Kehadiran
dan keberadaan kaum Muslim ditengah kehidupan Manusia dibumi bukanlah sebagai
bunga hiasan, yang setelah masa mekarnya usai kemudian layu, lantas musnah.
Tidak lebih dari sekadar proses menunggu giliran untuk mati. Tetapi, mereka
diutus sebagai manusia terbaik untuk menegakkan kebenaran, dipundaknya terdapat
beban berat dan tugas besar serta mulia, yang sekaligus sebagai tugas utamanya,
yaitu menegakkan dienullah (Agama Allah) secara bersama-sama mengikuti metode
kenabian,bukan mengikuti ijtihad peribadi atau kelompok. Maklumat ini dengan
jelas dapat dibaca dalam ayat berikut:
“…
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…” (QS. Asy Syura
42:13)
Sementara,
untuk merealisasikan tugas utama itu, selain dengan iman yang benar (mantap)
dan ilmu yang mendalam(luas), kekuatan persenjataan tangguh dan dana yang
mencukupi, hal yang paling dibutuhkan sebagai syarat penentu adalah keberanian
untuk mengatakan kepada yang benar itu adalah benar,dan mengatakan kepada yang
batil itu batil dan berjihad menegakkan kebenaran. Tanpa adanya keberanian
mengangkat senjata menghalau segala perintang agama Allah, maka sulit
dibayangkan dapat meraih kejayaan tegaknya syari’ah Allah dan khilafatul
Muslimin hanya dengan dakwah dan tabligh saja. Adalah Rasulullah Saw memulai
risalahnya dengan dakwah kepada tauhidullah dan mengakhirinya dengan jihad bil
Qital.
Karena
itulah, Rasulullah saw begitu bersungguh-sungguh mendidik umatnya untuk
menyeimbangkan antara dakwah dan jihad. Penyeimbangan antara kedua pilar
tegaknya Islam ini begitu kental terlihat dari perjalanan hidup beliau. Da’wah
bil Qur’an teraplikasi benar tatkala beliau masih di Makkah, sedangkan Da’wah
bis Saif dimulai, bahkan dilakukan sedemikian intensif semenjak beliau bermukim
Madinah. Sebagai bukti, selama 10 tahun di Madinah, tak kurang dari 68
peperangan telah beliau pimpin langsung dan puluhan lain dengan pengiriman
ekspedisi (perutusan). Inilah fakta historis betapa untuk menegakkan Islam,
kaum Muslimin tidak akan pernah dapat memisahkan misi perjuangannya dengan
jihad bis Saif.
Selain itu,
kebutuhan akan jihad juga merupakan tabiat Agama Allah, bahwa Islam tidak
pernah tegak melainkan dengan dua hal yaitu dengan kitab dan besi. Realitas ini
segera kelihatan dengan mentadabbur firman Allah swt:
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid, 57:25)
Al Imam Ibnu
Taimiyyah menafsirkan ayat tersebut melalui beberapa perspektif,beliau berkata:
Pertama,
“Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali dengan kitab, mizan
(timbangan) dan besi. Kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai pembela.
Sebagaimana firman Allah, ‘Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami…’.
