KRITERIA
AJARAN SESAT
Ketetapan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang 10 parameter aliran sesat
Aliran dalam
keagamaan banyak ragamnya. Hanya saja, apakah yang bersangkutan masuk kategori
sesat atau tidak, banyak orang tidak memahaminya. Untuk mendeteksi adanya
aliran sesat tersebut, MUI Pusat mengeluarkan 10 parameter (ukuran), yaitu:
1.
Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun Islam
2. Meyakini
akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i
3. Meyakini
turunnya wahyu setelah al-Qur'an
Dasarnya
adalah QS. al-Ma'idah ayat 3,
Artinya,
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu." (QS. al-Maidah, 5: 3)
Al-Qur'an
surat al-Hijr ayat 9.
Artinya,
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya." (QS. al-Hijr, 15 : 9)
4.
Mengingkari otentisitas / kebenaran isi al-Qur'an
Allah Ta'ala
berfirman,
Artinya,
"Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa." (QS. al-Baqarah, 2 : 2)
Allah Ta'ala
juga berfirman,
Artinya,
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya." (QS. al-Hijr, 15 : 9)
5. Melakukan
penafsiran al-Qur'an tidak berdasarkan kaidah tafsir
Dasarnya
adalah hadits Nabi:
مَنْ قَالَ
فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
Artinya, "Barangsiapa
berbicara tentang al-Qur'an tanpa ilmu yang memadai, maka bersiaplah baginya
untuk menempati posisinya di neraka." (HR. Tirmidzi & Ahmad)
6. Mengingkari hadits nabi
sebagai sumber ajaran Islam
Dasarnya
adalah QS. an-Nisa' ayat 65,
Artinya, "Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. an-Nisa', 4 :
65)
7.
Melecehkan atau merendahkan para Nabi dan Rasul Allah
Perhatikan
QS. at-Taubah ayat 61,
Artinya,
"Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang
pedih."
8.
Mengingkari Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir
Dasarnya
al-Qur'an surat al-Ahzab ayat 40,
Artinya,
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu."
9. Mengubah
pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syari'at
Dasarnya
yaitu QS. al-Ma'idah ayat 3,
Artinya,
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu."
10.
Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i
Dasarnya,
hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar,
إِذَا
كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا.
Artinya,
"Apabila seseorang mengkafirkan temannya, maka ucapan itu benar-benar
kembali kepada salah seorang diantara keduanya (yang mengatakan dan yang
dikatakan)." (HR. Muslim)
Berikut ini
adalah kelompok-kelompok ajaran sesat yang menghancur syari'at Islam,
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh MUI;
A. SYI'AH
Adapun
ajaran Syi'ah telah memenuhi sepuluh kriteria ajaran sesat itu. Dengan begitu,
Syi'ah bukanlah ajaran kebenaran, dan ajaran yang bukan kebenaran bukanlah
ajaran Islam. Maka Syi'ah bukanlah bagian dari agama Islam, tetapi agama
tersendiri yaitu agama Syi'ah. Mari kita telusuri kesesatannya berikut ini:
1.
Mengingkari salah satu rukun Iman dan rukun Islam
Rukun iman ahlussunnah
ada 6 (enam), yaitu:
- Iman kepada Allah
- Iman kepada malaikat-malaikat-Nya
- Iman kepada kitab-kitab-Nya
- Iman kepada Rasul-Nya
- Iman kepada yaumil akhir / hari kiamat
- Iman kepada qadar.
Sementara
rukun iman Syi'ah ada 5 (lima), yaitu:
- At-Tauhid (Keimanan)
- An-Nubuwwah (Kenabian)
- Al-Imamah (Kepemimpinan)
- Al-Adlu (Keadilan)
- Al-Ma'ad (Hari Pembalasan)
Kelompok
Syi'ah tidak mengimani kitab-kitab-Nya, malaikat-malaikat-Nya, qadha dan qadar
dari Allah SWT.
Rukun Islam ahlussunnah
ada 5 (lima), yaitu:
- Syahadatain
- Ash-Sholah
- Ash-Shoum
- Adz-Zakah
- Al-Hajj (bagi yang mampu).
