'Amma ba'du.
Perintah Allah SWT untuk menjaga agama
A. Umum:
Setiap mukmin wajib menjaga agamanya dengan sebaik-baiknya. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah mempelajari dan memahami agamanya dengan pemahaman yang benar berdasarkan pemahaman salafush shalih, beramal dengannya, mendakwahkannya dan bersifat sabar ketika menghadapi halangan dalam berdakwah, beramar-ma'ruf dan nahi-mungkar, serta jihad fie sabilillah. Tugas dakwah, amar-ma'ruf dan nahi-mungkar, serta jihad merupakan semulia-mulia amal shalih yang tidak boleh dilalaikan. Ketika Abu Bakar radhiyallahu 'anhu menjadi khalifah, gejala lemahnya umat untuk beramar-ma'ruf dan nahi-mungkar ini mulai muncul, maka beliau berkata kepada orang-orang, "Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah membaca ayat ini;
Artinya, "Wahai kaum mukmin, peliharalah diri kalian dengan baik. Orang yang sesat tidak akan dapat merugikan kalian jika kalian sudah mendapatkan hidayah. Kelak kalian akan kembali kepada Allah, lalu di akhirat kelak, Allah akan mengabarkan kepada kalian apa yang telah kalian lakukan di dunia." (QS. al-Maidah, 5 : 105)
tetapi kamu telah meletakkan ayat ini bukan pada tempatnya, sedangkan aku mendengar Rasulullah saw bersabda;
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْمُنْكَرَ ، وَلا يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلََّ أَنْ يَعُمَّهُمْ بِعِقَابِهِ
Artinya, "Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran tetapi
mereka tidak mau merubahnya, maka lambat laun Allah 'azza wajalla akan
menimpakan azab (siksa) keatas mereka seluruhnya." (HR. Imam Ahmad)Mentafsirkan ayat diatas, Abu Bakar ash-Siddiq Radhiyallahu 'anhu berkata;
أَيُّهَا النَّاسُ ، إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّهُ مُجَانِبُ الإِيمَانِ
Artinya, "Wahai manusia, jauhilah olehmu kedustaan, karena kedustaan itu akan menjauhkan keimanan." (HR. Imam Ahmad)Abu Isa at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Ummayah asy-Sya'bani, ia berkata, "Aku pernah mendatangi Abu Tsa'labah al-Khusyani, lalu kutanyakan kepadanya, "Bagaimanakah mengamalkan ayat ini?" Maka ia balik bertanya, "Ayat yang mana?" Kemudian kukatakan, "Firman Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk." Ia menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya aku telah menanyakan hal itu kepada seseorang yang benar-benar mengerti. Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw, maka beliau menjawab,
بَلِ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ ، وَتَنَاهَوْا عَنِ
الْمُنْكَرِ ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا ، وَهَوًى مُتَّبَعًا
، وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً ، وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ
فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعِ الْعَوَامَّ ، فَإِنَّ مِنْ
وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ الْقَابِضِ عَلَى
الْجَمْرِ ، لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا
يَعْمَلُونَ كَعَمَلِكُمْ
Artinya, "Bahkan hendaklah kalian saling menyuruh berbuat ma'ruf
dan saling mencegah kemungkaran, sehingga jika engkau melihat kekikiran
yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dunia yang diutamakan, dan
