EDWARD adalah raja Inggris pertama yang mengusir orang-orang Yahudi
di Prancis, Belanda, Jerman dan Inggris untuk mengadakan kakacauan untuk
menggoncangkan suluruh Inggris.
Langkah pertama yang mereka
(Yahudi – pen) tempuh adalah menciptakan perpecahan antara raja Inggris
dan pemerintahnya. Dan di sisi alin antara pemerintah dan gereja.
Konspirasi
Yahudi Internasional mulai menyemprot racun dengan konsep-konsep
kontroversial di kalangan politik dan gereja di Inggris, sehingga negeri
itu terjebak ke dalam pertikaian intern antara pemerintah dan para
tokoh gereja.
Bahkan rakyat Inggris sendiri terbelah menjadi
sekte-sekte yang saling bermusuhan, yaitu antara Protestan dan Katolik.
Kemudian kelompok Protestan sendiri terbelah menjadi dua kelompok.
Sedang biang kejadian pergolakan yang memporak-porandakan bersembunyi
dibalik layar.
Kemudian ketika Charles I menduduki singgasana
sebagai raja Inggris, dan terjadi perselisihan dengan parlemen, seorang
pemilik modal Yahudi berkebangsaan Belanda bernama Minasbech Esrael mendapat peluang untuk menghubungi panglima kenamaan Inggris Oliver Cromwell,
menawarkan sejumlah besar uang untuk membiayai sebuah rencana rahasia
yang bertujuan menggulungkan tahta kerajaan Inggris. Cromwell menerima
baik tawaran itu. Selanjutnya ia bergabung dengan para anggota pemilik
modal Yahudi internasional lainnya, untuk melaksanakan rencana tersebut.
Kerja sama mulai di rintis dengan di perkuat oelh tokoh Yahudi bernama Fernandez Carfagal,
yang kemudian menjadi kepala penasehat di bidang Angkatan Bersenjata
Cromwell, yang mendapat julukan sebagai Yahudi Agung. Persengkokolan ini
membuat Cromwell sebagai tokoh gerakan militer bawah tanah, yang di
dukung dengan keuangan dan persenjataan secara besar-besaran oleh
kekuatan di balik layar. Ketika rencana itu mulai mengerakan kekuatan
senjata, ratusan tentara bayaran yang terlatih membanjiri masuk ke
Inggris dengan menyelundup, dan selanjutnya bergabung dengan gerakan
pengacauan yang dikendalikan oleh kelompok Yahudi, mengadakan tindakan
teror di berbagai tempat. Mereka menyebar luaskan kepanikan di kalangan
penduduk, untuk memancing terjadinya perang saudara melawan pasukan
pemerintah.
Taktik kotor Yahudi seperti itu merupakan mata rantai
sejarah sejak dulu hingga kini, seperti yang kita saksikan di wilayah
pendudukan Israel di Palestina sekarang. Pergolakan yang terjadi di
Inggris itu dipimpin dari balik layar oleh tokoh Yahudi berkebangsaan
asing bernama De Souz. Ia adalah duta besar Portugal untuk London ketika
itu, disamping tokoh Yahudi lain yaitu Fernandez Carfagal yang mendapat
perlindungan kekebalan diplomatik dari sang duta besar itu.
Revolusi
Inggris mulai disulut, setelah para pemilik modal melihat saatnya telah
tiba, dan segala sesuatunya telah siap. Mereka mulai mengobarkan api
pertikaian agama antara Protestan dan Katolik. Setelah itu, mereka baru
memunculkan gerakan bersenjata, sehingga suhu politik dan sosial di
Inggris menjadi kacau dan mencemaskan. Keterangan rinci tentang hal ini
bisa dibaca dalam buku Biografi Charles II, karya Isac D’Israeli seorang
tokoh Yahudi Inggris, ayah Benjamin D’Israeli, yang kelak merupakan
politikus dan menjadi perdana menteri Inggris beberapa kali, dan
mendapat gelar Lord Baker Sefield. Dalam buku yang di tulisnya itu Isac
D’Israile mengatakan, bahwa ia mendapatkan sebagian besar catatan
tentang liku-liku revolusi Inggris itu dari Maleh Bour De Salem, seorang
tokoh Yahudi yang menjadi duta besar Inggris untuk Perancis pada masa
raja Charles I. Di samping itu, ia juga menulis tentang kesamaan
revolusi Inggris dan revolusi yang terjadi di Perancis di kemudian hari.