Maka dengan kitab akan tegak ilmu dan dien, sedangkan dengan mizan (neraca)
akan tegak hak-hak dan transaksi serta serah terima keuangan, dan dengan besi
akan tegak hukum hudud.” (Majmu’ Fatawa XXXV/361)
Kedua, “Dan
pedang-pedang kaum muslimin sebagai pembela syari’at ini yang berupa al Kitab
dan as Sunnah” sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah, ‘Kami
diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini, yaitu pedang,
orang-orang yang keluar dari ini, yaitu al Qur’an.’” (Majmu’ Fatawa XXV/365)
Ketiga,
Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang
menjadi pembela, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah. (Majmu’ Fatawa XXVIII/396,
dan lihat Tafsir Ibnu Katsier serta Tafsir al Azhar)
Itulah nash
Qur’ani menjelaskan tentang semangat keberanian berjihaqd dengan besi,berikut
berdasarkan ucapan beliau:
Dari Ibnu
Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Aku diutus
menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah ta’ala sajalah yang
diibadahi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan
tombakku dan dijadikan hina serta rendah atas orang yang menyelisihi
perintahku, dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan
mereka.” (HR. Ahmad no: 4869, 5409)
Adapun
orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan jihad hanya semata-mata memerangi
suatu kaum, atau pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh yang
menguasai sejengkal tanah, maka mereka dapat dipastikan belum memahami tabiat
agama ini. Karena sesungguhnya jihad merupakan tugas wajib yang tergantung di
leher setiap Muslim. Tidak ada jalan menghindar dari kewajiban ini, terlebih
untuk masa sekarang dimana keberanian berjihad mutlak di butuhkan. Bahkan,
kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan puasa sebagaimana perkataan
Ibnu Taimiyyah:
“Tiada
sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak
musuh yang menyerang kehormatan dan agama.” (Majmuu’ al Fatawaa, Ibnu Taimiyyah
juz 4, hal. 184)
Artinya,
jihad itu didahulukan atas shalat, puasa, zakat dan haji serta
kewajiban-kewajiban yang lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dan
haji, maka hendaklah kewajiban jihad didahulukan. Apabila kewajiban jihad dan
shalat berbenturan; maka kewajiban shalat ditangguhkan sebentar, atau diqashar,
atau dipersingkat, atau berubah bentuk dan keadaannya demi menyesuaikan dengan
jihad. Karena menghentikan jihad sejenak, sama dengan menghentikan gerak laju
Agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Jihad
merupakan perkara yang sangat penting, karena itu setiap diri dari kita harus
menjadi pelopor-pelopor kaum muslimin dan sekaligus perwira ummat ini. Kita
adalah perintis kebangkitan di negeri dan wilayah dimana kaki kita dipijakkan.
Kita juga laksana detonator (sumbu api) yang siap meledakkan meriam-meriam
perjuangan. Sesungguhnya explosive (bahan peledak) yang tidak bekerja (non
aktif) membutuhkan detonator. Dan kalian adalah detonator-detonator itu dengan
izin Allah. Beribu-ribu ton bahan explosive tanpa ada detonator yang kecil ini
tidak akan berarti apa pun, tidak akan bernilai, laksana sayap nyamuk yang
begitu kecil tetapi membawa manfaat yang besar bagi si nyamuk. Oleh karena itu,
janganlah anda berputus asa atau merasa gentar, apalagi kecewa dalam mngemban
tugas yang maha berat ini.
Allah swt
berfirman:
“… dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf, 12: 87)
Antum adalah
rijal (lelaki sejati) pilihan Allah. Maka pancangkanlah di hadapan antum bahwa
jihad adalah risalah, misi dan kewajiban hidup sampai antum bertemu dengan
Allah ‘Azza wa Jalla kelak. Seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini akan
terbeban dosa selama masih terdapat sejengkal bumi Islam yang berada di bawah
kekuasaan orang-orang kafir. Dan setiap Muslim akan dihisab (diminta
pertanggung-jawabannya) tentang negeri Andalusia (Spanyol), akan dihisab
tentang jatuhnya Afghanistan dan negeri Asia Tengah yang lainnya seperti Palestina,
Philipina, Turki dan negara-negara Islam yang berada dibawah cengkeraman musuh.
Dan anda tak akan dapat lari dari pertanggung jawaban membela ummat Islam yang
sedang teraniaya dan dizalimi oleh kaum kuffar di negara antum sendiri sekarang
ini yaitu Indonesia.
Apakah antum
menanti datangnya bantuan para mujahidin dari luar sedang anda tengah berpangku
tangan membiarkan merajalelanya kezaliman konspirasi Kristen dan Yahudi
internasional untuk memusnahkan Islam dan ummatnya? Mengapa antum tidak bangkit
mempertahankan kehormatan kaum Muslimin serta membela dan melindungi golongan
mustadh’afin?
Firman
Allah:
“Mengapa
kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah
baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan
kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan
berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi
Engkau!.” (Qs. An Nisaa’, 4: 75)
Sesungguhnya
jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi dua syarat yang asas dan pokok.
Pertama, sabar yang membuahkan keberanian jitu, terpahat dalam hati dan diikuti
oleh seluruh anggota badan. Kedua, dermawan yaitu kesiapan mengorbankan hal
yang paling berharga dari diri kita, yaitu jiwa raga, keluarga dan harta.