kekaguman setiap orang kepada pendapatnya, hendaklah engkau menjaga
dirimu sendiri dan tinggalkanlah orang-orang awam, karena dibelakang
kalian masih ada hari-hari yang panjang. Orang yang sabar di dalam
hari-hari itu tidak ubahnya seperti orang yang menggenggam bara. Bagi
orang yang beramal pada hari-hari itu akan memperoleh balasan seperti
balasan yang diberikan kepada limapuluh orang laki-laki yang beramal
seperti amal kalian."Abdullah bin al-Mubarak mengatakan, selain Utbah, ada yang menambahkan, dikatakan, "Ya Rasulullah, balasan limapuluh orang laki-laki dari kita atau dari mereka?" Beliau menjawab,
بَلْ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
Artinya, "Bahkan balasan limapuluh orang laki-laki dari kalian." (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim)B. Khusus:
Seorang ayah atau suami wajib memberi pengajaran kepada anak-anaknya, isterinya, keluarganya, serta orang-orang yang berada dalam tanggungan dan pemeliharaannya.Tugas pokok yang utama harus didahulukan ialah tugas memelihara agamanya dengan sebaik-baiknya. Allah SWT berfirman:
Artinya, "Wahai orang-orang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari siksa neraka. Neraka itu bahan bakarnya adalah manusia dan berhala-berhala (yang terbuat dari batu), penjaganya malaikat yang kekar lagi kasar, para malaikat tidak pernah menyalahi perintah yang Allah berikan kepada mereka. Para malaikat senantiasa melaksanakan perintah-Nya". (QS. at-Tahrim, 66 : 6)
Mentafsirkan ayat ini para ulama berkata:
a. Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu,
أَدِّبُوهُمْ وَعَلِّمُوهُمْ
Artinya, "Didiklah mereka beradab dan ajarlah mereka agama mereka."b. Berkata Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu,
اعْمَلُوا بِطَاعَةِ اللَّهِ ، وَاتَّقُوا مَعَاصِيَ اللَّهِ ،
وَمُرُوا أَهْلِيكُمْ بِالذِّكْرِ ، يُنْجِيكُمُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ .
Artinya, "Bekerjalah kamu untuk mentaati Allah dan
takutlah kamu mendurhakai Allah (suruhlah mereka taat kepada Allah dan
menjauhi maksiat kepada-Nya), dan suruhlah keluargamu berzikir mengingat
Allah, Allah akan menyelamatkan kamu dari neraka."c. Berkata Adh-Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan,
حَقٌّ عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يُعَلِّمَ أَهْلَهُ مِنْ
قَرَابَتِهِ ، وَإِمَائِهِ ، وَعَبِيدِهِ مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ،
وَمَا نَهَاهُمُ اللَّهُ عَنْهُ .
Artinya, "Setiap muslim berkewajiban mengajari keluarganya,
termasuk kerabat dan budaknya, berbagai hal berkenaan dengan hal-hal
yang diwajibkan Allah Ta'ala kepada mereka dan apa yang dilarang-Nya."d. Mujahid berkata,
اتَّقُوا اللَّهَ ، وَأَوْصُوا أَهْلِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ .
Artinya, "Taatlah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluaga kalian untuk taat kepada Allah."e. Qatadah berkata,
يَأْمُرُهُمْ بِطَاعَةِ اللَّهِ ، وَيَنْهَاهُمْ عَنْ
مَعْصِيَةِ اللَّهِ ، وَأَنْ يَقُومَ عَلَيْهِمْ بِأَمْرِ اللَّهِ ،
وَيَأْمُرَهُمْ بِهِ وَيُسَاعِدَهُمْ عَلَيْهِ ، فَإِذَا رَأَيْتَ لِلَّهِ
مَعْصِيَةً ، قَدَعْتَهُمْ عَنْهَا ، وَزَجَرْتَهُمْ عَنْهَا .