Dan rukun Islam
Syi'ah juga ada 5 (lima) tapi berbeda, yaitu:
- Ash-Sholah
- Ash-Shoum
- Adz-Zakah
- Al-Hajj
- Al-Wilayah (Pembelaan terhadap imam Syi'ah)
روى الكليني
بسنده عن أبي جعفر قال: بني الإسلام على خمس: على الصلاة و الزكاة و الصوم و الحج
و الولاية و لم يناد بشيء كما نودي بالولاية.
Al-Kulaini
meriwayatkan dengan sanadnya dari Abi Ja'far dia berkata, "Islam itu
dibangun atas 5 dasar, yaitu: Shalat, zakat, shaum, haji dan al-wilayah. Tidak
ada yang beliau (Abu Ja'far) tekankan sebagaimana beliau menekankan rukun
al-wilayah ini." (Ushuul Al-Kaafie, 2 : 18)
Syahadat
Syi'ah berbeda dengan syahadat ahlussunnah. Lafadzh syahadat Syi'ah yaitu: Laa
ilaaha illallaah; "Tidak ada tuhan selain Allah" dan syahadat
"Bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah" lalu mereka menambahkan
lafadzh syahadat: "Bahwasanya Ali adalah wali Allah."
Disebutkan
di dalam kitab Syi'ah, Al-Furu' Minal Kaafie 1/34, Tahdziibul Ahkaam
1/82 dan Wasaail Asy-Syii'ah 2/665,
عن أبي بصير
عن أبي جعفر قال: …لقنوا موتاكم عند الموت شهادة أن لا إله إلا الله و الولاية.
Dari Abi
Bashier dari Abi Ja'far dia berkata, "Talkinkanlah orang yang akan
meninggal diantara kalian dengan syahadat laa ilaaha illallaah (Tidak ada tuhan
selain Allah) dan al-wilayah (aku bersaksi bahwa Ali adalah Wali Allah)."
Dan dalam
kitab Syi'ah Wasa'il asy-Syi'ah 4/1038 ada satu bab:
(باب استحباب الشهادتين و الإقر ار بالأنمة بعد كل صلاة)
Kesimpulan: Mengingkari satu rukun iman/Islam
saja sudah sesat, apalagi lebih dari satu. Rukun iman/rukun Islam ahlussunnah
tidak sama dengan rukun-rukunnya Syi'ah, maka Syi'ah keluar dari keimanan dan
keislaman yang haq.
2. Meyakini atau mengikuti aqidah
yang tidak sesuai dengan dalil syar'i
Syi'ah tidak
mengikuti aqidah yang benar, sebab tidak meyakini al-Qur'an atau mushaf Utsmani
dan menganggap palsu as-Sunnah (hadits) yang diriwayatkan oleh para sahabat.
Disebutkan
di dalam kitab Syi'ah, Al-Hujjah Minal Kaafie /26, hadits no. 1:
ما ادعى أحد
من الناس أنه جمع القرآن كله كما أنزل إلا كذاب و ما جمعه و حفظه كما نزله الله
تعالى إلا علي بن أبي طالب و الأئمة من بعده.
Artinya, "Tidak
ada seorang pun dari umat manusia yang mengaku bahwa dia telah mengumpulkan
al-Qur`an sebagaimana yang diturunkan oleh Allah, kecuali dia itu adalah
pendusta. Dan tidak ada yang mengumpulkan dan menghafalnya seperti yang
diturunkan oleh Allah Ta'ala kecuali Ali bin Abi Thalib dan para imam setelah
beliau."
Di dalam
kitab Ashlu Asy-Syiiah wa Ushuuliha karangan Muhammad Husain Kasyif
al-Ghitha pada halaman 79 disebutkan,
إن الشيعة لا
يعتبرون من السنة [أعني الأحاديث النبوية] إلا ما صح لهم من طريق أهل البيت….أما
ما يرويه مثل أبي هريرية و سمرة بن جندب و عمرو بن العاص و نظائرهم فليس لهم عند
الإمامية مقدار بعوضة.
Artinya, "Sesungguhnya
orang-orang Syi'ah tidak menganggap sunnah (maksudnya hadits-hadits Nabi),
kecuali apa-apa yang shahih menurut mereka yang diriwayatkan dari jalan Ahlul
Bait… Adapun hadits-hadits yang diriwayatkan seperti oleh Abu Hurairah, Samurah
dan Amr bin Ash dan yang semisalnya, maka mereka itu di dalam pandangan
Imamiyah (Syi'ah) kecuali hanya seperti nyamuk."