Kedua syarat
tersebut hampir hilang dari kehidupan ummat Islam hari ini, karena tergeser
oleh sifat pengecut dan rasa takut. Sementara itu, kehebatan dan ketinggian
martabatnya telah tercabut dari hati-hati musuhnya. Keadaan mereka tidak lebih bernilai
dari buih di atas banjir besar, tiada nilai dan kualitas. Rasulullah bersabda:
“Hampir
semua ummat mengerumuni kamu dari seluruh penjuru, sebagaimana makanan di atas
pinggan (piring). Seorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kami
yang sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak! (bahkan jumlah kamu
banyak), tetapi kamu bagaikan buih, sebagaimana buih di atas air bah. Ia
jadikan Wahn di dalam hati kamu, dan dicabut rasa takut pada musuh kamu, karena
kamu cinta dunia dan takut mati”. Dalam riwayat lain, mereka bertanya, “Ya
Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Beliau menjawab, “Cintamu terhadap dunia, dan
bencimu kepada perang.” (HR Abu Dawud no. 3745; Ahmad no. 8356, 21363)
Terlalu
cinta kepada kehidupan dunia dan takut berjihad adalah puncak tragedi
kebinasaan ummat Islam sepanjang masa. Dan kehinaan itu tidak akan hilang
sehingga ummat Islam kembali kepada ajaran jihad yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah. Beliau bersabda:
“Bila kamu
berjual?beli dengan ‘inah (dengan cara riba dan penipuan), mengikuti ekor?ekor
sapi, menyukai bercocok tanam, dan kamu meninggalkan jihad, Allah akan
menimpakan kehinaan ke atas kamu yang tidak akan dicabut sehingga kamu kembali
kepada agamamu.” (HR Ahmad no: 4765, 5304; Abu Dawud 3003, Lihat Nailul Authar,
5/318; dan Silsilah al Ahaadits ash Shahihah, al?Albani – no: 10, 11).
Wahai para
pejuang Islam di seluruh belahan bumi Allah, semut-semut akan melaknat anda
karena enggan berangkat jihad. Dan ikan di laut hanya memintakan ampunan bagi
mereka yang mau berjihad saja. Sebab mereka lah yang mengajarkan kebajikan
kepada manusia, serta menjaga dan melindungi kebajikan itu dengan pedang, ruh
dan darah mereka. Maukah anda sekiranya seluruh makhluq yang ada di daratan dan
lautan melaknat anda karena lari dari tugas murni ini?
Firman Allah
swt:
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula)
oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.” (Qs. Al Baqarah, 2: 159)
Bebaskanlah
diri anda dari segala belenggu nafsu yang mengajak kepada kejahatan atau dunia
beserta kenikmatannya yang sementara, melambai-lambai tangan merayu agar antum
mundur dari jalan ini. Bersihkanlah hati dan niat dari segala keterikatan di
muka bumi ini. Sayyid Quthb dan Abul Hasan Ali an Nadwi mengatakan tentang
orang-orang Salaf, tentang orang-orang pilihan, tentang generasi sahabat yang
mulia, generasi yang unik, melalui kata-katanya: “Tatkala jiwa mereka telah
bersih dari segala keterikatan, dan Allah mengetahui bahwa mereka tidak
mempunyai keinginan di permukaan bumi ini, hingga agama ini menang di tangan
mereka, namun jiwa mereka tetap tidak pernah kembali bergantung ke atas
kemenangan tersebut. Tatkala Allah mengetahui semua ini dari mereka, maka
tahulah Dia bahwa mereka telah siap dipercaya mengemban Syari’ah Nya. Lalu
Allah pun menjadikan mereka sebagai penguasa di atas bumi dan mengokohkan Dien
mereka yang telah diridhai-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah:
“Sesungguhnya
telah Kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang Kami turunkan) sudah
tercantum (pada lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan turun diwarisi oleh
hamba-hamba-Ku yang shalih.” (Qs. Al Anbiyaa’, 21: 105)
Ingatlah,
bahwa sekiranya kita mendapatkan kemenangan karena berjihad pada jalan-Nya,
maka Allah akan mengurniakan pahala-Nya yang berlipat ganda sedang kita tidak
akan dirugikan walau seberat zarah pun. Dan seandainya kita belum menemui
kemenangan, Allah tetap akan memelihara agama-Nya sehingga datangnya kiamat,
sedang kita tetap mendapat karunia-Nya dan tidak akan dirugikan. Hanyalah tugas
kita untuk tetap sabar dan istiqomah di jalan Jihad sehingga hanya datang dua
ketentuan yaitu kita syahid karenanya atau menang dalam kemuliaan. Setiap
langkah kaki kita di dunia akan menjadikan neraca timbangan di akhirat
terangkat, maka sesungguhnya pahala itu akan diletakkan di neraca timbangan
akhirat.
