Cerita Saya

Foto saya
Selalu belajar dan mencari ilmu yang berguna/bermanfaat untuk pribadi dan masyarakat.

Selasa, 26 April 2011

20 HUBUNGAN APAKAH YANG TERDAPAT ANTARA PENCIPTAAN DAN ILMU PENGETAHUAN?

20
HUBUNGAN APAKAH YANG TERDAPAT ANTARA PENCIPTAAN DAN ILMU PENGETAHUAN?


Seperti telah ditunjukkan dalam semua pertanyaan yang telah kami paparkan sejauh ini, teori evolusi benar-benar bertentangan dengan berbagai penemuan ilmiah. Teori ini, yang lahir pada saat tingkat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, telah digugurkan oleh berbagai penemuan ilmiah secara berturut-turut.
Kaum evolusionis, yang secara membabi-buta mendukung teori tersebut, mencari jalan keluar dengan ungkapan dusta, karena tidak ada lagi dasar ilmiah yang tersisa. Yang paling sering dilakukan adalah penggunaan ucapan yang seringkali dilontarkan “penciptaan adalah keyakinan atau iman, jadi bukan bagian dari ilmu pengetahuan”. Selanjutnya, pernyataan ini menegaskan bahwa evolusi adalah teori ilmiah, sedangkan penciptaan hanyalah sebuah keyakinan. Namun, pengulangan ucapan “evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan” sebenarnya berasal dari sudut pandang yang salah. Mereka yang terus mengulanginya adalah orang-orang yang mengacaukan ilmu pengetahuan dengan filsafat materialis. Mereka yakin bahwa ilmu pengetahuan harus tetap berada dalam batas-batas materialisme, dan mereka yang tidak materialis tidak berhak membuat pernyataan apa pun. Namun, ilmu pengetahuan itu sendiri menolak materialisme.


Mengkaji materi tidak sama dengan
menjadi seorang materialis

Marilah, secara singkat, kita tentukan arti materialisme agar masalah ini dapat kita pelajari dengan lebih rinci. Materialisme adalah filsafat yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Dasar filsafat ini adalah gagasan yang menyatakan bahwa yang ada hanyalah materi. Berdasarkan filsafat materialis, materi sudah ada sejak awal, dan akan selalu ada untuk selamanya. Tidak ada sesuatu apa pun selain materi. Namun, pernyataan ini tidaklah ilmiah, karena tidak bisa diuji dalam percobaan dan pengamatan. Ini hanyalah suatu keyakinan, suatu dogma.
Akan tetapi, dogma ini berbaur dengan ilmu pengetahuan di abad ke-19, bahkan menjadi landasan berpijak bagi ilmu pengetahuan. Walaupun begitu, ilmu pengetahuan tidak harus menerima materialisme. Ilmu pengetahuan mengkaji alam dan jagat raya, dan hasil kajian tersebut tidaklah dibatasi oleh penggolongan filsafat apa pun.
Menghadapi hal ini, beberapa orang materialis sering membela diri dengan sekedar permainan kata. Mereka berkata, “Materi adalah satu-satunya bahan kajian ilmu pengetahuan, karena itu, ilmu pengetahuan haruslah bersifat materialis.” Ya, ilmu pengetahuan hanya mengkaji materi, tetapi “mengkaji materi” adalah hal yang sangat berbeda dengan “menjadi seorang materialis”. Sebabnya adalah, saat kita mengkaji materi, kita sadar bahwa materi mengandung pengetahuan dan rancangan yang begitu dahsyat, sehingga mustahil dihasilkan oleh materi itu sendiri. Kita paham bahwa pengetahuan dan rancangan tersebut adalah hasil karya sebuah kecerdasan, walaupun kita tidak bisa melihatnya secara langsung.
Sebagai contoh, bayangkanlah sebuah gua. Kita tidak tahu apakah gua itu pernah dimasuki orang atau belum. Jika, saat kita memasuki gua itu, yang ditemukan hanyalah tanah, debu dan batu, dapat kita simpulkan bahwa di sana tak ada apa-apa selain materi yang tersebar secara acak. Namun, apabila di dinding gua terdapat lukisan-lukisan yang bagus dengan warna-warni mengagumkan, dapat kita duga bahwa ada makhluk cerdas yang pernah masuk di gua itu sebelum kita. Mungkin kita tidak dapat langsung melihat makhluk itu, tetapi keberadaannya dapat kita simpulkan dari apa yang dihasilkannya.