3. Meyakini turunnya wahyu
sesudah al-Qur'an
Al-Qur'an
bagi ahlussunnah terdiri dari 6236 ayat yang hingga kini tetap terjaga
keotentikannya, akan tetapi Syi'ah meyakini turunnya wahyu sesudah al-Qur'an
yaitu mushaf Fatimah yang diturunkan kepada Siti Fatimah melalui malaikat
Jibril. Mushaf ini berjumlah 17000 ayat (kitab Al-Kafi 1/239) yang masih
disembunyikan oleh Imam Mahdinya (Muhammad bin Hasan al-Askari) mulai Ghoybah
al-Kubro/bersembunyi di gua Samarro', Iraq pada tahun 329, dimana gua
tersebut selalu diziarahi kaum Syi'ah yang memohon agar imam mereka keluar
untuk memimpin dunia.
Disebutkan
dalam Al-Maktabah Asy-Syamilah, Ushulu Madzhabis-Syi'ah 2/102:
إن الله
تعالى لما قبض نبيه صلى الله عليه وسلم دخل على فاطمة عليها السلام من وفاته من
الحزن ما لا يعلمه إلا الله عز وجل فأرسل الله إليها ملكا يسلي غمها و يحدثها فشكت
ذلك إلى أمير المؤمنين رضي الله عنه فقال: إذا أحسست بذلك و سمعت الصوت قولي لي
فأعلمته بذلك فجعل أمير المؤمنين رضي الله يكتب كل ما سمع حتى أثبت من ذلك
مصحفا…أما إنه ليس فيه شيء من الحلال و الحرام و لكن فيه علم ما يكون.
Artinya, "Sesungguhnya
tatkala Allah SWT mewafatkan Nabi-Nya saw, maka Fatimah as merasa sedih atas
wafatnya beliau tersebut, yang rasa sedihnya tidak ada yang tahu kecuali Allah
Azza wa Jalla. Maka Allah SWT mengutus seorang malaikat untuk menemui Fatimah
untuk meringankan rasa sedihnya dan menghiburnya. Maka Fatimah pun mengadukan
hal ini kepada amirul mukminin ra, maka dia berkata, "Jika engkau
(Fatimah) merasakan kembali hal tersebut dan engkau mendengarkan suara, maka
katakanlah kepada aku." Maka Fatimah pun memberitahukan hal tersebut
kepada Ali. Maka Ali mulai mencatat semua yang dia dengar (dari Fatimah) sampai
menjadi sebuah mushaf…di dalam mushaf Fatimah ini tidak mengandung halal dan
haram, akan tetapi berisi tentang ramalan yang akan terjadi."
Di dalam
kitab Al-Anwaar An-Nu'maaniyyah, jilid 2/360-362 disebutkan:
قال شيخهم
نعمة الله الجزائري إنه قد استفاض في الأخبار أن القرآن كما أنزل لم يؤلفه إلا
أمير المؤمنين –إلى أن قال – وهو الآن موجود عند مولانا المهدي رضي الله عنه مع
الكتب السماوية و مواريث الأنبياء.
Artinya, "Telah
berkata Syaikh mereka yaitu Nikmatullah al-Jazairi bahwasanya telah tersebar
kabar bahwa tidak ada yang mampu menyusun al-Qur`an seperti yang diturunkan
kecuali amirul mukminin–sampai dia mengucapkan–al-Qur`an tersebut sekarang
berada di sisi paduka kami Al-Mahdi ra berikut kitab-kitab samawi lainnya dan
peninggalan para nabi."
Kalau
menurut Sunni nama Imam Mahdi adalah (Muhammad bin Abdullah al-Mahdi) sesuai
dengan yang diriwayatkan dalam hadits.
Nama Imam
Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah 'Abdullah. Jadi, nama Imam
Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah saw.
Rasulullah
saw bersabda,
لاَ تَذْهَبُ
الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ
اسْمُهُ اسْمِى
Artinya, "Dunia
ini tidak akan sirna hingga seorang pria dari keluargaku yang namanya sama
dengan namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab." (HR. Tirmidzi no.
