A. Golongan
Kafir
Sumbernya
yang paling dominan adalah Yahudi dengan zionismenya yang merupakan problem
terbesar bagi dunia sejak diciptakannya hingga saat ini.
Allah Ta'ala
berfirman,
Artinya,
"Wahai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang
kepadamu sampai kamu mau mengikuti agama mereka. Wahai Muhammad, katakanlah:
"Sungguh Islam itulah agama Allah yang sebenarnya." Sekiranya kamu
mengikuti agama kaum Yahudi dan Nasrani, padahal telah datang kepadamu perintah
untuk mengikuti Islam, niscaya tidak ada orang yang dapat menolong kamu dari
siksa Allah di akhirat." (QS. al-Baqarah, 2 : 120)
Ibnu Jarir
berkata, "Yang dimaksud pada ayat diatas adalah bahwa umat Yahudi dan
Nasrani tidak akan rela kepadamu selamanya sebelum kamu mengikuti apa yang
mereka sukai dan mereka setujui, maka carilah keridhaan Allah dimana kamu
diutus dengan hak dalam keridhaan itu."
Allah Ta'ala
juga mengingatkan,
Artinya, "Wahai
orang-orang mukmin, sebagian besar kaum Yahudi dan Nasrani menginginkan kalian
menjadi kafir setelah kalian beriman. Mereka dengki kepada kalian setelah
bukti-bukti kerasulan Muhammad jelas bagi mereka…" (QS. Al-Baqarah,
2 : 109)
Ibnu Katsir rahimahullah
dalam tafsirnya menjelaskan bahwa melalui firman-Nya, Allah Ta'ala
memberitahukan kepada mereka ihwal (keadaan/kondisi) permusuhan kaum kafir
kepada umat Islam, baik secara batiniyah maupun secara lahiriah. Hal tersebut
tiada lain karena mereka hasad terhadap kaum muslim karena mereka
mengetahui keunggulan kaum muslim dan nabinya setelah nyata bagi mereka
kebenaran risalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dahulu mereka
temukan dalam kitab suci mereka sendiri yaitu Taurat dan Injil. Mereka
sesungguhnya mengakui kebenaran tersebut namun kedengkian bahwa risalah itu
datangnya bukan berasal dari keturunan bangsa mereka sendiri, sudah menutupi
fitrah cara berpikir mereka.
Louis Daste pernah menulis dalam bukunya yang
berjudul Yahudi dan Organisasi Rahasia bahwa dalam setiap perubahan
pemikiran besar yang terjadi, maka dapat dipastikan bahwa disitulah terdapat
campur-tangan Yahudi, baik yang nampak maupun yang rahasia. Dalam kitab suci
mereka, Talmud, disebutkan bahwa bangsa Yahudi berasal dari unsur Tuhan
dan Hakhom (pemuka agama Yahudi), maka kebenaran adalah di pihak Hakhom.
Sedikit
contoh tentang golongan yang memusuhi Islam adalah bangsa kafir Eropah. Mereka
telah bekerja-keras melaungkan gerakan Islamophobia pada masyarakat
dunia, tidak terkecuali juga kepada umat muslim sendiri. Dengan arogan dan
penuh kebencian, mereka juga dengan tak sungkan lagi memperlihatkan kebencian
tersebut. Berita tentang 'keberanian' mereka menggambarkan sosok Rasulullah saw
dengan sebentuk karikatur yang amat tak pantas, telah terbukti berkali-kali
terjadi. Beliau saw digambarkan dengan sebilah pedang dan membawa bom di atas
kepalanya. Begitu pula dengan bentuk penistaan umat kafir serupa yang seakan
sengaja terus diulang, baik melalui lisan, tulisan, penggambaran karikatur,
ataupun pembuatan film seperti yang terjadi pada September 2012 kemarin;
beredarnya berita tentang film yang sudah menggemparkan kaum muslimin dunia
hasil garapan sutradara Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula, Innocence
of Muslims. Penistaan tersebut tentu saja menambah deret panjang daftar
kearoganan pihak musuh-musuh Islam dalam menghujat dien ini. Semua bentuk
penghinaan tersebut merupakan penyudutan dan cara berpikir sesat mereka bahwa
Islam dalam kacamata mereka merupakan sumber bencana dan pembawa anarki serta
keresahan dunia.
Hal ini
tentu tidak bisa didiamkan karena ini adalah salah-satu bentuk skenario untuk
semakin menambah tersudutnya Islam. Seperti yang sudah Allah Ta'ala firmankan
diatas bahwa mereka selamanya akan bekerja-keras dan saling bahu-membahu untuk
memberangus Islam hingga ke akar-akarnya.