Ilmu pengetahuan menentang materialisme

Ilmu pengetahuan mengkaji alam ini dengan cara yang sama seperti dijelaskan dalam contoh di atas. Jika semua rancangan di alam ini dapat dijelaskan dengan penyebab-penyebab yang bersifat materi semata, maka ilmu pengetahuan memperkuat materialisme. Namun, ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan bahwa di alam ini terdapat suatu rancangan yang tak bisa dijelaskan dengan penyebab bersifat materi, dan bahwa segenap materi mengandung suatu rancangan yang diciptakan oleh Sang Pencipta.
Contohnya, semua percobaan dan pengamatan membuktikan bahwa materi itu sendiri tidak dapat menghasilkan kehidupan. Karena itu, makhluk hidup pastilah hasil dari sebuah penciptaan metafisik. Semua percobaan evolusionis ke arah ini berakhir dengan kegagalan. Kehidupan tidak mungkin diciptakan dari materi tak-hidup. Ahli biologi evolusionis Andrew Scott membuat pengakuan berikut mengenai masalah tersebut dalam jurnal terkenal New Scientist:
Ambillah sejumlah materi, panaskan sambil diaduk, dan tunggulah. Itulah Genesis versi modern. Gaya-gaya “dasar”, yakni gravitasi, elektromagnetisme, serta gaya ikat inti atom yang kuat dan lemah dianggap sebagai gaya yang menyempurnakan proses tersebut… Tetapi, seberapa jauhkah kisah yang disusun sangat baik ini telah benar-benar terbukti, dan seberapa besarkah yang masih berupa dugaan yang penuh harap? Sebenarnya, mekanisme dari hampir seluruh tahapan utama, dari zat-zat kimiawi pembentuk, hingga sel-sel yang paling awal diketahui, masih menjadi bahan persengketaan, atau, kalau tidak, pastilah merupakan kebingungan yang menyeluruh. 75
Akar kehidupan didasarkan pada dugaan dan perdebatan karena dogma materialis bersikeras menyatakan bahwa kehidupan merupakan hasil dari materi. Akan tetapi, fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa materi tidak memiliki kekuatan seperti itu. Profesor Fred Hoyle, ahli matematika dan astronomi yang dianugerahi gelar kebangsawanan untuk sumbangsihnya bagi ilmu pengetahuan, memberi ulasan berikut tentang hal ini:
Jika terdapat sifat mendasar materi yang melalui suatu cara dapat mendorong sistem organik mengarah pada terbentuknya kehidupan, maka keberadaannya haruslah dapat diperlihatkan di laboratorium. Misalnya, seseorang bisa saja menggunakan bak kolam renang sebagai ganti “ramuan sop purba”. Isilah bak itu dengan zat-zat kimia non-biologis mana pun yang Anda sukai. Pompakan gas ke atasnya, atau ke dalamnya, sesuka Anda, dan sinarilah dengan radiasi jenis apa pun yang Anda kehendaki. Biarkan percobaan ini berlangsung selama setahun, dan lihatlah ada berapa dari 2000 tersebut (protein yang dibuat dan dihasilkan sel hidup) yang muncul dalam bak ramuan itu. Saya akan memberi jawabannya, dan ini akan menghemat waktu, tenaga dan biaya melakukan percobaan secara sungguhan. Anda tak akan mendapatkan apa pun, selain (mungkin) endapan berlendir terapung yang terdiri atas asam-asam amino serta zat-zat kimia organik sederhana lainnya.76
Sebenarnya, materialisme sedang menghadapi kesulitan yang lebih buruk. Materi tak bisa membentuk kehidupan, walaupun diberi waktu serta digabungkan dengan pengetahuan manusia – apalagi tanpa faktor-faktor tersebut.
Kebenaran, yang baru saja kita tinjau sekilas adalah kebenaran bahwa materi itu sendiri tidak dapat merancang dan tidak berpengetahuan. Namun, jagat raya dan makhluk hidup di dalamnya mengandung rancangan dan pengetahuan yang luar biasa kompleks. Ini menunjukkan bahwa rancangan dan pengetahuan dalam jagat raya serta makhluk hidup adalah karya Pencipta yang memiliki kekuasaan serta pengetahuan yang tak terhingga – Pencipta yang telah ada sebelum materi itu sendiri ada, serta menguasai dan mengendalikannya.
Jika kita teliti dengan cermat, inilah kesimpulan yang ilmiah sepenuhnya. Ini bukanlah “keyakinan”, melainkan kebenaran yang diperoleh sebagai hasil pengamatan akan jagat raya dan makhluk hidup yang menghuninya. Karena itulah, pendapat evolusionis “Evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan di luar wilayah ilmu pengetahuan” merupakan tipuan yang dangkal. Memang, pada abad ke-19, materialisme dikacaukan dengan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan terbawa ke luar jalur oleh dogma materialis. Namun, perkembangan selanjutnya, di abad ke-20 dan ke-21, telah sepenuhnya menggugurkan keyakinan kuno itu. Dan, kebenaran penciptaan, yang tadinya terhalang materialisme, kini pun tampak. Seperti jelas dinyatakan majalah terkenal Newsweek, dalam edisi 27 Juli 1998-nya yang bersejarah, dengan berita utama yang berjudul Science Finds God (Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan) – di balik penipuan materialis, ilmu pengetahuan menemukan Tuhan, Pencipta alam semesta dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