Hakikat kedua revolusi tersebut adalah hasil karya tangan yang sama.
Keterlibatan
Lord Cromwell dalam persengkokolan Yahudi Internasional diungkapkan
oleh Alfred Douglas dalam majalah mingguan Plain English edisi 03
september 1921. Alfred menjelaskan, bahwa Persengkokolan Yahudi
Internasional sudah lama hilang. Namun perkumpulan itu masih bisa
mengatur langkah untuk berhubungan dengan kawannya yang berkebangsaan
Belanda Kannis Moulheim pada masa Napoleon Bonaparte. Ternyata ada
dokumen berupa sebuah surat rahasia berbahasa Jerman yang dikirim oleh
Lord Cromwell kepada pimpinan perkumpulan Yahudi Ebenz Brant yang
berbunyi sebagai berikut:
“Kami akan mendukung setiap imigrasi
Yahudi ke Inggris sebagai imbalan atas bantuan keuangan Yahudi yang
telah diberikan.namun hal itu nampaknya mustahil, selama raja Charles
masih hidup. Sedang menghabisi hidup Charles lewat pengadilan juga tidak
mungkin. Saat ini kami tidak mempunyai landasan yang cukup kuat untuk
menuntutnya dengan hukuman mati di pengadilan. Satu-satunya jalan yang
bisa kami sarankan adalah dengan jalan membunuhnya. Akan tetapi, kami
juga tidak bisa memberikan jalan, bagaimana cara membunuhnya, kecuali
menyewa pembunuh profesional. Kemudian kami akan membantunya dalam
melarikan diri ke luar Inggris.”
Surat Cromwell di atas di balas oleh Ebenz Brath sebagai berikut:
“Kami
akan mengulurkan bantuan finansial yang dibutuhkan, jika Charles telah
digulingkan oleh para orang-orang Yahudi diterima di Inggris. Percobaan
membunuh Charles adalah langkah yang berbahaya. Jalan terbaik adalah
dengan taktik yang membuat Charles melarikan diri. Pada saat itu Charles
harus ditangkap dan diajukan ke pengadilan untuk di hukum mati. Setelah
itu, uluran bantuan kami akan segera mengalir. Berbicara tentang
syarat-syarat, sebelum di mulai pengadilan itu tidak akan banyak
gunanya.”
Dua bulan setelah mereka bisa membuat Raja Charles
melarikan diri, sang raja segera di tangkap. Menurut sejarawan Inggris
kenamaan, yaitu Hollis dan Laudloo, Cromwell adalah orang yang mengatur
siasat terjadinya peristiwa terjadinya itu semua. Sebelum Raja Charles
melarikan diri, Cromwell terlebih dulu telah membersihkan para pendukung
setia raja dari perlemen selama dua bulan sebelumnya. Setelah itu, pada
tanggal 6 januari 1649 dibentuk sebuah Mahkamah yang dinamakan Mahkamah
Pengadilan Tinggi, yang dimaksudkan untuk mengadili sang raja. Dua
pertiga dari anggota Mahkamah ini adalah anggota pasukan Cromwell
sendiri. Namun Cromwell sendiri tidak bisa memainkan peranan seperti
yang diharapkan oleh para arsiteknya. Akhirnya para tokoh Yahudi
menugaskan tokoh Yahudi Inggris bernama Carfagal untuk mengatur siasat,
kerja sama dengan Isaac Derlous, dan mereka berhasil menciptakan tuduhan
pengkhianatan terhadap Raja Charles. Hakikat peristiwa ini berbeda dari
apa yang ditulis oleh sejarah, bahwa tersingkirnya raja Charles karena
rakyat Inggris menentangnya. Dan tepat pada tanggal 30 januari 1649 Raja
Charles dihukum mati di depan gedung pusat keuangan Yahudi yang berdiri
dekat White Hall London. Dengan demikian orang-orang Yahudi telah
melampiaskan dendam kesumat kepada sang raja atas pengusiran mereka dari
Inggris sejak pemerintahan Cromwell. Maka Cromwell segera diberi uang
yang dijanjikan untuknya, persis seperti ketika Yahudi bersengkokol
dengan tokoh-tokoh Yahudi untuk membunuh Nabi Musa Alaihi Sallam.