Dalam hal
penghancuran tersebut, mereka meracuni umat melalui program lihat-dengar.
Dalam penelitian, diketahui bahwa alat-alat indera manusia yang berupa
penglihatan dan pendengaran merupakan alat tercanggih sebagai penyampai
informasi bagi otak. Selanjutnya otak merekam informasi tersebut dalam bank
datanya. Untuk memperkuat data-data tersebut maka diperlukan masuknya
informasi yang berulang. Dengan cara seperti itulah mereka berusaha menanamkan
kepada umat agar nantinya memiliki kesamaan berpikir terhadap sesuatu ala
mereka.
Seperti yang
bisa dilihat di sekeliling kita saat ini, dalam ranah hiburan—mereka menggaet
pengusaha, baik musyrikin maupun munafikin untuk beramai-ramai membuat program
memfasilitasi setiap orang (baik kafir ataupun muslim) untuk dibentuk menjadi role-model.
Role-model ini akan dihiasi dengan ketenaran, keglamoran, dan seabrek
kesedapan dunia lainnya. Apalah daya… Bagi yang tergiur, akhirnya terdorong
untuk mengikuti jejak sang diva yang dikaguminya. Jalannya pun telah terbuka
luas, beraneka-ragam kontes dan ajang para pencari bakat telah menanti, apalagi
batasan usia mulai tak lagi ketat. Maka berduyun-duyunlah mereka hendak
membangun mimpi untuk hidup layaknya sang diva. Bagi yang merasa tak memiliki
kemampuan untuk 'tampil' di muka umum, akhirnya cuma jadi penonton. Dimana saja
ada pagelaran, baik musik, film, dan semacamnya dikejar untuk ditongkrongi.
Umatpun
teracuni dengan berbagai ungkapan yang menggelincirkan. Mulai dari hak
kebebasan berekspresi, hak untuk hidup berkesenian, hingga hak apa-apa terserah
semau gue…
Kalau sudah
seperti ini, maka 'pengorbanan' Yahudi dan kroni-kroninya telah beroleh
keberhasilan. Dimana umat sudah menggandrungi dunia sehingga melalaikan bahkan
meninggalkan tatanan yang semestinya dipanutinya. Rasulullah saw telah
jauh-jauh hari memaklumatkan,
Artinya, "Sesungguhnya
tali islam akan terlepas seutas demi seutas, ketika terlepas satu utasan, maka
umat manusia akan memegang tali berikutnya. Maka perkara yang pertama kali
terlepas adalah masalah hukum dan yang paling terakhir terlepas adalah masalah
sholat." (HR. Imam Ahmad, Imam Ibnu Hibban, Imam al-Hakim)
Secara
fisik, kaum salibis barat telah melaungkan genderang perangnya melawan Islam
sejak beberapa dekade lalu melalui apa yang mereka namakan crusade atau
perang salib. Islam yang semakin meluas di jazirah Arab hingga Spanyol, membuat
umat Nasrani kalang-kabut dan menerbitkan dendam kesumatnya. Berikut juga
dengan apa yang sudah ditabuh presiden Bush di tahun 2001 yang terkenal dengan
pernyataannya War against Islamic Terrorism. Dengan lantang ia
mengatakan, "Every nation in every region now has a decision to make
either you are with us or you are with the terrorist. From this day forward,
any nations that continues to harbor or support terrorism will be regarded by
United States as a hostile regime." (Setiap bangsa di setiap negeri,
sekarang memiliki keputusan: apakah bersama kami atau bersama teroris. Sejak
hari ini hingga selanjutnya, setiap bangsa yang terus melindungi atau mendukung
teroris akan berhadapan dengan Amerika Serikat sebagai pihak yang bermusuhan).