CATATAN


1. Francis Crick, Life Itself: Its Origin and Nature, New York, Simon & Schuster, 1981, hal. 88
2. Ali Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Inheritance and evolution), Meteksan Publishing Co., Ankara, 1984, hal. 39
3. Homer Jacobson, “Information, Reproduction and the Origin of Life,” American Scientist, Januari 1955, hal. 121.
4. Douglas J. Futuyma, Science on Trial, Pantheon Books, New York, 1983, hal. 197
5. Robert L. Carroll, Patterns and Processes of Vertebrate Evolution, Cambridge University Press, 1997, hal. 25 (penekanan ditambahkan).
6. Stephen C. Meyer, P. A. Nelson, dan Paul Chien, The Cambrian Explosion: Biology’s Big Bang, 2001, hal. 2
7. Richard Monastersky, “Mysteries of the Orient,” Discover, April 1993, hal. 40. (penekanan ditambahkan)
8. Phillip E. Johnson, “Darwinism’s Rules of Reasoning” dalam Darwinism, Science and Philosophy oleh Buell Hearn, Foundation for Thoughts and Ethics, 1994, hal. 12. (penekanan ditambahkan)
9. Ian Anderson, “Who made the Laetoli footprints?” New Scientists, vol. 98, 12 Mei 1983, hal. 373.
10. D. Johanson & M. A. Edey, Lucy: The Beginnings of Humankind, New York: Simon & Schuster, 1981, hal. 250
11. R. H. Tuttle, Natural History, Maret 1990, hal. 61-64
12. D. Johanson, Blake Edgar, From Lucy to Language, hal. 169
13. D. Johanson, Blake Edgar, From Lucy to Language, hal. 173
14. Boyce Rensberger, Washington Post, 19 Oktober 1984, hal. A11
15. “Is This The Face of Our Past,” Discover, Desember 1997, hal. 97-100
16. Villee, Solomon dan Davis, Biology, Saunders College Publishing, 1985, hal.1053
17. Hominoid Evolution and Climatic Change in Europe, Volume 2, disunting oleh Louis de Bonis, George D. Koufos, Peter Andrews, Cambridge University Press
18. Daniel E. Liebermann, “Another face in our family tree,” Nature, 22 Maret, 2001 (penekanan ditambahkan).
19. John Whitfield, “Oldest member of human family found”, Nature, 11 Juli 2002
20. D. L. Parsell, “Skull Fossil From Chad Forces Rethinking of Human Origins,” National Geographic News, 10 Juli, 2002
21. John Whitfield, “Oldest member of human family found”, Nature, 11 Juli 2002
22. The Guardian, 11 Juli 2002
23. Arda Denkel, Cumhuriyet Bilim Teknik Eki (Bagian iptek pada surat kabar Cumhuriyet di Turki), 27 Februari, 1999
24. G. W. Harper, “Alternatives to Evolution,” School Science Review, volume 61, September 1979, hal. 26
25. http://www.cnn.com/2002/TECH/science/09/24/human.chimps.ap/index.html
26. http://www.newscientist.com/news/news.jsp?id=ns99992833
27. Karen Hopkin, “The Greatest Apes”, New Scientist, vol. 62, nomor 2186, 15 Mei 1999, hal. 27 (penekanan ditambahkan)
28. Hurriyet, 24 Februari 2000 (penekanan ditambahkan)
29. Harun Yahya, Darwinism Refuted, hal. 207 – 222
30. Nature, vol. 382, 1 Agustus, 1996, hal. 401
31. Carl O. Dunbar, Historical Geology, John Wiley and Sons, New York, 1961, hal. 310