2230, dari 'Abdullah bin Mas'ud. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini
diriwayatkan pula oleh 'Ali, Abu Sa'id, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah, status
hadits ini hasan shahih. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Misykatul
Mashabih 5452 [16] bahwa hadits ini hasan)
Maksud dalam
hadits diatas bahwa orang tersebut akan menguasai Arab adalah ia akan menguasai
non Arab juga. Ath-Thibi mengatakan, "Dalam hadits di atas tidak
disebutkan non Arab, namun mereka tetap termasuk dalam hadits tersebut. Jika
dikatakan menguasai Arab, maka itu berarti juga menguasai non Arab karena Arab
dan non Arab adalah satu kata dan satu tangan." (Lihat 'Aunul
Ma'bud Syarh Sunan Abi Dawud, Abu Thayyib, 11/250, Darul Kutub
Al-'Ilmiyyah, Beirut, cetakan kedua, 1415 H)
Begitu pula
Nabi saw mengatakan mengenai Imam Mahdi,
مِنْ أَهْلِ
بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
Artinya, "Dia
berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama
ayahnya (yaitu 'Abdullah) pun sama dengan nama ayahku." (HR. Abu
Dawud no. 4282, dari 'Abdullah bin Mas'ud. Syaikh Al-Albani dalam Shahih
wa Dho'if Sunan Abi Dawud mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
4. Mengingkari otentisitas/kebenaran isi al-Qur'an
Syi'ah meyakini bahwa al-Qur`an Utsmani tidak asli, karena telah dirubah oleh para sahabat. Ahlussunnah berkata bahwa jumlah seluruh ayat di dalam al-Qur`an adalah 6236 ayat, akan tetapi di dalam kitab Syi'ah Al-Kaafie fil Ushuul 2/634 disebutkan:
إن القرآن الذي جاء به جبريل عليه السلام إلى محمد صلى الله عليه وسلم
سبعة عشر ألف آية.
Artinya, "Sesungguhnya al-Qur`an yang dibawa oleh malaikat Jibril
kepada Muhammad saw adalah berjumlah 17.000 ayat."Disebutkan di dalam kitab Syi'ah, Al-Hujjah Minal Kaafie /26, hadits no. 1:
ما ادعى أحد من الناس أنه جمع القرآن كله كما أنزل إلا كذاب و ما جمعه
و حفظه كما نزله الله تعالى إلا علي بن أبي طالب و الأئمة من بعده.
Artinya, "Tidak ada seorang pun dari umat manusia yang mengaku
bahwa dia telah mengumpulkan al-Qur`an sebagaimana yang diturunkan oleh Allah,
kecuali dia itu adalah pendusta. Dan tidak ada yang mengumpulkan dan
menghafalnya seperti yang diturunkan oleh Allah Ta'ala kecuali Ali bin Abi
Thalib dan para imam setelah beliau."5. Melakukan penafsiran al-Qur'an tidak berdasarkan kaidah tafsir
Syi'ah banyak melakukan penafsiran al-Qur'an yang mendukung faham mereka antara lain melecehkan sahabat Nabi saw. Misalnya penulis Tafsir, Al-Qummi (hal. 259) menafsirkan kalimat dalam surat al-Hajj ayat 52,
أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ: يعني أبا بكر وعمر
Artinya, "… Syetanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan
itu: yaitu Abu Bakr dan Umar."
قال دود الجصاص: سمعت أبا عبد الله عليه السلام يقول: و علامات و
بالنجم هم يهتدون، قال: النجم رسول الله صلى الله عليه وسلم و العلامات هم الأئمة
عليهم السلام.
Dawud al-Jasshas berkata, "Aku pernah mendengar Abu Abdullah as
berkata, "Dan dengan tanda-tanda dan dengan bintang, mereka mendapatkan
petunjuk. Beliau berkata, "Yang dimaksud dengan bintang adalah Rasulullah
saw dan yang dimaksud dengan tanda-tanda adalah para imam as."6. Mengingkari hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam
Syi'ah tidak mengakui keabsahan Al-Kutub As-Sittah yaitu Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan Ibnu Majah sebagai rujukan. Mereka hanya mau menerima hadits jika dirwayatkan oleh Ahlul Bait. Mereka mempunyai kitab tersendiri yaitu Al-Kaafie, At-Tahdziib, Al-Istibshaar dan Man Laa Yahdhuruhul Faqiih. Kitab-kitab ini sulit didapatkan.