Negara
'adikuasa' tersebut memang berambisi besar untuk menjadi polisi dunia, bahkan
tak ayal lagi bergeser naik menjadi teroris dunia. Apa saja yang tak sejalan
harus digilas habis, apa saja yang bertabrakan dengan egonya maka disodori
desakan "With us or with the terrorist?!" Persis seperti
pernyataan teologis, "Siapa yang tidak bersama aku, maka ia melawan
aku." (Lukas, 11 : 23)
Namun
bagaimanapun berkobar-kobarnya kebencian kaum la'natullah tersebut dalam
upayanya menghancurkan kejayaan Islam, sebagai muslim kita harus
berpegang-teguh terhadap apa yang sudah dijanjikan Allah Ta'ala, seperti dalam
firman-Nya,
Artinya,
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan- ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai." (QS. at-Taubah, 9 : 32)
B. Golongan
Muslim
Kepongahan
terhadap dien yang haq ini bukan hanya datang dari kelompok di luar Islam, di
kalangan umat Islam sendiri tak sedikit yang berusaha untuk mengutak-atik agama
yang dipeluknya tersebut dengan merefleksikannya terhadap cara-cara pemikiran
barat. Saat ini sudah banyak muncul kelompok yang mengadopsi metodologi tentang
pemahaman al-Qur'an dan as-Sunnah yang bersumber dari peradaban barat yang
bersumber dari 'akal-akalan semata. Hal ini sebenarnya juga merupakan strategi
dan makar kaum kafir dalam upayanya memadamkan cahaya Islam kepada umat Islam
melalui tangan-tangan umat Islam sendiri yang nota-bene tak paham agama.
Keberadaan
mereka tentu saja tak lepas dari pengaruh barat yang piawai dalam menjajakan
bentuk-bentuk pemikirannya terhadap Islam dan tatanannya. Kelompok ini bergerak
dengan memiliki jangkauan yang luas, baik dari segi politik, budaya, sosial,
pendidikan, teknologi, dan lainnya. Gerakan impor pemikiran yang mereka usung
terus disebar-luaskan untuk memperluas hegemoni pihak asing di seluruh
tatanan ideologi Islam. Mereka memakai nama yang terlihat berbeda-beda dengan
menerapkan isme-isme yang tampak berbeda-beda pula, seperti kelompok
penganut liberalisme, komunisme, kapitalisme, feminisme, dan lainnya. Namun
jiwa mereka serupa—yaitu menginginkan yang haq hancur bertukar dengan yang
bathil.
Kasak-kusuk
kelompok ini dalam usahanya mengubah-ubah syari'at Islam merupakan gerakan
penghancuran yang lebih berbahaya, sebab mereka melabelkan diri mereka dengan
kemasan ke-Islaman sehingga dengan berkedok kemuslimannya itu mereka
menipu-daya umat. Dalam sebuah firman-Nya Allah Ta'ala mengingatkan,
Artinya, "Ada
sebagian pendeta Yahudi dan Nasrani yang membaca Taurat dan Injil dengan
merubah-rubah kalimatnya, tetapi para pengikutnya menyangka bahwa para pendeta
itu membaca Taurat dan Injil dengan benar. Padahal apa yang dibaca pendeta itu
sama sekali bukan Taurat dan Injil. Para pendeta itu berkata: "Apa yang
kami baca ini adalah dari sisi Allah." Padahal semua itu sama sekali bukan
dari sisi Allah. Mereka telah membuat kebohongan atas nama Allah, dan mereka
menyadari kebohongannya itu." (QS. Ali 'Imran, 3: 78)
Kelompok ini
juga tidak akan pernah puas dan berhenti dalam mengubah dan menggantikan
kemurnian tauhid dengan kesyirikan melalui dibentuknya hukum-hukum baru yang
mereka sebut dengan hukum positif demi mengganti hukum-hukum Allah Ta'ala yang
mereka anggap lebih relevan dan sejalan dengan perkembangan zaman. Sementara
dalam Islam, penerapan syari'at dalam peri-kehidupan seorang muslim adalah
suatu kemutlakan. Oleh sebab itu, maka penerap sistem hukum selain syari'at-Nya
statusnya dihukumi kafir, zalim, atau fasik sebagaimana firman Allah Ta'ala,
Artinya,
"…Siapa saja yang tidak mau menetapkan dan melaksanakan hukum sesuai
syari'at yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya, mereka itu adalah orang-orang
kafir."
"…Siapa
saja yang tidak mau menetapkan hukuman setimpal dalam perkara pembunuhan dan
penganiayaan sesuai syari'at yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya, maka mereka
itu adalah orang-orang zhalim."
"…Siapa
saja yang tidak mau melaksanakan hukum sesuai syari'at yang Allah turunkan
kepada Nabi-Nya, mereka itulah orang-orang yang durhaka kepada Allah."
(QS. al-Ma'idah, 5 : 44, 45, 47)
Mereka juga
selalu mengemukakan pendapat dan pemikirannya bahwa hukum Islam selalu
mendiskreditkan agama lain dan bersifat memaksakan kehendak terhadap
kepentingan penganut lainnya. Hal ini memunculkan gagasan untuk memunculkan HAM
atas nama keadilan. Perhatikanlah aktivitas kaum sepilis (sekuler, pluralis,
dan liberalis) yang terus berfikir dan mencari-cari cara untuk memproduksi
pemahaman baru tentang dien Islam. Beragam gagasan mereka luncurkan ke
tengah-tengah umat melalui media massa, surat kabar, dan situs jejaring sosial.