32. Robert L. Carroll, Patterns and Processes of Vertebrate Evolution, Cambridge University Press, 1997, hal. 280-281
33. L. D. Martin, J.D. Stewart, K. N. Whetstone, The Auk, vol. 97, 1980, hal. 86
34. L. D. Martin, J.D. Stewart, K. N. Whetstone, The Auk, vol. 97, 1980, hal. 86; L. D. Martin, “Origins of the Higher Groups of Tetrapods,” Ithaca, Comstock Publishing Association, New York, 1991, hh. 485-540
35. S. Tarsitano, M. K. Hecht, Zoological Journal of the Linnaean Society, vol. 69, 1980, hal. 149; A. D. Walker, Geological Magazine, vol. 117, 1980, hal. 595
36. A. D. Walker, deskripsi dalam Peter Dodson, “International Archaeopteryx Conference,” Journal of Vertebrate Paleontology 5(2):177, Juni 1985
37. Jonathan Wells, Icons of Evolution, Regnery Publishing, 2000, hal. 117
38. Richard L. Deem, “The Demise of the ‘Birds Are Dinosaurs’ Theory,” http://www.yfiles.com/dinobird2.html
39. “Scientists say ostrich study confirms bird ‘hands’ unlike those of dinosaurs,” http://www.eurekalert.org/pub_releases/2002-08/uonc-sso081402.php
40. “Scientists say ostrich study confirms bird ‘hands’ unlike those of dinosaurs,” http://www.eurekalert.org/pub_releases/2002-08/uonc-sso081402.php
41. Ann Gibbons, “Plucking the Feathered Dinosaur,” Science, vol. 278, no. 5341, 14 November 1997, hh. 1229-130
42. “Forensic Paleontology: The Archaeoraptor Forgery,” Nature, 29 Maret, 2001
43. Storrs L. Olson “OPEN LETTER TO: Dr. Peter Raven, Secretary, Committee for Research and Exploration, National Geographic Society Washington DC 20036,” Smithsonian Institution, 1 November 1999.
44. Tim Friend, “Dinosaur-bird link smashed in fossil flap,” USA Today, 25 Januari 2000 (penekanan ditambahkan)
45. G. G. Simpson, W. Beck, An Introduction to Biology, Harcourt Brace and World, New York, 1965, hal. 241
46. Ken McNamara, “Embryos and Evolution,” New Scientist, vol. 12416, 16 Oktober 1999, (penekanan ditambahkan)
47. Keith S. Thompson, “Ontogeny and Phylogeny Recapitulated,” American Scientist, vol. 76, Mei/Juni 1988, hal. 273
48. Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, Ticknor and Fields, New York, 1982, hal. 204
49. Elizabeth Pennisi, “Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered,” Science, 5 September
50. Elizabeth Pennisi, “Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered,” Science, 5 September (penekanan ditambahkan)
51. Massimo Pigliucci, Rationalists of East Tennessee Book Club Discussion, Oktober 1997
52. Evrim Kurami Konferansi (Conference on the Theory of Evolution), Istanbul Universitesi Fen Fakultesi (Universitas Istanbul, Jurusan Ekonomi), 3 Juni 1998
53. Leonard M. S., 1992. Removing third molars: a review for the general practitioner. Journal of the American Dental Association, 123(2): 77-82
54. M. Leff, 1993. Hold on to your wisdom teeth. Consumer reports on Health, 5(8):4-85
