SEBAB hidup
tidaklah melulu berjalan lurus. Jika kita salah, boleh jadi ada hal yang kita
tidak ketahui. Karena setiap orang tentu mendambakan keselamatan hidup.
Keselamatan dari kerusakan dan hal-hal yang membahayakan dirinya—lahir atau
batin. Itulah hikmah mengapa kita mesti saling menasehati.
Sesungguhnya
adalah hal yang penting sebuah nasehat dalam kehidupan kita. Agar kita tahu
kekurangan kita dan segera memperbaikinya. Harus ada yang memberitahukan kepada
kita tentang hal-hal yang tidak kita ketahui. Pemberitahuan itulah yang bisa
jadi sebuah nasehat, masukan atau kritikan.
Rasulullah
saw. mengatakan, “seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila
melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya,” (HR. Al-Bukhari)
Orang muslim
yang benar-benar bertakwa bukan hanya lepas dari sifat-sifat tercela, tetapi
juga harus menghiasi dirinya dengan sifat dan akhlak yang mulia, positif dan
konstruktif, yaitu akhlak suka saling menasehati dan jujur, dengan kepercayaan
bahwa agama adalah nasehat, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
melalui sabdanya
Agama itu
nasehat, Kami bertanya, Untuk siapakah itu? Beliau menjawab, Bagi Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya dan para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam dari mereka”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Berikut adab
dalam memberi nasehat kepada orang lan yang di sarikan dari buku berjudul: “Selembut
Perkataan Nabimu – Kiat agar Nasihat Laksana Embun Yang Menyejukkan”, karya Muhammad Abu
Shu’ailaik.
1. Ikhlaskan
niat
Semata-mata
untuk mengharapakan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang
demikian ini berarti pemberi nasehat akan mendapatkan ganjaran dari Allah Jalla
wa ‘Ala, sehingga Allah pun akan membantu engkau agar orang yang dinasehati
diberikan hidayah oleh-Nya.
2. Menasehati
Secara Rahasia
Ini adalah
adab yang kebanyakan dari kita tidaklah mengetahuinya. Perhatikanlah, bahwa
penerima nasehat adalah orang yang sangat butuh untuk ditutupi segala
keburukannya, dan diperbaiki kekurangan-kekurangannya. Maka, tidaklah nasehat
akan mudah diterima bila disampaikan secara rahasia.
Imam Abu
Hatim bin Hibban Al Busti rahimahumullahberkata: “Namun nasehat
tidaklah wajib diberikan kecuali dengan cara rahasia. Karena orang yang
menasehati saudaranya secara terang-terangan pada sejatinya ia telah
memperburuknya (keadaan penerima nasehat). Barangsiapa yang memberinasehat
secara rahasia, maka dia telah menghiasinya. Maka menyampaikan sesuatu kepada
seseorang muslim dengan cara menghiasinya, lebih utama daripada bermaksud untuk
memburukkannya”. (Raudhatul Uqala’, hlm 196)
3. Memberi
nasehat dengan Halus, Penuh Adab dan Lemah Lembut.
Hal ini
dikarenakan memberi nasehat ibaratnya seperti membuka pintu. Sedangkan sebuah
pintu tidak akan bisa dibuka kecuali dengan kunci yang pas & tepat. Maka
pintu itu adalah hati, dan kuncinya adalah nasehat yang disampaikan dengan
lemah lembut, santun, dan halus. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu
‘alayhi wa sallam:
“Sesungguhnya
kelemahlembutan tidaklah berada dalam sesuatu kecuali menghiasinya. Dan
tidaklah terpisah dari sesuatu kecuali ia perburuk.” (HR. Muslim)
4. Tidak
Memaksa
Orang yang
menasehati tidaklah berhak sama sekali untuk menerima nasehatnya. Karena
pemberi nasehat adalah seseorang yang membimbing menuju kebaikan. Sehingga hak
pemberi nasehat hanyalah menyampaikan dan memberi arahan saja.
5. Memilih
Waktu yang Tepat untuk Memberi Nasehat
Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata:
“Hati itu
memiliki rasa suka dan keterbukaan. Hati juga memiliki kemalasan dan penolakan.
Maka raihlah ketika ia suka dan menerima. Dan tinggalkanlah ia ketika ia malas
dan menolak.” (Al –Adab Asy-Syar’iyyah, karya Ibnu Muflih)