Di dalam kitab Ashlu Asy-Syiiah wa Ushuuliha karangan Muhammad Husain Kasyif al-Ghitha hal. 79 disebutkan,
إن الشيعة لا يعتبرون من السنة [أعني الأحاديث النبوية] إلا ما صح لهم
من طريق أهل البيت….أما ما يرويه مثل أبي هريرية و سمرة بن جندب و عمرو بن العاص و
نظائرهم فليس لهم عند الإمامية مقدار بعوضة.
Artinya, "Sesungguhnya orang-orang Syi'ah tidak menganggap sunnah
(maksudnya hadits-hadits nabi), kecuali apa-apa yang shahih menurut mereka yang
diriwayatkan dari jalan Ahlul Bait… Adapun hadits-hadits yang diriwayatkan
seperti oleh Abu Hurairah, Samurah dan Amr bin Ash dan yang semisalnya, maka
mereka itu di dalam pandangan Imamiyah (Syi'ah) kecuali hanya seperti
nyamuk."7. Melecehkan atau merendahkan para nabi dan Rasul Allah
Syi'ah beranggapan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih mulia dari para nabi dan rasul. Bahkan Ali pernah menerima lembaran wahyu dari Allah SWT yang Nabi saw saja tidak mengetahui apa isi lembaran tersebut. Juga Syi'ah beranggapan bahwa dakwah Rasulullah saw tidak berhasil sebab setelah beliau wafat, ternyata para sahabat kembali murtad, kecuali hanya 3 orang sahabat saja. Di dalam kitab Ar-Raudhah minal Kaafie 8/245 disebutkan:
كان الناس أهل ردة بعد النبي صلى الله عليه وسلم إلا ثلاثة: المقداد بن
الأسود و أبو ذر الغفاري و سلمان الفارسي.
Artinya, "Adalah para sahabat menjadi murtad setelah wafat
Rasulullah saw, kecuali hanya 3 orang sahabat saja, yaitu Al-Miqdad bin
al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi."
و كون أئمتنا أفضل من سائر الأنبياء هو الذي لا يرتاب فيه من تتبع
أخبارهم عليهم السلام على وجه الإذعان و اليقين.
Artinya, "Adalah para imam kami lebih utama dari semua para nabi
yang mana hal ini tidak diragukan lagi bagi orang yang sering menelaah berita
atau kabar mereka as dengan cara pasti dan yakin." (Bihaarul
Anwaar, karya Al-Majlisi, jilid 26 hal. 297-298)8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan Rasul terakhir dan kedudukan imam-imam mereka lebih tinggi dari malaikat dan rasul-rasul Allah
و إن من ضروريات مذهبنا أن لأئمتنا مقاما لا يبلغه ملك مقرب و لا نبي
مرسل.
Artinya, "Diantara ajaran penting madzhab kami bahwasanya bagi para
imam itu mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang sangat
dekat dan tidak juga oleh nabi yang diutus." (Al-Hukuumah
Al-Islaamiyyah karya Khumaini, hal. 52).9. Mengubah, menambah dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syari'at
Syi'ah mengubah shalat 5 waktu menjadi 3 waktu atau 1 waktu dengan jamak dan qasar tanpa syarat, mengharamkan shalat Jum'at, mewajibkan wuquf/haji ke Karbala Iraq, dan menganjurkan kepada kaum muslimin untuk mengalihkan kiblat ke Karbala Iraq dan tidak menghadap ke Mekah lagi, juga menghapus rukun Islam yang kelima, membolehkan shalat jenazah tanpa berwudlu, mewajibkan shalat sunnah dua hari raya dan shalat gerhana, mengganti ucapan amin dengan ucapan hamdalah, dll.
لقد أوقف الشيعة بسبب الغيبة للمنتظر إقامة صلاة الجمعة كما منعوا
إقامة إمام للمسلمين و قالوا: الجمعة و الحكومة لإمام المسلمين و الإمام هو هذا
المنتظر.