Pena yang
menguntai kata membentuk bahasa untuk menyeru manusia kembali kepada al-Haq
pasti akan terus mengalir pahalanya. Seruan dari lisan para da’i yang tak
henti-hentinya menyampaikan da’wah juga pasti akan mendapat balasan yang
berlipat ganda.
Dan kepada
para alim ulama khususnya, marilah bersama merenungkan hadits ini, yang
selanjutnya tampil menjadi pembawa obor dan cahaya kebenaran bagi segenap
lapisan masyarakat dan memimpin para mujahidin berperang di medan laga sehingga
memperoleh salah satu di antara dua, hidup mulia di bawah naungan Syari’ah
Allah atau syahid di jalan-Nya.
Ibnu Abbas
Ra. berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sedekat-dekat
manusia dengan derajat kenabian ialah Ahli Ilmu dan Ahli Jihad. Adapun Ahli
Ilmu mereka menunjukkan kepada manusia atas apa yang dibawa oleh para Rasul dan
adapun Ahli Jihad mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka atas apa yang
dibawa oleh para Rasul.” (HR Abu Na’im. Ihyaa’ ‘Ulumuddin 1/16).
Inilah Imam
an Nawawi, seorang ulama dan mujahid yang unggul. Beliau menghabiskan sebagian
besar hidupnya di negeri Syam. Namun demikian beliau tidak pernah memakan
buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakan kepadanya:
“Mengapa Tuan tidak makan buah-buahan negeri Syam?” Maka beliau menjawab: “Di
sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang. Maka saya khawatir makan
buah-buahan dari kebun-kebun itu.”
Oleh karena
itu, hati mereka bagaikan hati singa dan jiwa mereka laksana jiwa pendeta.
Mereka laksana pendeta di malam hari dan bagaikan ksatria berkuda di siang
hari. Mereka tak sudi berhenti di depan rintangan. Halangan dan rintangan yang
bagaimana pun tingginya dan bagaimana pun sukarnya akan mereka terobos dan
mereka lompati.
Tatkala
tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zhahir Bebres berkata: “Saya menghendaki
fatwa dari kalian wahai para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk
membeli senjata guna menghadapi serangan bangsa Tartar. Maka seluruh ulama
memberikan fatwa seperti yang diminta oleh Zhahir Bebres kecuali seorang. Dia
adalah Muhyiddin an Nawawi. Zhahir bertanya: “Mana tanda tangan Nawawi?” Mereka
menjawab: “Dia menolak memberikan tanda tangan…”
Lalu Zhahir
mengutus seorang untuk menjemputnya. Setelah Imam Nawawi datang, Zhahir
bertanya: “Kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan
musuh. Serangan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin?” Imam Nawawi
menjawab: “Ketahuilah, dahulu engkau datang pada kami hanya sebagai budak. Dan
sekarang saya melihatmu mempunyai banyak istana, pelayan lelaki dan wanita,
emas, tanah, dan perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli
senjata, kemudia sesudahnya engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan
pasukan Muslimin, maka saya akan memberikan fatwa kepadamu…”
Zhahir
Bebres amat marah mendengar ucapan Imam Nawawi, maka dia berkata: “Keluarlah
engkau dari negeri Syam.” Lalu beliau keluar dari Syam dan menetap di rumahnya
yang asli di desa Nawa. Pengusiran Imam Nawawi menimbulkan kemarahan para
ulama, mereka datang menemui Zhahir Bebres dan berkata: “Kami tak mampu hidup
tanpa kehadiran Imam Nawawi.”
Maka Zhahir
pun mengatakan: “Kembalikanlah dia ke Syam.” Selanjutnya mereka pergi ke Nawa
untuk membawa balik Imam Nawawi ke Syam. Akan tetapi Imam Nawawi menolak ajakan
mereka seraya mengatakan: “Demi Allah, saya tidak akan masuk negeri Syam selama
Zhahir Bebres masih ada di sana.” Akhirnya Allah memperkenankan sumpahnya,
Zhahir mati sebulan sesudah beliau mengucapkan sumpah. Maka kembalilah Imam
Nawawi ke negeri Syam. Semoga Allah merahmatinya karena keikhlasannya dan
keberaniannya. (Syarah Arba’in: Imam An Nawawi)
Kehadiran
dan keberadaan kaum Muslim ditengah kehidupan Manusia dibumi bukanlah sebagai
bunga hiasan, yang setelah masa mekarnya usai kemudian layu, lantas musnah.