55. Daily T. 1996. Third molar prophylactic extraction: a review and analysis of the literature. General Dentistry, 44(4):310-320
56. Evrim Kurami Konferansi (Conference on the Theory of Evolution), Istanbul Universitesi Fen Fakultesi (Universitas Istanbul, Jurusan Sains), 3 Juni 1998
57. http://www.icr.org/creationproducts/creationscienceproducts/Variation_and_Fixity_in_Nature.html (penekanan ditambahkan)
58. David Raup, “Conflicts Between Darwin and Paleontology,” Bulletin, Field Museum of Natural History, vol. 50, Januari 1979, hal.24
59. Charles Darwin, The Origin of Species, 1859, hal. 313-314, (penekanan ditambahkan)
60. Derek A. Ager, “The Nature of the Fossil Record,” Proceedings of the British Geological Association, vol. 87, 1976, hal. 133, (penekanan ditambahkan).
61. Science, Philosophy and Religion, A Symposium, diterbitkan oleh Conference on Science, Philosophy, and Religion in Their Relation to the Democratic Way of Life, Inc., New York, 1941 (penekanan ditambahkan)
62. Max Planck, Where Is Science Going?, Allen & Unwin, 1933, hal. 214, (penekanan ditambahkan)
63. “Hoyle on Evolution”, Nature, vol. 294, 12 November, 1981, hal. 105
64. Collin Patterson, “Cladistics,” wawancara Brian Leek, pewawancara Peter Franz, 4 Maret, 1982, BBC (penekanan ditambahkan)
65. B. G. Ranganathan, Origins?, Pennsylvania: The Banner of Truth Trust, 1988
66. N. Eldredge dan I. Tattersall, The Myths of Human Evolution, Columbia University Press, 1982, hal. 59
67. R. Wesson, Beyond Natural Selection, MIT Press, Cambridge, MA, 1991, hal. 45
68. “Human Genome Map Has Scientists Talking About the Divine” oleh Tom Abate, San Francisco Chronicle, 19 Februari 2001 (penekanan ditambahkan).
69. Dr. Lee Spetner, “Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an Exchange with Dr. Edward E. Max,” 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
70. Dr. Lee Spetner, “Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an Exchange with Dr. Edward E. Max,” 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
71. Dr. Lee Spetner, “Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an Exchange with Dr. Edward E. Max,” 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
72. Dr. Lee Spetner, “Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an Exchange with Dr. Edward E. Max,” 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
73. Francisco J. Ayala, “The Mechanisms of Evolution,” Scientific American, vol. 239, September 1978, hal. 64, (penekanan ditambahkan)
74. Dr. Lee Spetner, “Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an exchange with Dr. Edward E. Max,” 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
75. Andrew Scott, “Update on Genesis,” New Scientist, vol. 106, 2 Mei 1985, hal. 30
76. Fred Hoyle, The Intelligent Universe, Michael Joseph, London, 1983, hal. 20-21
Powered By Blogger

Entri Populer