhi Wa Sallam sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ia berkata
kami menghitung Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam dalam
satu majelis 100 x membaca “rabbighfirlii wa tub alayya innaka anta
tawwaburrahiim ” dalam satu majelis ! engkau biasakan dirimu
misalnya ketika pergi ke suatu majelis katakanlah pada dirimu sendiri : Aku
tidak akan keluar dari majelis ini hingga aku mengucapkan ”
Astaghfirullah ” 100 x dan bershalawat 10 x misalnya atau aku akan berkata ”
SubhanALLAhul adzim subhanaALLAh wa bihamdih 100 x . program ini
menjadikanmu apa ? engkau akan sedikit berbicara, ia akan mendidik dan
membiasakanmu untuk diam.
Mengapa kita
membahas tema ini wahai saudaraku yang mulia dalam akhir pertemuan ini.
Hasil dan faedah kita membahas tema ini adalah bagaimana kita belajar diam. Hasil
dan faedahnya besar sekali yaitu bahwa termasuk lurusnya hati adalah dengan
menjaga lisan. Sebagian salaf berkata : “ jika engkau ingin
hatimu baik, maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. Maka minta tolonglah
dengan menjaga lisanmu. ” Alangkah indah, bagus dan manisnya jika
seseorang melatih dirinya sendiri. Kita memberi pelatihan kepada orang lain
tapi apakah engkau sendiri juga berlatih ? dengan akhlaqmu, tingkah lakumu,
lisanmu, engkau latih sendiri engkau ajari dan didik sendiri, aku tidak akan
banyak bicara, aku tidak akan mengucapkan kata-kata, tema yang aku sampaikan,
aku berusaha untuk menjaga kata-kata, mengendalikan lisan dan Allah akan
menolong hambanya jika Dia melihat kejujuran darinya, sebagiamana perkataan
Ibnul Qayyim : “ Jujurlah dalam mencari maka akan datang pertolongan
kepadamu ” hikmah yang sangat mengagumkan!!!
Aku memohon
kepada Allah yang Maha Mulia pemilik Arsy Yang Agung untuk memberi
petunjuk kepadaku dan kalian kepada apa yang Allah cintai dan ridhoi dan akhir
dakwah kami “ Alhamdulillah rabbil Aalamiin.”
- See more
at:
http://www.arrahmah.com/kajian-islam/belajar-diam-sebuah-nasehat-dan-muhasabah-diri.html#sthash.BLAME71b.dpuf