Tidak lebih dari sekadar proses menunggu giliran untuk mati. Tetapi, mereka
diutus sebagai manusia terbaik untuk menegakkan kebenaran, dipundaknya
terdapat beban berat dan tugas besar serta mulia, yang sekaligus sebagai tugas
utamanya, yaitu menegakkan dienullah (Agama Allah) secara bersama-sama
mengikuti metode kenabian,bukan mengikuti ijtihad peribadi atau kelompok.
Maklumat ini dengan jelas dapat dibaca dalam ayat berikut:
“…
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…” (QS. Asy Syura 42:13)
Sementara,
untuk merealisasikan tugas utama itu, selain dengan iman yang benar (mantap)
dan ilmu yang mendalam(luas), kekuatan persenjataan tangguh dan dana yang
mencukupi, hal yang paling dibutuhkan sebagai syarat penentu adalah keberanian
untuk mengatakan kepada yang benar itu adalah benar,dan mengatakan kepada yang
batil itu batil dan berjihad menegakkan kebenaran. Tanpa adanya keberanian
mengangkat senjata menghalau segala perintang agama Allah, maka sulit
dibayangkan dapat meraih kejayaan tegaknya syari’ah Allah dan khilafatul
Muslimin hanya dengan dakwah dan tabligh saja. Adalah Rasulullah Saw memulai
risalahnya dengan dakwah kepada tauhidullah dan mengakhirinya dengan jihad bil
Qital.
Karena
itulah, Rasulullah saw begitu bersungguh-sungguh mendidik umatnya untuk
menyeimbangkan antara Dakwah dan Jihad. Penyeimbangan antara kedua
pilar tegaknya Islam ini begitu kental terlihat dari perjalanan hidup beliau.
Da’wah bil Qur’an teraplikasi benar tatkala beliau masih di Makkah, sedangkan
Da’wah bis Saif dimulai, bahkan dilakukan sedemikian intensif semenjak beliau
bermukim Madinah. Sebagai bukti, selama 10 tahun di Madinah, tak kurang dari 68
peperangan telah beliau pimpin langsung dan puluhan lain dengan pengiriman
ekspedisi (perutusan). Inilah fakta historis betapa untuk menegakkan Islam,
kaum Muslimin tidak akan pernah dapat memisahkan misi perjuangannya dengan
jihad bis Saif.
Selain itu,
kebutuhan akan jihad juga merupakan tabiat Agama Allah, bahwa Islam tidak
pernah tegak melainkan dengan dua hal yaitu dengan kitab dan besi. Realitas ini
segera kelihatan dengan mentadabbur firman Allah swt:
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid, 57:25)
Al Imam Ibnu
Taimiyyah menafsirkan
ayat tersebut melalui beberapa perspektif,beliau berkata:
Pertama,
“Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali dengan kitab, mizan
(timbangan) dan besi. Kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai pembela. Sebagaimana
firman Allah, ‘Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami…’. Maka dengan
kitab akan tegak ilmu dan dien, sedangkan dengan mizan (neraca) akan tegak
hak-hak dan transaksi serta serah terima keuangan, dan dengan besi akan tegak
hukum hudud.” (Majmu’ Fatawa XXXV/361)
Kedua, “Dan
pedang-pedang kaum muslimin sebagai pembela syari’at ini yang berupa al Kitab
dan as Sunnah” sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah, ‘Kami
diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini, yaitu pedang,
orang-orang yang keluar dari ini, yaitu al Qur’an.’” (Majmu’ Fatawa
XXV/365)
Ketiga,
Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang
menjadi pembela, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah. (Majmu’
Fatawa XXVIII/396, dan lihat Tafsir Ibnu Katsier serta Tafsir al Azhar)
Itulah nash
Qur’ani menjelaskan tentang semangat keberanian berjihaqd dengan besi,berikut
berdasarkan ucapan beliau:
Dari Ibnu
Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Aku diutus
menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah ta’ala sajalah yang
diibadahi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan
tombakku dan dijadikan hina serta rendah atas orang yang menyelisihi
perintahku, dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan
mereka.” (HR.