Artinya, "Syi'ah telah menghentikan ibadah Jum'at karena Imam Mahdi
yang ditunggu-tunggu masih ghaib. Hal ini semakna ketika orang-orang Syi'ah
dilarang menunjuk seorang imam bagi kaum muslimin. Mereka berkata, "Shalat
Jum'at dan pemerintahan itu bagi imam kaum muslimin, sedangkan imamnya yaitu
imam yang sedang ditunggu-tunggu itu." (Ushuulu Madzhabi
Asy-Syiiah, 2/386).
وقال أبو عبد الله جعفر: لو أني حدثتكم بفضل زيارته و بفضل قبره لتركتم
الحج رأسا و ما حج منكم أحد، ويحك أما علمت أن الله اتخذ كربلاء حرما آمنا مباركا
قبل أن يتخذ مكة حرما.
Artinya, "Abu Abdullah Ja'far berkata, "Andai saja saya
menceritakan kepada kalian tentang fadhilah (keutamaan) berziarah ke Karbala
dan juga fadhilah (keutamaan) kuburan Husein, tentu kalian akan meninggalkan
ibadah haji dan tidak akan ada yang pergi haji salah-seorang dari kalian.
Celakalah kamu, apakah engkau tidak tahu bahwasanya Allah SWT telah menjadikan
Karbala sebagai tanah suci yang aman dan juga diberkahi sebelum Allah SWT
menjadikan Mekah sebagai tanah suci." (Bihaarul Anwaar,
karya Al-Majlisi, 33/101, dan Kitab Kaamil az-Ziyaarat, hal. 226)Imam Ridha berkata, "Dan kami membolehkan shalat atas mayat tanpa wudlu, karena dalam shalat tersebut tidak ada rukuk dan sujud, sedang kewajiban wudlu itu hanyalah untuk shalat yang ada rukuk dan sujud." (Fiqih Ja'fari, hal. 46)
"Shalat dua hari raya adalah wajib, begitu juga shalat Kusuf." (Fiqih Ja'fari, hal. 250).
"Shalat Khusuf (gerhana) adalah wajib." (Fiqih Ja'fari, hal. 253)
"…berdasarkan ucapan Imam Shadiq (as), "Jika engkau shalat di belakang seorang imam, lalu ia membaca al-Fatihah dan selesai, maka ucapkanlah, 'alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin'dan janganlah engkau mengucapkan 'aamiin." (Fiqih Ja'fari, hal. 173)
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i
Syi'ah menganggap semua sahabat Nabi murtad kecuali beberapa orang saja, dan Syi'ah berkeyakinan bahwa muslim selain Syi'ah adalah kafir harbi/wajib diperangi dan halal darahnya, juga boleh dibunuh.
Di dalam kitab Ar-Raudhah minal Kaafie karya Al-Kulaini, 8/245 disebutkan:
كان الناس أهل ردة بعد النبي صلى الله عليه وسلم إلا ثلاثة: المقداد بن
الأسود و أبو ذر الغفاري و سلمان الفارسي.
Artinya, "Adalah para sahabat menjadi murtad setelah wafat
Rasulullah saw, kecuali hanya 3 orang sahabat saja, yaitu Al-Miqdad bin
al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi."
عن داود بن فرقد قال: قلت لأبي عبد الله: ما تقول في الناصب؟ قال حلال
الدم، ولكني أتقي عليه فإن قدرت تقلب عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكي لا يشهد به
فافعل قلت: فما ترى في ماله؟ خذ ما قدرت.
Artinya, "Dari Dawud bin Farqad dia berkata, "Aku pernah
bertanya kepada Abu Abdullah, "Bagaimana pendapat tuan tentang an-Nashib
(orang non Syi'ah)?" Maka dia menjawab, "Halal darahnya (boleh
dibunuh). Akan tetapi aku bertaqiyyah dengannya. Kalau engkau mampu menimpakan
dinding kepadanya atau engkau menenggelamkannya ke dalam air supaya dia (non
Syi'ah) tidak bisa bersaksi atas perbuatanmu ini, maka kerjakanlah." Aku
bertanya kembali, "Bagaimana dengan hartanya?" Dia menjawab,
"Ambillah apa yang engkau bisa ambil." (Al-Anwaar
An-Nu'maaniyyah karya Al-Jazairi, 2/308)
*
* * * *