Artinya, "Mestilah engkau menyuruh mereka untuk taat kepada Allah
dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya. Dan mestilah engkau menyuruh
untuk menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkanlah mereka
menjalankannya serta membantu mereka menjalankannya. Jika engkau
melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah
mereka."Dalam melaksanakan tugas dakwah, amar-ma'ruf dan nahi-mungkar, Allah SWT berwasiat kepada Rasulullah saw,
Artinya, "Wahai Muhammad, karena itu bersabarlah kamu menghadapi ejekan orang-orang kafir. Agungkanlah Tuhanmu dengan memuji-Nya sebelum matahari terbit, setelah matahari terbenam dan pada tengah malam. Agungkanlah Tuhanmu pada pagi dan sore hari, supaya hatimu senang karena mendapatkan pahala. Wahai Muhammad, janganlah kamu terpesona oleh kesenangan-kesenangan yang Kami berikan kepada golongan kafir pencinta dunia. Kesenangan dunia merupakan perhiasan kehidupan. Kesenangan dunia itu Kami jadikan sebagai ujian bagi manusia. Adapun karunia Tuhanmu di akhirat kelak jauh lebih baik dan amat kekal. Wahai Muhammad, suruhlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah kamu dalam melaksanakannya. Kami tidak meminta imbalan kepada kamu, bahkan Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Pahala yang baik di akhirat kelak hanyalah bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan bertauhid." (QS. Thoha, 20 : 130, 131, 132)
Islam Adalah Agama Fitrah
Sesungguhnya dien Islam adalah dien yang sempurna, yaitu sebuah tatanan hidup yang mengatur kehidupan manusia, baik hubungannya kepada Rabb-nya, maupun hubungannya antar manusia itu sendiri. Islam juga manhajul hayaat as syaamil mutakaamil, tatanan hidup yang lengkap, komprehensif dan universal, tidak memerlukan imbuhan atau tambahan dari agama lain. Gagasan-gagasan impor yang terus saja mengglobal tentu saja sangat bertolak-belakang dengan pokok-pokok dasar Islam yang sudah dibakukan Allah Ta'ala, seperti pada firman-Nya,
Artinya, "…Pada hari ini Aku telah menyempurnakan bagi kamu agama kamu, dan Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu dan Aku ridha Islam sebagai dienmu…" (QS. al-Maidah, 5: 3)
Kesempurnaan yang dimaksudkan Allah Ta'ala itu ialah satu-satunya aturan yang berlaku secara universal bagi manusia seluruhnya, seperti yang terdapat dalam firman-Nya,
Artinya, "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Ali ''Imran, 3 : 19)
Dan juga firman-Nya,
Artinya, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Ali 'Imran, 3 : 85)
Islam sendiri adalah agama fitrah yaitu agama yang sesuai dengan tabiat kejadian manusia, sehingga fitrah yang masih murni dan bersih tidak akan pernah menolak atau menentang tatanan hidup yang sudah digariskan. Apabila fitrah ini berubah sehingga cenderung kepada kesesatan, maka satu-satunya rumusan untuk meluruskannya hanya dengan syari'at yang telah difitrahkan bagi manusia tersebut yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah. Renungkan dan pahami firman Allah Ta'ala pada QS. al-An'am, 6 :153)
Perhatikanlah berbagai upaya manusia yang sudah rusak fitrahnya, sehingga mereka mencoba-coba secara terus-menerus untuk mengutak-atik dien ini agar menyimpang dari aslinya. Inilah pekerjaan orang-orang kafir sepanjang masa sebagaimana yang terdapat pada firman-Nya,
Artinya, "…Celakalah orang-orang kafir karena kelak mendapat adzab yang berat di akhirat, yaitu orang-orang yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, menyimpang dari Islam dan berusaha mencari jalan kekafiran. Mereka itu berada dalam kesesatan yang amat jauh." (QS. Ibrahim, 14 : 2-3)
Kesempurnaan hakiki yang hanya dimiliki dien Islam tersebut otomatis telah menyebabkan ketidak-senangan kaum kafir terhadap dien Islam dan para penganutnya. Prilaku mereka memusuhi Islam tentu bukan karena mereka tidak mengerti Islam, akan tetapi karena sifat kedengkian mereka yang sudah mendarah-daging mengalahkan sifat fitrah bawaan setiap manusia itu sendiri.
Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah pernah berkata, "Mereka yang menolak kebenaran bukan disebabkan karena kebenaran itu samar atau tidak jelas, akan tetapi karena mereka memang berpaling darinya. Apabila mereka tidak mengambil sikap berpaling dan mau memperhatikannya, niscaya kebenaran tersebut menjadi jelas bagi mereka dengan kejelasan yang nyata dan gamblang."Sementara Imam an-Nawawi' rahimahullah mengatakan, "Adapun menolak kebenaran yaitu menolaknya dan mengingkarinya dengan menganggap dirinya tinggi dan besar."