Ahmad no: 4869, 5409)
Adapun
orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan jihad hanya semata-mata memerangi
suatu kaum, atau pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh yang
menguasai sejengkal tanah, maka mereka dapat dipastikan belum memahami tabiat
agama ini. Karena sesungguhnya jihad merupakan tugas wajib yang tergantung di
leher setiap Muslim. Tidak ada jalan menghindar dari kewajiban ini, terlebih
untuk masa sekarang dimana keberanian berjihad mutlak di butuhkan. Bahkan,
kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan puasa sebagaimana perkataan
Ibnu Taimiyyah:
“Tiada
sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak
musuh yang menyerang kehormatan dan agama.” (Majmuu’ al Fatawaa, Ibnu
Taimiyyah juz 4, hal. 184)
Artinya,
jihad itu didahulukan atas shalat, puasa, zakat dan haji serta
kewajiban-kewajiban yang lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dan
haji, maka hendaklah kewajiban jihad didahulukan. Apabila kewajiban jihad dan
shalat berbenturan; maka kewajiban shalat ditangguhkan sebentar, atau diqashar,
atau dipersingkat, atau berubah bentuk dan keadaannya demi menyesuaikan dengan
jihad. Karena menghentikan jihad sejenak, sama dengan menghentikan gerak laju
Agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Jihad
merupakan perkara yang sangat penting, karena itu setiap diri dari kita harus
menjadi pelopor-pelopor kaum muslimin dan sekaligus perwira ummat ini. Kita
adalah perintis kebangkitan di negeri dan wilayah dimana kaki kita dipijakkan.
Kita juga laksana detonator (sumbu api) yang siap meledakkan meriam-meriam
perjuangan. Sesungguhnya explosive (bahan peledak) yang tidak bekerja (non
aktif) membutuhkan detonator. Dan kalian adalah detonator-detonator itu dengan
izin Allah. Beribu-ribu ton bahan explosive tanpa ada detonator yang kecil ini
tidak akan berarti apa pun, tidak akan bernilai, laksana sayap nyamuk yang
begitu kecil tetapi membawa manfaat yang besar bagi si nyamuk. Oleh karena itu,
janganlah anda berputus asa atau merasa gentar, apalagi kecewa dalam mngemban
tugas yang maha berat ini.
Allah swt
berfirman:
“… dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf, 12: 87)
Antum adalah
rijal (lelaki sejati) pilihan Allah. Maka pancangkanlah di hadapan antum bahwa
jihad adalah risalah, misi dan kewajiban hidup sampai antum bertemu
dengan Allah ‘Azza wa Jalla kelak. Seluruh kaum Muslimin di muka bumi ini akan
terbeban dosa selama masih terdapat sejengkal bumi Islam yang berada di bawah
kekuasaan orang-orang kafir. Dan setiap Muslim akan dihisab (diminta
pertanggung-jawabannya) tentang negeri Andalusia (Spanyol), akan dihisab
tentang jatuhnya Afghanistan dan negeri Asia Tengah yang lainnya seperti
Palestina, Philipina, Turki dan negara-negara Islam yang berada dibawah
cengkeraman musuh. Dan anda tak akan dapat lari dari pertanggung jawaban
membela ummat Islam yang sedang teraniaya dan dizalimi oleh kaum kuffar di
negara antum sendiri sekarang ini yaitu Indonesia. Apakah antum menanti
datangnya bantuan para mujahidin dari luar sedang anda tengah berpangku tangan
membiarkan merajalelanya kezaliman konspirasi Kristen dan Yahudi internasional
untuk memusnahkan Islam dan ummatnya? Mengapa antum tidak bangkit mempertahankan
kehormatan kaum Muslimin serta membela dan melindungi golongan mustadh’afin?
Firman
Allah:
“Mengapa
kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah
baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan
kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan
berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi
Engkau!.” (Qs.
An Nisaa’, 4: 75)
Sesungguhnya
jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi dua syarat yang asas dan pokok.
Pertama, sabar yang membuahkan keberanian jitu, terpahat dalam hati dan diikuti
oleh seluruh anggota badan. Kedua, dermawan yaitu kesiapan mengorbankan hal
yang paling berharga dari diri kita, yaitu jiwa raga, keluarga dan harta.