Satu
hal yang perlu diingat ialah, bahwa tujuan persengkokolan Yahudi bukan
sekedar membunuh Raja Charles, tapi lebih jauh ingin menguasai
perekonomian Inggris dan menyalakan api peperangan antara Inggris
melawan negara-negara lain. Peperangan yang berkecamuk pasti
mengeluarkan biaya yang besar. Para penguasa Eropa diharapkan akan
meminjam uang dari para pemilik modal Yahudi itu dengan bunga berlipat
ganda. Dan ketergantungan keuangan itu akan memberi mereka kesempatan
untuk mendikte kebijakan pemerintah yang bersangkutan, disamping akan
mendapat keuntungan uang berlipat ganda dari hutang yang mereka
pinjamkan. Sebenarnya sudah bisa diperkirakan mengenai peristiwa yang
bakal terjadi, setelah terbunuhnya Raja Charles tahun 1969 hingga
berdirinya bank Inggris tahun 1964, yang di antara periode itu hutang
nasional kerajaan Inggris telah naik sampai tingkat yang mencemaskan.
Sampai
sekarang, orang Inggris tetap memperingati peristiwa perang tersebut
tanpa menyadari, bahwa sebenarnya yang terlibat dalam perang itu
merupakan mainan yang di buat oleh para pemilik modal Yahudi
Internasional yang bertujuan menguasai ekonomi dan merupakan titik temu
kekuatan ekonomi Eropa. Maka untuk melangkah pada tahap yang paling
menentukan bagi rencana konspirasi Internasional adalah mendirikan
lembaga keuangan Inggris, dan menanam modal mereka pada ekonomi nasional
Inggris, yang sedang memikul beban pinjaman besar akibat perang yang
dirancang oleh mereka sendiri.
Dari berbagai peristiwa historis
yang telah berlalu telah dibuktikan, bahwa negara dan bangsa, baik yang
memulai dengan agresi militernya, atau mengumandangkan terompet
pemberontakan dan kekacauan, pada akhirnya tidak pernah bisa secara
obyektif mendapatkan hasil yang diidamkan, atau bisa memecahkan masalah
yang mereka hadapi, baik secara politik, ekonomi maupun budaya. Sedang
pihak yang beruntung dan terus beruntung tidak lain adalah kekuatan
Konspirasi Yahudi Internasional itu sebagai pemilik modal internasional
dan pialang perang, yang memainkan peran dari balik layar. Maka tidak
aneh kalau panglima perang Belanda William of Orange yang berhasil
menaiki singgasana kerajaan Inggris itu telah membawa negara ke lembah
hutang sebesar 1.250.000 pounds dari para pemilik modal Yahudi
Internasional. Setiapa anak sekolah di Inggris bisa membaca peristiwa
tragis tersebut dalam buku sejarah nasional Inggris. Akan tetapi,
pembicaraan mengenai hutang yang dilakukan oleh John Hoblan dan William
Peterson yang mewakili pemerintah Inggris tidak disebutkan sama sekali,
siapa nama para pemilik modal yang memberikan hutang dalam jumlah
sebesar itu, dan sampai sekarang identitas mereka merupakan teka-teki
dalam sejarah. Menurut para sejarawan yang mencatat peristiwa
pembicaraan mengenai hutang-hutang itu dinyatakan, bahwa pembicaraan
dilakukan dalam sebuah gereja yang tertutup untuk menjaga
kerahasiaannya.
By Pizaro on April 25, 2013
Cerita Saya
- jeffri junivan
- Selalu belajar dan mencari ilmu yang berguna/bermanfaat untuk pribadi dan masyarakat.
Entri Populer
-
Semua nabi yang diutus oleh Alloh SWT berjenggot, apakah mereka bodoh! atau si said aqil ini yang bodoh karena mulutnya disumpal oleh uang, ...
-
Dakwah itu ada aturannya, semua harus berpegang pada Al-quran dan hadist, bukan atas pendapat pribadi.