Dalam kitab Minhajul Firqah an-Najiyah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah berkata, bahwa seorang mu'min tidak boleh menolak kebenaran dan nasehat sehingga tidak menyerupakan dirinya seperti kaum kafir dan agar tidak terjerumus dalam kesombongan yang akan menghalangi pelakunya untuk memasuki surga. Hikmah adalah ibarat sebuah barang seorang mu'min yang hilang, yang dimana saja ia menemuinya maka ia harus mengambilnya.
Musuh-musuh Islam
Dalam al-Qur'an dengan sangat gamblang Allah Ta'ala nyatakan bahwa orang-orang diluar Islam, seperti Yahudi, Nasrani, dan antek-anteknya, tiada akan henti-hentinya merancang makar dan membangun konspirasi untuk memadamkan cahaya kejayaan Islam. Lihat firman Allah (QS. al-Baqarah, 2 : 217). Sepatutnyalah umat Islam sendiri semakin menyadari serta harus selalu bersiaga karena musuh-musuh selalu mengintai dari segala arah untuk membumi-hanguskannya. bahwa target utama penghancuran kaum kafir di sepanjang zaman adalah Islam.
Tumbuh dan tersebarnya pemahaman-pemahaman sesat yang kian marak juga merupakan fenomena nyata yang menandakan adanya segolongan umat yang berusaha menghancurkan kemuliaan Islam melalui penyalah-gunaan fitrah akal manusia. Golongan pembuat makar ini tak hanya bersumber murni dari golongan kafir saja, akan tetapi dikembangkan oleh muslim-muslim yang sudah terpengaruh oleh isme-isme produk hasil pemikiran barat. Maka menjadi kewajiban kita sebagai umat muslim untuk bersegera mengintropeksi diri, kembali kepada jalan Allah Ta'ala, dan bersikap waspada terhadap makar dan tipu-daya musuh-musuh tersebut.
Pembagian Golongan yang Memusuhi Islam
Dalam sebuah firman-Nya, Allah Ta'ala telah menjelaskan tentang karakteristik orang-orang yang memusuhi Islam, yaitu
Artinya, "Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka suatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka, "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja." Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa." (QS. at-Taubah, 9 : 64-66)
Ayat diatas memberitahukan bahwa dalam setiap peradaban manusia, akan senantiasa ada segolongan umat yang bersifat menolak fitrah, mengganti ketetapan hakiki, atau mencampur-adukkan kebatilan dengan kebenaran sehingga manusia lainnya akan terperangkap dalam kebenaran yang semu tersebut.
Segolongan itu bertuhankan akal dan hawa-nafsu semata sehingga tuntunan syari'at yang sudah diatur sejalan dengan fitrah manusia dianggap menjadi penghalang terhadap setiap kehendak mereka, sehingga acapkali mereka mencela, melecehkan, menyakiti, bahkan hingga tak segan-segan menangkap, memenjarakan, menghukum dengan hukuman berat bahkan membunuh jiwa tanpa haq.
Selain aksi-aksi mereka yang menyatakan sikap permusuhan secara terang-terangan, mereka pun memerangi Islam dengan gerakan bawah tanah, salah-satunya dengan menciptakan cara-cara dan gaya pemikiran baru dalam memahami Islam.
Perhatikan pergerakan kaum liberal, sekuler, feminis, kapitalis, komunis, bahkan atheis di sekitar umat Islam. Mereka bisa dengan mudah ditemukan dimana-mana saat ini. Meskipun berbeda nama, namun kepentingan dan tujuan mereka sudah pasti sejalan yaitu mempengaruhi dan mengacak-acak tatanan kehidupan bersyari'at yang sudah ada di negeri-negeri muslim secara khusus untuk mengikuti millah mereka.