Kedua syarat
tersebut hampir hilang dari kehidupan ummat Islam hari ini, karena tergeser
oleh sifat pengecut dan rasa takut. Sementara itu, kehebatan dan ketinggian
martabatnya telah tercabut dari hati-hati musuhnya. Keadaan mereka tidak lebih
bernilai dari buih di atas banjir besar, tiada nilai dan kualitas. Rasulullah
bersabda:
“Hampir
semua ummat mengerumuni kamu dari seluruh penjuru, sebagaimana makanan di atas
pinggan (piring). Seorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kami
yang sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak! (bahkan jumlah kamu
banyak), tetapi kamu bagaikan buih, sebagaimana buih di atas air bah. Ia
jadikan Wahn di dalam hati kamu, dan dicabut rasa takut pada musuh kamu, karena
kamu cinta dunia dan takut mati”. Dalam riwayat lain, mereka bertanya, “Ya
Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Beliau menjawab, “Cintamu terhadap dunia, dan
bencimu kepada perang.” (HR Abu Dawud no. 3745; Ahmad no. 8356, 21363)
Terlalu
cinta kepada kehidupan dunia dan takut berjihad adalah puncak tragedi
kebinasaan ummat Islam sepanjang masa. Dan kehinaan itu tidak akan hilang
sehingga ummat Islam kembali kepada ajaran jihad yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah. Beliau bersabda:
“Bila kamu
berjual?beli dengan ‘inah (dengan cara riba dan penipuan), mengikuti ekor?ekor
sapi, menyukai bercocok tanam, dan kamu meninggalkan jihad, Allah akan
menimpakan kehinaan ke atas kamu yang tidak akan dicabut sehingga kamu kembali
kepada agamamu.” (HR
Ahmad no: 4765, 5304; Abu Dawud 3003, Lihat Nailul Authar, 5/318; dan Silsilah
al Ahaadits ash Shahihah, al?Albani – no: 10, 11).
Wahai para
pejuang Islam di seluruh belahan bumi Allah, semut-semut akan melaknat anda karena enggan
berangkat jihad. Dan ikan di laut hanya memintakan ampunan bagi mereka yang mau
berjihad saja. Sebab mereka lah yang mengajarkan kebajikan kepada manusia,
serta menjaga dan melindungi kebajikan itu dengan pedang, ruh dan darah mereka.
Maukah anda sekiranya seluruh makhluq yang ada di daratan dan lautan melaknat
anda karena lari dari tugas murni ini?
Firman Allah
swt:
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula)
oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.” (Qs. Al Baqarah, 2: 159)
Bebaskanlah
diri anda dari segala belenggu nafsu yang mengajak kepada kejahatan atau dunia
beserta kenikmatannya yang sementara, melambai-lambai tangan merayu agar antum
mundur dari jalan ini. Bersihkanlah hati dan niat dari segala keterikatan di
muka bumi ini. Sayyid Quthb dan Abul Hasan Ali an Nadwi mengatakan tentang
orang-orang Salaf, tentang orang-orang pilihan, tentang generasi sahabat yang
mulia, generasi yang unik, melalui kata-katanya: “Tatkala jiwa mereka telah
bersih dari segala keterikatan, dan Allah mengetahui bahwa mereka tidak
mempunyai keinginan di permukaan bumi ini, hingga agama ini menang di tangan
mereka, namun jiwa mereka tetap tidak pernah kembali bergantung ke atas
kemenangan tersebut. Tatkala Allah mengetahui semua ini dari mereka, maka
tahulah Dia bahwa mereka telah siap dipercaya mengemban Syari’ah Nya. Lalu
Allah pun menjadikan mereka sebagai penguasa di atas bumi dan mengokohkan Dien
mereka yang telah diridhai-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah:
“Sesungguhnya
telah Kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang Kami turunkan) sudah
tercantum (pada lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan turun diwarisi oleh
hamba-hamba-Ku yang shalih.” (Qs. Al Anbiyaa’, 21: 105)
Ingatlah,
bahwa sekiranya kita mendapatkan kemenangan karena berjihad pada jalan-Nya,
maka Allah akan mengurniakan pahala-Nya yang berlipat ganda sedang kita tidak
akan dirugikan walau seberat zarah pun. Dan seandainya kita belum menemui kemenangan,
Allah tetap akan memelihara agama-Nya sehingga datangnya kiamat, sedang kita
tetap mendapat karunia-Nya dan tidak akan dirugikan. Hanyalah tugas kita untuk
tetap sabar dan istiqomah di jalan Jihad sehingga hanya datang dua ketentuan
yaitu kita syahid karenanya atau menang dalam kemuliaan. Setiap langkah kaki
kita di dunia akan menjadikan neraca timbangan di akhirat terangkat, maka
sesungguhnya pahala itu akan diletakkan di neraca timbangan akhirat.