Akibatnya banyak ditemukannya pemikiran-pemikiran nyeleneh atau sesat
yang bermunculan. Slogan-slogan kesesatan tampak semakin menyeruak ke ruang
lingkup kehidupan Islam, seperti pluralisme, toleransi beragama, persaudaraan
agama-agama, hermeneutika, liberalisasi dalam pentafsiran ayat, serta
paham inklusivisme (suatu paham yang mengakui bahwa setiap agama
memiliki dasar kebenaran). Slogan-slogan tersebut dirancang sedemikian rupa
lalu dikemas dengan menyertakan 'atribut' Islam didalamnya. Lagi-lagi, umat
yang awam senantiasa terpedaya mengekor para penyembah akal tersebut.
Gerakan
impor pemikiran kini banyak diadopsi oleh para tokoh Islam sendiri, baik secara
sadar maupun yang terpengaruh sejengkal demi sejengkal. Apalagi keadaan kaum
muslim sendiri yang masih mengagumi faham taklid buta sehingga apapun yang
ditawarkan oleh para tokoh ulama yang dianggap 'cendekia' itu akhirnya mereka
konsumsi seutuhnya tanpa proses keilmuan terlebih dahulu.
Dalam Ali
'Imran, Allah Ta'ala mengatakan,
Artinya, "Ada
sebagian pendeta Yahudi dan Nasrani yang membaca Taurat dan Injil dengan
merubah-rubah kalimatnya, tetapi para pengikutnya menyangka bahwa para pendeta
itu membaca Taurat dan Injil dengan benar. Padahal apa yang dibaca pendeta itu
sama sekali bukan Taurat dan Injil. Para pendeta itu berkata: "Apa yang
kami baca ini adalah dari sisi Allah." Padahal semua itu sama sekali bukan
dari sisi Allah. Mereka telah membuat kebohongan atas nama Allah, dan mereka
menyadari kebohongannya itu." (QS. Ali 'Imran, 3: 78)
Sejarah
telah lengkap mencatat dan membuktikan bahwa apa-apa yang manusia kreasikan
untuk diterapkan sebagai pedoman utama selain apa yang terdapat dalam
syari'at-Nya, maka ia akan hancur tak bermakna. Ketahuilah, bahwa akal dan
kemampuan yang dianugrahkan Allah Ta'ala kepada manusia tidak diciptakan untuk
menghasilkan suatu syari'at yang layak bagi manusia itu sendiri.
Ibnu Mas'ud
berkata,
إِتَّبِعُوا
وَلاَ ابْتَدَعُوا فَقَدْ كُفِيِتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Artinya,
"Ber-ittiba'lah kamu kepada Rasulullah dan janganlah kamu ber-ibtida'
(mengada-ada tanpa dalil), karena sesungguhnya agama ini telah dijadikan cukup
buat kalian, dan setiap bid'ah itu adalah kesesatan." (HR.
ath-Thabrani dan ad-Darimi dengan isnad yang shahih)
Para mujaddid
(pembaharu) dalam syari'at biasanya memiliki pemahaman yang rancu (talbis)
iblis. Pemahaman tersebut biasanya dimulai dari kaidah-kaidah yang masih
bersifat umum karena lebih mudah untuk diselewengkan. Misalnya dalam upaya
pengaburan ayat dari makna yang sesungguhnya, seperti pada ayat,
Artinya, "Allah
tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya…" (QS. al-Baqarah,
2: 286)
Ayat ini
digelincirkan sedemikian rupa oleh mereka sehingga banyak muslim awam
terpedaya, bahwa apabila mereka merasa berat melaksanakan suatu perintah,
sekalipun perintah tersebut merupakan bersifat wajib, maka mereka
meninggalkannya dengan dalih ayat tersebut. Padahal ayat diatas merupakan
pemberitaan Allah Ta'ala bahwasanya Dia tidak memberi beban kepada hamba-Nya
dengan perintah yang diluar kemampuan mereka. Artinya, seluruh ketentuan
syari'at Allah Ta'ala tidak ada yang diluar kemampuan mereka, hanya hamba-Nya
lah yang menganggap berat syari'at tersebut karena penolakan dari hawa nafsunya
sendiri.