Pena yang
menguntai kata membentuk bahasa untuk menyeru manusia kembali kepada al-Haq
pasti akan terus mengalir pahalanya. Seruan dari lisan para da’i yang tak
henti-hentinya menyampaikan da’wah juga pasti akan mendapat balasan yang
berlipat ganda.
Dan kepada
para alim ulama khususnya, marilah bersama merenungkan hadits ini, yang
selanjutnya tampil menjadi pembawa obor dan cahaya kebenaran bagi segenap
lapisan masyarakat dan memimpin para mujahidin berperang di medan laga sehingga
memperoleh salah satu di antara dua, hidup mulia di bawah naungan Syari’ah Allah
atau syahid di jalan-Nya.
Ibnu Abbas
Ra. berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sedekat-dekat
manusia dengan derajat kenabian ialah Ahli Ilmu dan Ahli Jihad. Adapun Ahli
Ilmu mereka menunjukkan kepada manusia atas apa yang dibawa oleh para Rasul dan
adapun Ahli Jihad mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka atas apa yang
dibawa oleh para Rasul.” (HR Abu Na’im. Ihyaa’ ‘Ulumuddin 1/16).
Inilah Imam
an Nawawi, seorang ulama dan mujahid yang unggul. Beliau menghabiskan sebagian
besar hidupnya di negeri Syam. Namun demikian beliau tidak pernah memakan
buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakan kepadanya:
“Mengapa Tuan tidak makan buah-buahan negeri Syam?” Maka beliau menjawab: “Di
sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang. Maka saya khawatir makan
buah-buahan dari kebun-kebun itu.”
Oleh karena
itu, hati mereka bagaikan hati singa dan jiwa mereka laksana jiwa pendeta.
Mereka laksana pendeta di malam hari dan bagaikan ksatria berkuda di siang
hari. Mereka tak sudi berhenti di depan rintangan. Halangan dan rintangan yang
bagaimana pun tingginya dan bagaimana pun sukarnya akan mereka terobos dan
mereka lompati.
Tatkala
tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zhahir Bebres berkata: “Saya menghendaki
fatwa dari kalian wahai para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk
membeli senjata guna menghadapi serangan bangsa Tartar. Maka seluruh ulama
memberikan fatwa seperti yang diminta oleh Zhahir Bebres kecuali seorang. Dia
adalah Muhyiddin an Nawawi. Zhahir bertanya: “Mana tanda tangan Nawawi?” Mereka
menjawab: “Dia menolak memberikan tanda tangan…”
Lalu Zhahir
mengutus seorang untuk menjemputnya. Setelah Imam Nawawi datang, Zhahir
bertanya: “Kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan
musuh. Serangan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin?” Imam Nawawi
menjawab: “Ketahuilah, dahulu engkau datang pada kami hanya sebagai budak. Dan
sekarang saya melihatmu mempunyai banyak istana, pelayan lelaki dan wanita,
emas, tanah, dan perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli
senjata, kemudia sesudahnya engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan
pasukan Muslimin, maka saya akan memberikan fatwa kepadamu…”
Zhahir
Bebres amat marah mendengar ucapan Imam Nawawi, maka dia berkata: “Keluarlah
engkau dari negeri Syam.” Lalu beliau keluar dari Syam dan menetap di rumahnya
yang asli di desa Nawa. Pengusiran Imam Nawawi menimbulkan kemarahan para
ulama, mereka datang menemui Zhahir Bebres dan berkata: “Kami tak mampu hidup
tanpa kehadiran Imam Nawawi.”
Maka Zhahir
pun mengatakan: “Kembalikanlah dia ke Syam.” Selanjutnya mereka pergi ke Nawa
untuk membawa balik Imam Nawawi ke Syam. Akan tetapi Imam Nawawi menolak ajakan
mereka seraya mengatakan: “Demi Allah, saya tidak akan masuk negeri Syam selama
Zhahir Bebres masih ada di sana.” Akhirnya Allah memperkenankan sumpahnya,
Zhahir mati sebulan sesudah beliau mengucapkan sumpah. Maka kembalilah Imam
Nawawi ke negeri Syam. Semoga Allah merahmatinya karena keikhlasannya dan
keberaniannya. (Syarah Arba’in: Imam An Nawawi)
Wallahu’alam
bish showab…